Room 00 : Calum Benard × Lavin Kenneth

133 20 0
                                    


[Lavin Kenneth]

June 22th, 2014

Aku menduduki salah satu kursi coklat dengan bahan kulit sintetis licin. Salon diujung komplek bukit yang sering kulewati saat menunggu bus jika ingin keluar. Aku tidak akan heran kini salon tersebut ramai. Ini weekend dan aku berniat mengecat rambutku menjadi brunette. Bukan apa, tetapi aku hanya ingin menjadi remaja kasmaran yang dimabuk cinta kepayang nikmat.

Dengan kesibukan ku hari ini, saat petang menjelang seperti biasa aku akan memasak. Memasak untuk ku dan penumpang gelap flat miliku. Menu kali ini adalah omurice dengan saus tomat diatas telur dadar. Pintu flat terbuka dan menampakan lelaki pucat dan badan kekar yang hanya di balut kaus putih dan celana jeans.

Masih tetap tampan seperti biasa.

Kami berakhir duduk di meja rendah dan makan bersama. Aku hanya diam dan dia tiba tiba menyeletuk.

"Itu bagus-" aku mengrenyit bingung. "-rambutmu,"

Aku sedikit tersipu.

Seperti sebelum-sebelumnya, dia seperti mempermainkan diriku.

June 25th, 2014

Aku serasa menjadi babunya. Aku memasak dan dia mengambil makanan yang kumasak dengan seenaknya. Aku membalikan omelet yang sedang ku goreng diteflon dan dia dengan slengekan mengambil sepotong omlet yang ada dipiring dan menjadi hangat.

"Ternyata aku memang suka-" aku terdiam. Apa ini? Apa dia akan mengatakan-- apa kau terlalu percaya diri Lav? Mana mungkin "-masakanmu,"

Damn it! Aku serasa terhempas dan jatuh ke jurang kelam.

June 29th, 2014

Aku berjalan pelan dan menyusuri pedestrian dengan distro-distro penyedia brand mahal. Aku enggan masuk kesana. Dompet ku akan menangis. Tujuanku adalah pedagang jalanan yang menjual aksesoris murah dan praktis.

Aku melihat sosok ibu paruh baya dan dagangan aksesorisnya di bawah pohon mapel. Aku berlari kecil kearahnya. Wanita itu tersenyum ramah dan menawarkan beberapa kategori barang. Aku mendapatkanya. Gantungan kunci berbentuk merpati yang kebetulan memang sepasang. Aku membeli keduanya.

Setelah membungkuk singkat aku meninggalkan wanita itu dengan daganganya. Perjalanan menuju flat tidak terlalu jauh dari sini. Ini memang jalan dari sekolah menuju flat ku. Aku tersenyum mengingat sepasang merpati yang kini tersimpan nyaman di tas punggung hitam milikku.

Ah- aku akan memasangnya nanti saat di flat dan akan memberikan kunci duplikatnya pada Calum besok saat akan berangkat sekolah.

June 30th, 2020

Pagi yang biasa saja untuku. Aku menyikat gigi dengan damai dan Calum seenak jidat menggeserku dari tempat berdiriku tanpa aba-aba.

Memang ya, tanpa aku sadar aku selalu melakukan ini-itu yang tersirat tentang hubunganku dan Calum. Aku membelikanya gantungan kunci merpati perak dan dia menyukainya. Aku juga memasangnya pada kunci ku sendiri. Ah- serasi bukan? Gantungan kunci kita sama!

Dan saat disekolah kami akan pura-pura saling tidak kenal jika berpapasan di koridor kelas. Aku akan tersenyum tipis saat angin yang terhempas karena Calum berjalan tepat disampingku.

Mungkin, Calum yang merasa berhutan budi padaku, aku diajarkan mata pelajaran matematika yang paling ku benci. Aku bahkan salting sendiri saat melihatnya yang memakai kaca mata baca dengan begitu seksi. Euforia ku mendadak berhenti saat mendengar dering handphone milik Calum dan bergetar pelan di meja.

Temporary [BANGINHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang