More than Friend

227 7 0
                                    

Wooseok menatap kedua telapak tangannya yang masih berlumuran darah milik sahabatnya. Tubuh kecil itu tak bisa melepaskan pandangan dari telapak tangannya sendiri. Tertegun. Bagai sebuah film yang terus ditonton ulang, kilasan tentang apa yg ia lihat tadi, tentang bagaimana kondisi Jinhyuk terus memenuhi kepalanya. Ketakutannya terus menyesakkan hati.

Wooseok kembali mendekat setelah petugas medis berhasil membaringkan tubuh Jinhyuk di tandu. Tubuh 185 itu sempurna tak berdaya. Petugas medis memasangkan pennyangga pada lehernya, begitu juga dengan kedua kakinya. Kepalanya yang tak juga berhenti mengeluarkan darah dililit kasa. Infus. Masker oksigen dipasangkan pada tubuhnya sebelum dibawa oleh ambulance. Wooseok ikut memasuki ambulance tak peduli pada managernya yang juga tak tahu harus berbuat apa.

Sakit menjalar ke seluruh tubuh Jinhyuk. Tubuhnya bagai ditusuk ribuan jarum. Ditatapnya Wooseok yang tak melepaskan genggaman tangannya pada jemari Jinhyuk, meski wajahnya terlihat begitu buram dalam pandangannya. Suara isak tangis dan harap terdengar dari bibirnya.

Jika saja tidak dalam keadaan seperti ini, Jinhyuk ingin mengatakan pada Seungyoun bahwa Wooseok menangis karena dirinya. Iya, karena Jinhyuk.

Air mata Jinhyuk pun menetes, selain sakit yang ia rasa di seluruh tubuhnya, hatinya juga sakit karena jemarinya bahkan tak mampu membalas genggaman Wooseok apalagi untuk menghapus air matanya dan mendekapnya menenangkan seperti biasa. Jinhyuk berusaha menuruti Wooseok untuk terus terjaga tetapi sakit pada tubuhnya semakin menjalar tak terkendali, tak ada yang bisa Jinhyuk tahan, pandangannya menggelap bersama dengan pendengarannya yg semakin sayup kemudian hilang. Kalimat terakhir yang ia dengar, "Jinhyuk jangan pergi."

More Than FriendWhere stories live. Discover now