⚠⚠⚠Implisit 🔞⚠⚠⚠
Terkadang manusia mendapat sebuah kekuatan dari hal yang terlihat remeh, seperti genggaman tangan, pelukan atau mungkin tatapan tulus, bisa juga ucapan maupun tulisan. Probabilitasnya 99% meski sekali dalam hidup, manusia pernah merasakannya lewat hal yang terlihat remeh tersebut.
Itulah yang terjadi pada Jinhyuk kala maut dekat di depan mata. Saat Jinhyuk ingin menyerah, melepas jiwanya pergi meninggalkan raga, ada sentuhan erat tapi tidak menyakitkan pada tangannya. Kemudian bisikan hampir putus asa yang justru memberikan kekuatan pada dirinya. Menariknya, sudah sebulan sosok yang memberinya kekuatan, kini bisa ia lihat setiap pagi berada di sampingnya. Jinhyuk menatap sosok di hadapannya. Tersenyum, mengagumi pasangannya yang matanya masih tertutup mungkin masih berkelana dalam mimpinya. Dibelainya wajah sang kekasih, "Thanks for loving me."
Sentuhan lembut dan kata-kata yang terucap itu membangunkan Wooseok tapi dirinya belum mau membuka matanya, dirinya malah membenamkan wajahnya di dada Jinhyuk, memeluknya, "Aku yang seharusnya lebih berterima kasih ke kamu. Makasih karena gak menyerah sama aku."
Tak usah menunggu lama, Jinhyuk balas memeluknya, "I love you."
Wooseok mengeratkan pelukannya, "Love you too."
Jinhyuk mencium kepala Wooseok, "Gak mau bangun? Nanti telat loh."
"Mau begini aja sama kamu," ucap Wooseok manja kemudian memajukan bibirnya menanti balasan sang kekasih.
"Enggak ah, kamu belum sikat gigi," ujar Jinhyuk menggoda Wooseok.
Wooseok membuka mata, memicing galak pada Jinhyuk. Sementara yang ditatap hanya tertawa.
"Yaudah," balas Wooseok singkat, mendorong tubuh Jinhyuk dari jangkauannya dan bangkit dari sisi Jinhyuk.
Jinhyuk masih tertawa, ditariknya tangan Wooseok membuat Wooseok kembali berada di atas tubuh Jinhyuk, "Biar gak ngambek," bisiknya lalu tangan Jinhyuk melingkar pada pinggang kecil Wooseok, kemudian tangan satunya memegang kepala Wooseok agar lebih mudah bibirnya ia raih. Sementara tangan Wooseok mulai membuka satu persatu kancing piyama milik Jinhyuk.
***
"Kamu sih," Wooseok menyalahkan Jinhyuk sambil merapikan baju turtle neck yang terpaksa harus ia gunakan di depan cermin.
"Loh, kenapa jadi aku? Kamu yang duluan mancing," balas Jinhyuk dengan santai, tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk.
"Tau ah! Sebel banget sama kamu. Mana ada coba panas-panas gini orang pakai turtle neck?" Keluh Wooseok.
"Sebel tapi nikmatin," goda Jinhyuk, berbisik pada tengkuk Wooseok, "Perlu aku tambah?"
Dicubitnya lengan Jinhyuk, "Ishh."
"Aw, sakit tau," Jinhyuk memegangi lengannya dan terus tertawa sambil berjalan menuju dapur. Sejujurnya, pernyataan Jinhyuk benar adanya hanya saja pasangannya itu sama sekali tidak membantu untuk menutupi bekas ruam merah pada beberapa titik di leher Wooseok.
YOU ARE READING
More Than Friend
FanfictionNarasi dari weishin sosmed au "More than Friend" You can find "More than Friend" on my twitter