8. Tugas OSIS

77 18 5
                                    

Suasana kantin yang ramai tak membuat siswa malas untuk mengunjunginya, bahkan ada yang rela berantre panjang untuk membeli makanan yang mereka inginkan.

Tak terkecuali Dhirga dan teman-temannya, mereka tak mau absen dari kantin. Bisa dilihat mereka sudah ada di posisinya masing-masing.

Rangga dan Fano sedang duduk di ujung kantin untuk menggoda adik kelas yang lewat, Vito sedang menikmati nasi gorengnya, sedangkan Elang dan Dhirga sedang membicarakan soal gebetan barunnya Rangga.

“Eh Fan gue liatin ni ya gebetan baru gue,” ucap Rangga dengan bangga. “Mana? Paling ga jauh-jauh sama siti ropeah,” kata Fano dengan tawanya.

“Enak aja lu, lagian ni ya gue ga kenal sama yang namanya Siti Ropeah,” balas Rangga. “Awas aja ya lu kalo sampe lo naksir sama gebetan gue,”. “Ga akan,”

Sudah sekitar 10 menitan Fano dan Rangga menunggu gebetan baru Rangga, namun tak kunjung datang-datang.

“Ngga mana sih cewek lu kok ga dateng-dateng dari tadi? Lo ngerjain gue ya?” tanya Fano curiga.

“Apaan sih enggak, kalo ga percaya tanya aja tu sama si Dhirga, dia pernah liat gebetan gue,” sangkal Rangga. “La terus mana dari tadi ga dateng-dateng,”

“Ya mana gue tau lah, apa mungkin dia lagi ga mau ke kantin?” tanya Ranga.

“Ya, dia ga mau ke kantin gara-gara tau ada lu di sini,” cerca Fano yang sudah capek menunggu.

“Ih apaan sih lu,” balas Rangga.
“Lagian ya mana gue tau lah, kok malah tanya sama gue lo kan calon pacarnya gimana sih,” omel Fano.

Tak berselang lama terlihan seseorang sedang berjalan di lorong menuju kantin. Dengan heboh Rangga langsung berseru kepada Fano.

“Fan itu Fan orangnya,” ucap Rangga dengan cukup keras dan mengagetkan Fano.

“Mana-mana?” tanya Fano juga ikut heboh. “Itu,” tunjuk Rangga yang langsung diikuti Fano.

“Azira?” ucap Fano, yang langsung ditoleh Rangga. “Lo kenal sama dia?” tanyanya.

“Itu gebetan lo?” kini malah Fano yang balik tanya. “Iya, emang kenapa elo juga suka? Aduh tadikan gue udah bilang lo ga boleh suka sama…” belum sempat Rangga melanjutkan ucapannya Fano sudah menyelanya.

“Dia sepupu gue,” potong Fano. Rangga yang mendengar itu langsung membelalakan matanya.

“Apa lu bilang sepupu lo?” tanya Rangga shock, yang hanya diberi anggukan oleh Fano.

“Aduh lo jangan suka sama dia deh,” titah Fano. “Ih kenapa emangnya? Serah gue dong mau suka sama siapa aja, ni ya dengerin mau dia sodara lo mau adek lo gue tetep suka sama dia, bakal gue perjuangin,” ucap Rangga meyakinkan.

Sedangkan Fano masih terpaku di tempat. Ia masuh shock dengan kenyataan ini, bagaimana bisa Rangga suka dengan Azira sepupunya sendiri.

Ia tahu betul bagaiman sifat Rangga tentang percintaan. Ya walaupun kadang bisa setia juga.

Tapi Fano tetap tidak bisa percaya pada Rangga sepenuhnya.

“Ey Fan diem aja lu, tenang aja gue ga bakal nyakitin Azira santuy ma bro,” ucap Rangga menenangkan dan menyakinkan Fano. Karena Rangga tahu betul apa yang sedang dipikirkan Fano.

“Beneran ya, sampe si Zira nangis-nangis ke gue, gue hajar lu,” ucap Fano seolah memberi peringatan kepada Rangga. “Iya-iya,”

Tanpa memikirkan Rangga Fano berjalan begitu saja meninggalkan Rangga di belakangnya dan berniat menghampiri teman-temannya yang lain.

DHIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang