Room 7

121 24 0
                                    

Btw sebelum mulai. Gw promote dong. Story remake sebelah dong :v kali aja ada yang doyan.

🚪🚪🚪

Sisa badai semalam sungguh merepotkan pemilik gedung. Wanita itu sibuk memunguti ranting yang berjatuhan di halaman, bahkan tanaman hiasnya banyak yang berantakan. Lavin melihatnya.

Dia berjalan dengan sedikit membungkuk sungkan tidak membantu apapun untuk membersihkan halaman yang semrawut.

"Pagi!" Lavin membalasnya dengan senyuman ceria miloknya dan melambai bahagia. "Semalam, petirnya mengagetkan tahu."

"Iya. Cukup membuatku berjengit berkali-kali loh," Lavin membalasnya ramah. Ia menunda keberangkatanya menuju sekolah untuk meladeni dengan sopan pemilik gedung ini.

"Tapi karena ada Calum jadi tenang kan?" Lavin menggeleng ribut untuk menumpas pendapat itu. Wanita itu berjalan mendekat dengan langkah terburu seraya merogoh saku celemeknya.

"Oh ya. Kau mau ke taman bermain? Aku mendapat sepasang tiket dari temanku tapi bulan ini aku sibuk sekali," Cloe mengangsurkan dua tiket pada Lavin. Lavin menerimanya dan membaca sekilas tulisan-tulisan yang ada di lembaran mengkilap dari dua tiket itu. "Aku tidak akan bisa pergi, walaupun itu gratis."

Lavin membulatkan mata dengan binar yang sungguh menggemaskan. "Aku akan pergi dengan Jay-"

"Aku akan pergi," Calum mengambil satu tiket yang ada di tangan Lavin. Lavin mengerutkan kening tidak suka.

"Oke. Nanti pulang sekolah. Sampai jumpa," Calum melenggang pergi dengan menyenggol sedikit bahu Lavin.

"Hey! Sialan! Tunggu!" Lavin mengejar Calum yang sudah pergi meninggalakan lingkungan bangunan. Bahkan pekikan Lavin yang begitu nyaring di Pagi yang sedikit mendung ini tidak membuat Calum berhenti atau sekedar menoleh pada Lavin.

🚪🚪🚪

Riuh sorak pengunjung begitu membahana di telinga Lavin. Dengan masih memakai seragam sekolah dengan atasan berlapis hoodie kebesaran abu-abu, Lavin menunggu dengan gerutuan keluar dari bibirnya.

"Lama sekali sih, si bedebah itu," Lavin menghembuskan naoas jengah. Disini sungguh panas. Ia ingin berteduh tetapi tempat yang dia inginkan terisi oleh pengunjung lain. Dia menatap sekeliling mencari presensi Calum Benard.

Lavin menatap lalu-lalang orang yang keluar dari Yokohama Cosmo. Dia sengaja berdiri tak jauh dari beranda taman agar bisa melihat Calum yang datang. Tetapi malah dia mendapatkan remaja-remaja yang datang bersama sahabatnya. Lavin menatap penampilan mereka yang terlihat dandy.

Lavin menundukan pandangan untuk melihat penampilanya. Oh- ini cukup baik menurut Lavin. Masih dikata sopan. Setidaknya itu yang ada di pikiran Lavin. Lavin mengerutkan dahi saat menyadari tingkahnya.

"Lavin bodoh. Kau tidak akan berkencan bodoh," Lavin merutuki sikapnya. Tiba-tiba ia merasakan geplakan kasar yang mendarat disisi samping kepalanya dan membuatnya sedikit oleng.

"Aish! Sialan!" Lavin menggeram menatap punggung Calum yang jalan santai di depan sana. Lavin berlari kecil mengejar Calum yang masih terus berjalan.

"Aku akan melatihmu!" Calum berbalik mendadak membuat Lavin harus mengerem labgkahnya mendadak agar tidak menubruk Calum. "Kencan," smirk menyebalkan itu tampil di wajah tampan Calum.

"Ha?" Lavin mengrenyit tidak nyambung.

"Kau belum pernah kan?" Lavin merengut mendengar hinaan Calum yang menyindirnya atas ketidak mampuanya. Lavin terkejut saat tangan besar milik Calum memegang pergelangan tanganya yang tertutup kain hoodie yang berlipat. "Dan aku paling suka dengan wajah kesulitanmu! Ayo!"

Temporary [BANGINHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang