"Mentari pagi memang menghangatkan, tapi entah mengapa senyummu lebih hangat"
***
Pagi ini Tara menguatkan hatinya untuk pergi ke sekolah ,ia tidak mau bertemu dengan Dhirga hari ini, ia masih merasa sakit hati dengan perlakukan Dhirga yang lebih memihak kepada Rena ketimbang dirinya.
“Ma Tara berangkat dulu ya,” ujar Tara setelah menyelesaikan suapan terakhirnya.
“Iya hati-hati ya Tara,” saut Dewi dari arah dapur.
***
“TARRAAA!!!!” panggil seseorang dengan suara yang cukup keras yang membuat Tara pun reflek menoleh ke sumber suara.
“Elang? Ada apa Lang?” tanyanya ketika Elang sudah ada di hadapannya.
“Nanti pulang sekolah kita disuruh latihan sama bu Riska, kita kan belum ada persiapan apa-apa buat pensi bulan depan,” tutur lelaki bertubuh tinggi itu.
“Iya sih, oke deh nanti pulang sekolah pasti gue dateng, kita ketemu di ruang band ya,” titah Tara.
“Oke deh,”
Setelah berbincang dengan Elang, Tara melanjutkan langkah kakinya menuju kelasnya.
Tara mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru sekolah, seperti sedang mencari seseorang.’ Aneh biasana dia ada di sini’ batin Tara ketika ia melewati kelas Dhirga tak jarang Dhirga dan teman-temannya nongkrong di depan kelas.
“Apa belum dateng ya, iya paling belum dateng orang Elang aja tadi masih di jalan,” gumam Tara pada dirinya sendiri.
“Lo nyariin gue?” tanya seseorang tiba-tiba dan langsung mengagetkan Tara.
“EH MONYET!” teriak Tara seraya memutar badannya menghadap orang tersebut.
“Monyet-monyet ganteng-ganteng gini lo bilang monyet,” balas Dhirga dengan wajah sok tidak terima.
Iya orang itu Dhirga, orang yang Tara cari, padahal tadi di rumah Tara sudah memantapkan diri untuk tidak bertemu dan sebisa mungkin menghindari Dhirga bila berpapasan.
Tapi mengapa kini dia malah mencari Dhirga? Tara merutuki dirinya sendiri.
“Ih ngapain sih lo ngagetin gue?” amuk Tara.
“Dih, siapa yang ngagetin gue kan cuma nanya lagian gue juga biasa aja tadi ngomongnya, lo nya aja yang kagetan,” balas Dhirga tak mau kalah.
“Ih tau ah, pagi-pagi udah bikin naik darah aja lu,” ucap Tara masih dengan nada yang sama dan langsung membalikan badannya dan berniat untuk melangkah kembali ke kelasnya.
Namun, lagi-lagi ada orang yang menghentikan langkahnya.
“Tara,” ucap Dhirga halus.
“Kenapa lagi sih?” tanya Tara masih menggunakan nada marahnya.
“Gue minta maaf ya,” sambung Dhirga.
“Gak perlu,” tukas Tara seraya jalan meninggalkan Dhirga.
Sedangkan Dhirga?
Lelaki itu tampak frustasi, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ia bingung harus bersikap bagaimana untuk meminta maaf kepada Tara, pasalnya kemarin ia memang tidak ada niatan untuk membela salah satu dari mereka.
Bel masuk telah berbunyi.
Cepat-cepat Tara menuju kelasnya. Setelah bertemu Dhirga tadi Tara memutuskan untuk ke belakang sekolah, entak mengapa persaannya kalut. Ia bingung pada dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
DHIRGANTARA
Teen Fiction[ DHIRGANTARA ] Dhirga Gio Alfaro cowok yang super duper resek tapi bikin kangen cowok yang rasanya pen gue tampol kalo ketemu dan cowok yang selalu bikin gue nggak bisa tidur setiap malem. Seorang most wanted dari SMA Gemilang yang jago main alat m...