-🥀 18

4.9K 490 70
                                    














Kondisi Jennie membaik seiring berjalannya hari, bahkan pagi ini dia sudah diperbolehkan menyusui Angel, untuk pertama kalinya. Jennie menerima bayi itu di pelukan lengannya degan takjub. Bayinya, puteranya, yang selama ini bertumbuh di perutnya dan dikandung olehnya. Sekarang ada di dunia nyata, dengan rambut tebal cokelatnya dan mata cokelat milik ayahnya, yang sekarang sedang penuh air mata. Ya, Angel sedang menangis keras-keras sekarang.

"Dia lapar," suster Dara terkekeh geli dan membantu Jennie setengah duduk, Jennie membuka gaun pasiennya dan mendekatkan payudaranya, Secara otomatis Angel langsung mencari dan melahap puting itu. Lalu menghisapnya dengan begitu rakus.

Jennie takjub merasakan bahwa puteranya berbagi makanan dengan dirinya, bahwa tubuhnya lah yang memberikan makanan untuk puteranya.

"Dia sepertinya sangat lapar," suara itu berasal dari ambang pintu dan Jennie menoleh. Mendapati Taeyong berdiri di sana. Hari ini jam sembilan pagi, dan Taeyong sepertinya belum pernah pulang dari rumah sakit, lelaki itu tampak lelah.

Taeyong berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang, matanya tak lepas dari puteranya yang menyusu. Puteranya sedang menyusu di tubuh isterinya. Sungguh pemandangan yang luar biasa indahnya.

"Kau tampak lelah", Jennie menatap Taeyong lembut.

Lelaki itu mengalihkan pandangan dari puteranya ke mata Jennie, menatap Jennie dengan mata beningnya yang berwarna cokelat, "Aku belum pulang, Yuta membawakanku baju ganti dan aku mandi serta bercukur di sini, di lantai atas aku punya kamar sendiri"

Jennie baru sadar bahwa ini rumah sakit yang sama tempatnya dirawat setelah kecelakaan dan kemudian diculik oleh psikopat kejam itu. Ini adalah rumah sakit milik Taeyong,

"Yah ini rumah sakit yang sama," Taeyong tersenyum meminta maaf, "Tetapi kali ini tidak ada lagi penjagaan di depan, aku sibuk mengurusmu sampai aku tidak sempat mencari musuh".

Jennie tersenyum mendengarnya. Tepat ketika Angel melepaskan putingnya dan tertidur lelap dengan pipi montoknya masih menempel di payudara ibunya. Diperbaikinya posisi tidur Angel sehingga nyaman, dan Taeyong mengikuti semua itu dengan pandangannya.

"Kau mungkin bisa pulang dan beristirahat Taeyong"

Taeyong mengangkat bahu, "Aku akan pulang untuk beberapa urusan, mungkin beberapa jam, lalu aku akan kembali," dengan canggung Taeyong berdiri, sejenak hanya menatap lama, lalu mengangguk dan melangkah pergi.

Seorang suster masuk dan berpapasan dengan Taeyong di pintu, dia bertugas mengambil Angel dan membawanya ke kamar bayi.

"Sungguh Anda isteri yang beruntung memiliki suami sebaik itu," suster itu tersenyum menatap punggung Taeyong yang hilang di balik pintu. "Dan seorang Lee Taeyong pula, Anda sungguh beruntung dicintai seperti itu"

Jennie mengernyit, menyerahkan Angel untuk digendong sang suster dengan hati-hati.
Beruntung? Apakah maksud suster itu dia beruntung karena memiliki suami seperti Lee Taeyong?

"Oh Anda tidak tahu ya?," suster itu meletakkan Angel dengan lembut di kereta kaca khusus bayi yang dibawanya, "Tuan Taeyong sangat setia menunggui ketika Anda tak sadarkan diri hampir 2 hari lamanya. Dia selalu ada di sana tak pernah meninggalkan Anda. Kondisi Anda saat itu masih belum pasti, kadang Anda tersadar dan menceracau. Lalu tak sadarkan diri lagi, kadang kondisi Anda sangat drop sehingga kami harus menangani Anda secara intensif, dan tuan Taeyong menuntut untuk ada di sini, setiap detiknya mendampingi Anda. Ketika kondisi Anda stabil, dia ada di sebelah ranjang Anda, mengajak Anda berbicara dan menggenggam tangan Anda. Sepertinya semua penantiannya tidak sia-sia karena akhirnya Anda bangun dan membaik," suster itu tersenyum memuji, "Sungguh suatu anugerah yang tak terkira, bisa memiliki suami sebaik itu" Lalu dengan mendorong kereta bayi suster itu pergi meninggalkan Jennie yang masih termenung di atas ranjang.

Benarkah Taeyong, Taeyongnya yang sombong, arogan, dan pemarah itu melakukan semua yang dikatakan oleh suster itu? Benarkah Taeyong mencemaskannya sampai sedemikian? Rasanya tidak bisa dipercaya....




🥀






Jennie sudah boleh pulang bersama Angel, dan Taeyong menjemputnya tepat waktu. Lelaki itu tidak berubah, tetap begitu dingin hingga Jennie berpikir jangan-jangan yang dikatakan suster waktu itu hanyalah kebohongan atau khayalan semata.

Taeyong duduk di sebelah Jennie dalam mobil itu diam dan menatap ke jendela, tampak menjaga jarak,

"Kau.. eh, sudah baikan," Akhirnya Taeyong memecah keheningan, menatap ringan pada Angel yang tertidur di pelukan Jennie, dan tatapannya melembut, "Dia sepertinya sangat sehat"

"Dia menyusu dengan kuat," Jennie tersenyum dan mengecup dahi Angel dengan sayang.

Semula Jennie merasa sedikit takut atas reaksi Taeyong kepada Angel. Lelaki itu membenci Angel dengan alasannya ketika dia di dalam kandungan Jennie, apakah lelaki itu akan membenci Angel ketika dia sudah lahir ke dunia ini?

Sepertinya Taeyong menyayangi Angel, meski tidak ditunjukkannya dengan kata-kata. Jennie sering menangkap tatapan penuh kelembutan yang dilemparkan Taeyong kepada Angel. Oh ya, Jennie mengerti, seorang Taeyong mungkin tidak bisa lepas dalam menunjukkan kasih sayangnya kepada anak kecil, tetapi Angel telah mencuri hati Taeyong dan Jennie mensyukuri itu.

Mereka sampai di rumah, dan dengan takjub Jennie menyadari bahwa kamar bayi sudah disiapkan. Kamar itu terletak di kamar kecil yang memiliki pintu penghubung dengan kamar mereka sehingga Jennie bisa dengan mudah mendatangi Angel ketika putera mereka membutuhkannya.

Dengan lembut, Jennie meletakkan Angel yang tertidur pulas di boks bayi barunya. Bayi itu sangat pandai, tidak rewel, dan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan suasana di tempat barunya. Taeyong berdiri di ambang pintu penghubung dan mengamati Jennie, kemudian membalikkan badannya hendak pergi.

"Taeyong" Lelaki itu langsung menghentikan langkahnya dan menatap Jennie.

"Ada apa?"

"Apakah... apakah setelah sekarang kita mempunyai putera, kau masih menganggapku sebagai pengganti Jane?."

Jennie harus bertanya, dia tak tahan lagi memendamnya. Sekarang mereka sudah mempunyai seorang putera dan Jennie tidak mampu hidup dalam ketidakpastian semacam ini. Anaknya harus tumbuh di keluarga yang saling mencintai, dan ketika Taeyong tidak bisa memberikannya maka Jennie akan pergi.

"Apa?," ada nyala di mata Taeyong dan itu seharusnya sudah bisa menjadi tanda peringatan buat Jennie, tetapi dia tidak mau mundur, dan dia tidak bisa.

"Kau selama ini selalu menganggapku sebagai pengganti Jane. Sekarang kita mempunyai Angel, aku hanya ingin menunjukkan sikapku. Aku tak mau menjadi pengganti seseorang, jadi mungkin aku akan pergi bersama Angel"

Wajah Taeyong mengeras. "Kau pikir apa yang sedang kau katakan?"

"Aku sudah mempelajari surat perjanjian itu, dalam surat itu dikatakan bahwa aku harus menikahimu di usiaku yang ke dua puluh lima tahun, tidak dituliskan klausul apabila kita berpisah... saat ini aku ingin berpisah"

Kau bilang waktu itu kau mencintaiku! Taeyong ingin meneriakkan kata-kata itu di depan Jennie, dia begitu marah hingga jemarinya mengepal,

"Berani-beraninya kau mengajukan perpisahan kepadaku? Tidak pernah ada seorangpun yang bisa meninggalkan Lee Taeyong!"










To be continue.

SLEEP WITH THE DEVIL [JenYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang