Blood

9 0 0
                                    

Cahayanya perlahan-lahan berubah warna.

Mereka menyadarinya, tentu saja; sebab warna biru yang semula muncul dan hilang dari pandangan mulai menjelma warna ungu, dan warna ungu itu pelan-pelan menciptakan warna merah menyala—

"Seperti darah," celetuk yang satu.

"Atau seperti cahayamu," jawab yang lain. "Tidakkah cahayamu juga berwarna seperti ini?"

"Aku lebih suka menyamakan cahayamu dengan darah."

"Memangnya kenapa?"

"Sebab itulah kehidupanmu," katanya. "Seperti dia, kamu akan jadi semakin kuat dengan menumpahkan darah orang lain. Tetapi kamu bukan dia, sebab kamu membiarkan darah orang lain itu mengalir di dalam tubuhmu dan menguasaimu."

"Aku benci kalau kamu sudah bicara berbelit-belit seperti itu."

"Tapi kenyataannya kamu tetap di sini, kan?" Kekeh lawan bicara-nya menggaung di penjuru kamar. "Lagi pula, kata-kataku berakhir membelit orang yang tepat."

"Orang yang tepat untuk apa?"

"Kau akan tahu kalau waktunya sudah tiba," kata sang lawan bicara. "Tapi sekarang, tunjukkan lagi cahaya merah itu untukku."

Maka, cahaya merah itu kembali berpendar, dan pantulan wajah seorang terpantul tepat pada permukaannya.

Wajah itu adalah wajah kanak-kanaknya sendiri. 

[COMMISSION] SciamachyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang