More than Friend

184 4 0
                                    

Wooseok terengah membuka ruang rawat Jinhyuk. Semalam Jinhyuk memang sudah dipindahkan ke ruang rawat, tapi pagi ini Byungchan mengirim pesan kalau Jinhyuk terus muntah-muntah. Jadilah, Wooseok bergegas menuju rumah sakit.

"Kak Wooseok dateng sepagi ini karena pesan gue ya Kak? Maaf ya Kak," ujar Byungchan ketika Wooseok masuk ke kamar Jinhyuk.

"Gak apa-apa. Gue kan emang pasti ke sini bedanya jadi lebih pagi aja," jawab Wooseok.

"Gak usah khawatir kak, gak ada yang serius kok kata dokter," tutur Byungchan.

"Dia makan nasi aja belom udah muntah-muntah. Dokter kasih obat yang efek sampingnya bikin nafsu makan apa gak bisa? Gak lihat apa dia udah sekurus apa malah dikasih obat yang efek sampingnya bisa bikin muntah," omel Wooseok.

Byungchan tertawa mendengar omelan Wooseok, "Coba lo request nanti sama dokternya kak," sahut Byungchan.

"Pasti itu sih Chan," jawab Wooseok yakin.

"Yaudah, gue beli sarapan dulu deh di kantin kak. Lo mau apa? Lo pasti ke sini belum sarapan juga 'kan?" Byungchan meraih jaketnya bersiap membeli sarapan.

"Samain aja deh kaya lo Chan."

"Gue ke kantin dulu ya," pamit Byungchan.

Wooseok duduk di kursi yang ada di samping ranjang Jinhyuk. Dirinya lalu mengusap punggung tangan milik Jinhyuk. Jinhyuk masih terlelap, sepertinya dokter sengaja memberi obat yang mengandung senyawa antihistamin atau senyawa lain yang membuat peminumnya menjadi mengantuk kemudian tertidur, karena sejak kemarin meski sudah sadar Jinhyuk lebih banyak tidur. Lazimnya memang seperti itu, karena orang sakit tentu butuh banyak istirahat untuk memulihkan kondisinya.

Wajah Jinhyuk terlihat lebih segar tidak sepucat saat dirinya masih berjuang antara hidup dan mati. Dirinya juga sudah tidak menggunakan alat bantu napas. Kondisinya jelas berangsur membaik.

"Jinhyuk, makasih udah bertahan. Makasih udah sadar. Makasih banget Hyuk," ujar Wooseok kemudian mengecup dahi Jinhyuk. Kebiasaan yang selalu dirinya lakukan selama Jinhyuk tidak sadar. Wooseok lupa kalau saat ini Jinhyuknya tak lagi koma.

Jinhyuk membuka matanya, sontak membuat Wooseok terkejut. Wooseok mematung.

"Makasih juga lo selalu nemenin gue," suara Jinhyuk lirih tapi terdengar jelas di telinga Wooseok. Mata mereka saling beradu, kerinduan jelas terpancar dari masing-masing pemilik netra. Wajah Wooseok memerah. Jinhyuk mengangkat sedikit kepalanya, wajah Jinhyuk semakin dekat membuat degup jantung Wooseok berirama cepat, kemudian bibir mereka saling bersinggungan, mulanya itu hanya kecupan tetapi keduanya tak berhenti di situ, tanpa memedulikan kalau salah satu dari mereka sedang menyandang status pasien dan tanpa menghiraukan mereka sedang berada di mana. Rasa rindu itu tak lagi terucap oleh kata. Perasaan cinta itu pun cukup tergambar jelas dengan bagaimana mereka menikmati napas mereka yang begitu dekat.

Mereka berdua tersadar kala suara pintu ruangan terbuka. Byungchan menjatuhkan kantong plastik berisikan tiga roti sandwich yang ia beli di kantin rumah sakit. Tangannya bingung harus menutup mulutnya yang menganga karena kaget atau menutup matanya karena melihat sesuatu yang seharusnya tak ia lihat.

Bagai pasangan mesum yang terciduk Satpol PP, Wooseok dan Jinhyuk salah tingkah. Jinhyuk menarik selimut menutupi seluruh wajahnya. Sementara Wooseok memunggungi Byungchan kemudian beranjak ke kamar mandi.

Byungchan masih mencerna apa yang dilihatnya. Bertanya mengapa dirinya harus melihat dua insan yang selama ini tersesat dalam bimbang perasaannya menikmati indahnya hormon oksitosin, dopamin, dan serotonin bekerja.

More Than FriendWhere stories live. Discover now