"Claudia?" Nasya bertanya. "Siapa Claudia!?" ia menekankan lagi.
"Claudia, seorang gadis ksatria dari Cloud City," jelas Grandma DG.
"Cloud City? Kota besar yang di awan itu?" sahut Rhia dari depan pintu perpustakaan.
"Iya, itu kotanya," Grandma DG mengangguk.
"Rasanya aku pernah dengar, deh!" Rhia berjalan maju dan berhenti di depan Grandma DG dan keempat sahabat, "Sejarah Cloud City mengatakan bahwa ada seorang penghianat yang meninggalkan Cloud City. Konon, katanya setelah sekitar empat puluh tahun, penghianat itu akan kembali dengan sejumlah pasukan dan menghancurkan Cloud City!" Rhia menjelaskan.
"Wah! Kejam sekali," gumam Syifa.
"Coba aku tebak, empat puluh tahun sejak penghianat itu pergi dari Cloud City adalah tahun ini," Nasya menebak sambil menjentikkan jarinya.
"Tepat sekali!" ucap Rhia.
"Tapi apa hubungannya sama si Claudia ini datang ke DG Town terus bikin badai di mana-mana!?" bentak Lady.
"Aku rasa dia menemukan petunjuk tentang keberadaan penghianat itu. Mungkin saja penghianat itu sembunyi di DG Town," kata Rhia sambil memegang dagunya.
"Kita nggak bisa biarin Claudia jalan-jalan sambil main petir di kota kita!" sahut Dinda. Ia lalu menghadapi Grandma DG, "Katakan, Grandma! Apa yang bisa kita lakukan buat hentikan badai ini!?"
"Tentang itu...., Farani masih nyimpan kostum kalian," Grandma DG menunjuk ke arah Farani yang berdiri berjajaran dengan Tanna.
Farani tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Apa kalian berpikir apa yang kupikir?" tanya Nasya secara tiba-tiba.
"TIME TO TAKE DOWN THE CRIME!!!!" seru Nasya, Lady, dan Syifa sambil melempar genggaman tangan ke udara.
Dengan sekejap, mereka bertiga langsung menuju ke Farani dan Tanna. Lalu, mereka pergi ke ruang bawah tanah.
"Tunggu, tunggu! Kita kan sudah gak punya kekuatan. Gimana kita mau hadapin Claudia!?" tanya Dinda kebingungan.
"Kekuatan sejati itu selalu ada dalam diri kalian," Grandma DG menjelaskan, ia menepuk bahu Dinda, "Itu sebenarnya tidak pernah hilang, hanya saja kekuatan itu terpendam karena tidak diperlukan. Kekuatan itu akan muncul kembali ketika dibutuhkan. Bahkan, bisa jadi sangat kuat bila benar-benar dibutuhkan. Tetap konsentrasi pada lawan seperti yang kalian lakukan waktu menghadapi Mysterious Mask! Aku yakin kalian bisa. Aku akan tetap berjaga di sini sambil mencari informasi bersama Rhia. Tanna dan Farani akan mengawasi kalian saat bertarung,"
Dinda tersenyum dan mengangguk. Ia lalu berlari menuju ruang bawah tanah.
***
Ruang bawah tanah dari Rumah Besar Dangerous Girl cukup besar. Temboknya terbuat dari kayu ek gelap yang dipoles dan dihiasi dengan beberapa foto dan lukisan. Begitu turun tangga, kau bisa melihat beberapa display kostum dan alat-alat di depanmu. Beberapa rak bisa terlihat di sebelah kanan.Jika kau menengok ke sebelah kiri, kau bisa melihat ruang komputer tepat di sebelah tangga dan laboratorium di sebelah ruang komputer. Di bagian tembok sebelah kiri, ada air yang memancur dari atas dan di sebelah kanan dan kirinya ada sebuah tanaman hias.
Di depan ruang komputer, Lady, Nasya, dan Syifa sudah siap dengan kostum Dangerous Girl mereka.
"Wah! Jadi nostalgia, nih!" seru Syifa.
"Gak ngira kan? Kalo kita bakal beraksi lagi," kata Lady.
"Ingat, kawan! Kita masih harus ngerjakan pr yang buuaaanyaaaak itu, bukan!? Kalo nggak, Mbak Dinda bakal ngomel ke kita," sahut Nasya.
Dan pada saat itu juga, Dinda baru saja datang.
"Siapa bilang Mbak Dinda ngomel!?!?" teriaknya begitu menginjakkan kaki ke ruang bawah tanah.
Nasya langsung syok mendengar teriakan Dinda. Untungnya, ia diselamatkan oleh Syifa yang langsung berbicara.
"Dari mana aja, kak!? Lama amat! Kita udah nungguin dari tadi, tahu! Cepat ganti baju!! Kostummu ada di display sana," ucapnya sambil menunjuk ke arah display yang ada di depan tangga.
"Iya, iya!" Dinda lalu mengambil kostum dari displaynya.
"Ganti baju di ruang komputer, ya!" kata Tanna sambil menunjuk ke arah ruang komputer.
Dinda lalu menuju ke ruang komputer dan berganti pakaian.
***
600 words.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Girl 2 : Trouble from Cloud
Action[Completed] Keadaan di Kota DG mulai membaik setelah keempat sahabat menyelamatkan kota. Sekolah mereka juga sudah mulai dibangun dan mereka bisa mengikuti pelajaran lagi. Namun, kedamaian yang tercipta itu tidak berlangsung lama. Tepat dua puluh ti...