-🥀 14

7K 447 44
                                    












"Aku masih punya satu syarat lagi," Jennie tanpa sadar melangkah menjauhi Taeyong, "Aku ingin tinggal di kamar putih yang dulu... kau.. eh bisa mengunjungiku kalau kau perlu sesuatu..."

"Cukup! Sekarang giliranku memberikan pengaturan untuk pernikahan kita!," kesabaran Taeyong tampaknya sudah habis, lelaki itu meraih pinggang Jennie dan merapatkan di tubuhnya membuat Jennie merasakan tubuh Taeyong yang mengeras di sana, "Kau rasakan itu?," Taeyong menatap Jennie, marah sekaligus bergairah, "Aku berniat untuk menjadikanmu isteriku yang sesungguhnya. Bukan kekasih yang kukunjungi jika aku perlu bercinta,"

Jemari Taeyong menuruni sisi lengan Jennie dengan sensual dan kemudian berhenti di sisi payudaranya, meremasnya lembut, "Dan jika kita melakukan itu, kita tidak akan tidur di kamar yang terpisah!"

Hening.

"Kenapa? Kau tidak suka dengan syarat dariku?," Taeyong terus menahan payudara Jennie dengan posesif. Jennie adalah isterinya, sekarang dia harus menerima seluruh dirinya, tidak lagi berusaha menentangnya sekehendak hatinya. Pilihannya adalah mereka suami isteri atau tidak sama sekali,

"Jika kau tidak menyukainya, lebih baik kita berhenti di sini sekarang juga," Sambil berusaha menahan keposesifannya, Taeyong memperlembut tuntutannya, "Malam ini cukup sampai di sini kalau kau tidak siap"

Satu-satunya yang mendesak saat ini adalah tubuhnya yang berhasrat, tetapi Taeyong masih mampu mengendalikannya jika Jennie tidak mau melanjutkan. Perempuan ini telah menunjukkan keberanian besar dengan mengemukakan persyaratannya di depan Taeyong dan Taeyong menghargainya, dan karena itu ia bersedia memberikan waktu sebanyak yang diinginkan Jennie.

Jennie hanya terdiam di sana, menatap Taeyong dengan tatapan kosong. Astaga, apa sebenarnya yang ada di dalam kepala mungil itu? Jennie pasti sudah larut dalam persepsi dan pemikirannya sendiri. Apalagi setelah dia mengetahui kisah tentang Jane.

Taeyong sendiri tidak bisa menjelaskan perasaannya. Memang pada mulanya, dia menginginkan Jennie karena kemiripannya dengan Jane. Tetapi sekarang, dia merasa Tuhan telah memberikannya kesempatan kedua, dalam wujud perempuan yang sangat mirip dengan Jane. Tidak, dia tidak pernah membayangkan Jane. Tidak lagi. Setelah malam-malam kelam yang menghancurkan hati, yang dia lalui karena kematian Jane dulu, Jane telah berubah menjadi bayang samar yang kadang hadir dalam bentuk kenangan masa lalu yang indah. Taeyong bahkan sudah berhasil tidak memikirkan Jane lagi sejak bertahun-tahun lalu.

Jennie terasa... berbeda... tetapi bagaimana dia menjelaskannya kepada Jennie? Perempuan itu tidak akan percaya bahwa gairah yang meluap-luap ini memang murni untuk dirinya. Taeyong menyadari bahwa ia menginginkan pernikahan yang nyata, bersama Jennie. Jennie bagaikan malaikat yang menariknya dari kegelapan. Hatinya yang kelam telah tersentuh secercah Matahari sejak kehadiran Jennie. Dan Taeyong tidak ingin melepaskannya.

"Baiklah," suara pelan terdengar dari bibir Jennie, terdengar enggan seolah-olah Jennie tidak benar-benar setuju dengan dominasi Taeyong dalam hubungan ini. Dan itu membuat Taeyong senang, seorang isteri yang selalu setuju dengan pendapat suaminya sama sekali tidak menyenangkan. Di dalam kehidupan pernikahan yang nyata, terdapat banyak ketidaksepakatan, sebanyak kasih sayang, tawa, maupun kesetiaan.

Taeyong tersenyum dan menatap Jennie dengan penuh bergairah, "Apakah kau sudah siap untukku Jennie?," jemari Taeyong mengusap ujung payudara Jennie dengan lembut.

"Aku.....," sekujur tubuh Jennie bergetar,
"Mungkin aku perlu memeriksanya dulu,"

Taeyong meluncurkan sebelah tangannya dari payudara Jennie, mengusap perut Jennie yang basah dan terus bergerak turun. Dan karena kaki Taeyong, entah sejak kapan, berada di antara kakinya, Jennie tidak bisa menghalangi niat Taeyong kalaupun ia ingin.

SLEEP WITH THE DEVIL [JenYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang