Bola mata milik Wooseok mengedar, menelisik dan menelaah ruangan yang tidak begitu luas namun cukup nyaman untuk beristirahat. Tempat tidur yang tidak begitu besar dibalut dengan seprai warna biru bermotif garis vertikal dan horizontal, dinding yang entah mengapa Jinhyuk memilih cat warna hijau, rak buku yang berisikan tak hanya buku tapi barang-barangnya yang lain namun dengan penataan yang begitu rapih, meja belajar yang di atasnya terletak lampu baca, dua bingkai foto, tumpukan beberapa buku, dan tempat untuk meletakkan peralatan alat tulis.
Gue baru sadar beneran Hyuk. Gue jarang banget ke rumah lo apalagi ke kamar lo. Ini baru kedua kali gak sih Hyuk gue ke kamar lo? Pertama dulu banget waktu kita umur 6 tahun, lo nunjukkin lo akhirnya berhasil nyusun lego gundam pertama itu dan kedua kalinya ya ini, iya baru sekarang gue nginjekin kaki di kamar lo lagi. Hyuk, gue kemana aja? Gue baru sadar selalu lo yang nyamperin gue, selalu lo yang menghampiri gue, nemenin gue. Sementara gue?
Satu tetesan air mulai jatuh dari netra milik Wooseok.
Rapih banget sih lo, gue gak bisa serapih ini Hyuk. Pantes lo sering banget ngerapihin kamar gue.
Wooseok mendekati meja belajar, diraihnya satu bingkai foto yang terpajang itu. Wooseok tersenyum melihat foto yang ada di dalamnya. Bunda, Jinhyuk, dan Ayah terlihat begitu bahagia menatap kamera. Diletakkan kembali bingkai foto itu ke tempat semula kemudian Wooseok mengambil bingkai foto satunya, bingkai foto yang sudah mendistraksinya sejak ia lihat. Foto mereka berdua, Wooseok bahkan tak ingat, foto itu diambil saat mereka sedang apa dan kapan. Lagi-lagi air matanya jatuh kali ini tak hanya setetes tapi sudah mengalir begitu deras.
Kenapa lo pajang sih?
Wooseok menatap rak buku, dirinya membuka satu-satunya kotak besar berwarna hitam yang ada di bagian bawah rak buku itu. Wooseok yakin kotak ini, kotak yang dimaksud Byungchan. Kotak tentangnya.
Mustahil Wooseok tak menangis, kali ini isakannya lebih kuat, tangisnya sempurna pecah kala ia terus mengeluarkan dan melihat apa yang ada di kotak itu. Kotak istimewa bagi Jinhyuk. Bukti fisik kenangannya dengan Wooseok. Kumpulan album foto Wooseok bersama Jinhyuk, hadiah-hadiah dari Wooseok, tulisan-tulisan ucapan maupun tulisan tidak penting yang pernah Wooseok berikan kepada Jinhyuk tertumpuk rapih di kotak itu dan sebuah kotak kecil dilapisi beludru berbentuk penyu dengan sebuah cincin di dalamnya. Terdapat ukiran di sisi dalam cincin itu, ukiran bertulis weishin. Gabungan nama panggungnya dahulu, dahulu saat mereka masih menjadi murid pelatihan. Hati Wooseok sungguh mencelos, terngiang perkataan Byungchan.
Kalau lo nemu cincin kak, cincin itu buat lo Kak, tapi gagal dikasih. Iya, cincin itu dia siapin buat confess ke lo untuk kedua kalinya tapi gak jadi, karena dia liat lo ditembak Kak Kogyeol.
Wooseok memeluk kotak beludru itu, menyesali semuanya. Selama ini nyatanya hanya Jinhyuk yang ada untuk dirinya. Sementara dirinya tak pernah ada untuk Jinhyuk. Mungkin kata sahabat pun tak pantas untuk Wooseok.
Jinhyuk maafin gue. Maafin gue. Tuhan please jangan ambil Jinhyuk. Jangan. Jangan ambil Jinhyuk. Hyuk, kasih gue kesempatan buat bales cinta lo ke gue. Gue mohon. Gue mohon.
Jinhyuk, kalau lo pergi ninggalin gue. Demi Tuhan gue gak akan pernah bisa maafin diri gue sendiri.
YOU ARE READING
More Than Friend
FanficNarasi dari weishin sosmed au "More than Friend" You can find "More than Friend" on my twitter