⚠ this scene maybe makes uncomfort ⚠
Wooseok hati-hati mengoyang tubuh Jinhyuk yang masih berada di dalam taksi itu, "Hyuk, bisa denger suara gue? Jinhyuk ini gue Wooseok," ucap Wooseok ditengah air matanya yang terus jatuh.
Tak ada jawaban maupun pergerakan dari Jinhyuk. Wooseok memberanikan diri memeriksa napas dan nadi milik Jinhyuk. Masih bernapas, denyut nadinya juga masih terasa.
Tuhan, jangan ambil Jinhyuk.
"Jinhyuk, Hyuk. Bertahan ya, jangan tinggalin gue. Bentar lagi ambulancenya dateng. Gue mohon jangan tinggalin gue, gue di sini Hyuk," Wooseok terus menangis, tangannya menggenggam tangan Jinhyuk yang tak berdaya.
Sakit. Jinhyuk tak pernah meraskan sakit seperti ini, dirinya sama sekali tak bisa menggerakkan tubuhnya. Badannya terasa remuk. Kepalanya, tangan, kaki, dadanya, semuanya terasa sakit.
Jinhyuk mendengar samar suara tangisan. Suara yang ia kenali. Netranya berat untuk terbuka meski tak sempurna, kelopak matanya terbuka dan itu lebih dari cukup untuk memandang pemilik suara yang sedang menangis. Pandangannya memang kabur tapi Jinhyuk lebih dari tahu siapa yang ia lihat.Mata Wooseok membelalak ketika jemari Jinhyuk sedikit bergerak.
"Jinhyuk?"
Sirine ambulance mulai terdengar.
"Hyuk, ambulancenya udah dateng, tahan sedikit lagi ya. Lo harus janji jangan ninggalin gue?" pinta Wooseok.
Hanya anggukan lemah dan senyuman yang begitu sedikit yang bisa Jinhyuk tunjukkan atas permintaan Wooseok. Dirinya tak tahu mampu bertahan atau tidak tetapi yang Jinhyuk tahu, jika ini memang waktu terakhirnya bisa ada di dunia, Jinhyuk berterima kasih karena saat ini ia bisa melihat Wooseok. Sahabatnya. Bukan, tetapi orang yang ia cintai lebih dari sahabat.
YOU ARE READING
More Than Friend
FanfictionNarasi dari weishin sosmed au "More than Friend" You can find "More than Friend" on my twitter