Room 5

148 29 2
                                    

Burung gereja bercuit riang. Pagi hari dimusim panas. Hangat dan menyenangkan. Lavin merasakan hal itu. Hari ini jam pertama dikelasnya kosong. Guru-guru sedang menyiapkan festival musim panas yang dijadwalkan menjelang akhir musim. Lavin tidak memiliki alasan kuat untuk berangkat pagi. Mungkin ia akan berangkat setengah jam lagi.

Lavin menggosok sikat gigi ke gigi sampingnya. Dia berdiri malas di ujung balkon menghadap halaman gedung. Dia mendapati sang nyonya gedung sedang membersihkan beberapa daun kering yang jatuh berguguran.

Lavin segera menyelesaikan kegiatan gosok giginya dan segera menjemur pakaiannya sampai menunggu Jay menjemputnya dengan sepeda.

"Bangaimana menurutmu tidur dengan lelaki tampan?" Wanita paruh baya itu mengerling jahil saat melihat Lavin yang mendadak terdiam. Kegiatan menjemur pakaiannya terhenti mendadak.

"Oh Bibi! Aku tidak habis fikir! Aku tidak tahan!" Lavin mengacak rambutnya frustasi. Tanganya yang masih basah sehabis memeras pakaian tidak dia hiraukan.

"Huh- menjadi anak muda memang susah ya-" Cloe menyinggingkan senyum konyol dan menatap Lavin penuh minat. "-Kau harus menahan nafsumu, Cal!" Wanita itu berteriak agar Calum yang masih didalam mendengarnya.

"Eh? Bibi?! Apa maksudmu?" Lavin berteriak heboh. Dia bingung mau menyanggah seperti apa. Dia menoleh kearah belakang mengecek apa yang dilakukan manusia pucat yabg menjadi penumpang gelap di flatnya.

"Calum sedang berada di fasenya. Dia berbeda. Dia membayar uang sewa flatnya dengan gaji kerja part-time-nya," Wanita pemilik gedung itu menjelaskan tanpa perlu repot-repot Lavin memintannya. "Jadi maklum saja oke? Dia pasti suka klayapan dan keluar-masuk flat mu sesukanya."

Lavin tidak membalas dan memilih melanjutkan kegiatan menjemurnya. Baju-baju ini tidak akan kering jika dia tidak menjermunya dan membiarkanya berada di ember yang menampung air.

"Ibu! Aku sudah siap! Aku ingin berangkat!" Suara sengau ceria milik bocah lelaki yang masih ada di TK itu mengalihkan perhatian kedua orang. Bocah itu dengan seragam biru muda dan topi kuningnya begitu mencolok ditimpa cahaya pagi.

Bocah itu masih dengan bedak bayi yang cemong sana-sini membuat yang lain gemas. Bocah itu berhenti berlari didepan ibunya. Cloe segera berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan sang anak.

"Ohayou Lavin!" Sapaan riang itu mengusik Lavin dari kegiatanya. Lavin segera menyelesaikan baju terakhir yang dia jemur.

"Oh! Hai Meora!"

"Mau ikut tidak, makan barbeque?" Bocah dengan pipi mochi nya berjinjit-jinjit girang. Tatapan mata bulatnya tidak lepas dari sosok Lavin yang masih ada di balkon flat-nya.

"Barbeque?"

"Weekend nanti kami ingin mengadakan pesta sambutan untuk Calum!" Cloe bangkit dari jongkoknya dan mendongak menatap Lavin.

"Calum harus ikut ya?!!" Bocah itu berteriak girang saat mendapati presensi Calum yang berdiri dibelakang Lavin dengan sikat gigi biru yang gagangnya mencuat dari mulutnya.

"Yep!" Calum mengacungkan jempol pada Meora. Dibalas juga acungan jempol mungil oleh Meora. Cloe tersenyum melihat tingkah menggemaskan mereka berdua. Lavin hanya diam. Dia tidak akan membuka suara, yang memungkinkan Calum membalas dengan kalimat menyebalkan.

Calum menurunkan acungan jempolnya dan menggerakan gagang sikat giginya untuk melanjutkan kegiatan sikat giginya.

Grubyakk!

Suara nyaring ringan khas besi yang berbenturan sesamanya dan tanah tertarik gravitasi mengalihkan atensi kedua pemuda yang ada di balkon flat menoleh kearah samping halaman gedung. Jalan berbatu halus-- akses jalan menuju bagian belakang bukit.

Temporary [BANGINHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang