00.01

14 3 0
                                    

Hallooo..
Selamat menginjak awal bab.
Disini adalah awal kalian berimajinasi dengan seorang Candra.

Selamat membaca
.
.
.
.
.


"Can. Nanti kamu berangkat sendiri ya. Soalnya papa udah berangkat dari tadi.. kamu sih gak bangun bangun." Ucap mama yang sedang mengoles selai roti untuk Candra dan adiknya ,Chika.

"Iya mah.. terus adek sama siapa?"

"Aku libur bang."Jawab chika
"Oh iya bang.. kok kak Luna jarang main ke sini sih? Kan aku kangen. Pengen shopping bareng kak Luna lagi." Tanya Chika yang memanyunkan bibirnya.

"Kak Luna sibuk dek,dia kan ketua osis. Jadi, wajarlah kalo dia jarang kesini. Kadang kak Luna pulang jam 5 sore." Jelas Candra sambil setelah menelan roti nya.

"Owh.. Abwang nggwak bwantwuin kwak Lunwa?"

"Telen dulu Chik. Mama nggak suka." Tegur Bella karena tidak suka jika melihat anaknya berbicara sambil mengunyah makanan. Apalagi perempuan, tidak sopan katanya. Chika yang ditegur menyengir dan meminta maaf.

"Bantuin kok. Tapi kalo dia udah bener-bener kewalahan. Kadang Abang kasian sama kak Luna. Tugas nya banyak banget."

"Maklumlah Bang. Kan dia ketua osis. Ketua osis di smp ku juga gitu. Sibuk banget." Ucap Chika memaklumi.

"Hmmm.. yaudah. Ma aku berangkat. Udah jam 7 kurang."
Candra pun melahap suapan terakhirnya sambil mengambil ranselnya. Setelah itu,ia menyalimi tangan Bella dan mencium kening Chika.

"Assalamualaikum mah,Chik." Candra pun berlalu sambil membenarkan letak dasinya.

"Waalaikumsalam." Ucap Bella dan Chika serempak.

                             --------
 
15 menit Candra tempuh untuk melaju ke sekolahnya di SMA Merah Putih. Salah satu sekolah yang terakreditasi A di ibu kota namun tindakan bullying masih menjadi kebiasaan di sekolah itu.
Candra menduduki kelas 11 IPA 2, sedangkan Luna,kekasihnya, duduk di kelas 11 IPS 1.

Dan,jangan lupakan tindakan bullying nya. Karna,Candra menjadi salah satu korban pembullyan. Bukan menjadi pelaku.

Seperti saat ini, setelah memarkirkan sepeda  kesayangannya, Candra dihadang oleh komplotan geng sekolah. Siapa lagi kalau bukan Deril,Yuka,dan Bobi.

"Wehh... Ada dedek Candra disini." Ucap Yuka sambil mendekati Candra. Candra yang risih dengan sebutan dari Yuka langsung menangkis tangan Yuka yang mendarat di pundaknya.

"Lepasin gue. Minggir.!" Ucap Candra dengan suara tertahan.

"Yaahhhhhh... mau nangis." Celetuk Deril sambil terbahak.

Sungguh. Saat ini,ingin sekali Candra meninggalkan tempat ini. Keringatnya sudah bercucuran. Bukan ini yang ia inginkan. Mana keberaniann yang dulu. Bahkan,dulu ia mampu membuat orang lain terdiam dengan gebrakan mejanya. Namun sekarang? Untuk mengontrol air mata nya pun ia tak sanggup.
Mata nya sudah memburam. Siap meluncurkan sebuah cairan.

"Laki kok nangis. Laki apa--" belum sempat Deril menoyor kepala Candra. Terdengar teriakan dari arah ruang osis.

"BERHENTI ATAU GUE LAPOR GURU BK. SEKARANG!!!"

Keempatnya serempak menoleh. Dan malaikat penolong Candra datang tepat waktu. Dia Aluna Alvida, ketua osis sekaligus pacar Candra sejak mereka duduk dibangku kelas 8 smp.

"Pawangnya dateng. Cabut gais." Ucap Deril mengajak teman-temannya pergi. Sebelum pergi,Deril sempat membisikkan kata-kata yang membuat Candra menegang.

Luna segera berlali menghampiri Candra.
"Are you okay?" Tanya Luna sambil menghapus air mata Candra.

"Fine." Jawab Candra tersenyum simpul. "Lun,Aku ngerepotin kamu ya?" Tanya Candra sambil menunduk.

"Sama sekali enggak. Bentar,aku hubungin Bintang  buat jemput kamu ke kelas. Aku ga bisa anter soalnya proposal belum aku ajuin ke Pak Mahmud."

"Enggak usah!!" Tolak Candra dengan cepat. "Kelas aku deket Lun,cuma naik 2 tangga udah sampe."

"Kamu yakin?"

"Jangan buat aku jadi cowok lemah Lun."

"Oke fine. Udah sana. Bentar lagi masuk. Fighting." Ucap Luna sambil mengangkat kepalan tangan ke atas. Candra yang melihat hanya bisa tersenyum dan menampakan dimpels nya. Gemash.

Candra melanjutkan jalannya ke kelas. Sampai di kelas ia menghembuskan nafasnya.
"Hffttt. Untung ga ada gangguan."

Baru saja ia akan mendudukan pantatnya di kursi, dia mendengar pengumuman bahwa hari ini freeclass dikarenakan rapat dadakan guru-guru.
Candra mengumpat pelan
"Tau gitu, gue gak masuk hari ini." Okelah. Mungkin pagi ini,ia akan melanjutkan tidurnya. Baru memejamkan mata sebentar,Candra dikejutkan dengan gebrakan meja yang ditimbulkan oleh Rani,salah satu biang gosip dikelasnya.

BRAKKKK..

"CANN CANDRA. WOI CAN. LO HARUS SEMBUNYI CAN.. GAWATTT.. DERIL AND THE GANG KATANYA MAU KESINI. CEPET WOII SEMBUNYIIII" Rani terlihat kalang kabut sambil berteriak seperti orang kesetanan kala ia mendapat kabar dari rekan lambe turahnya yang sekelas dengan Deril.

"Maksud lo apa Ran?" Tanya Candra setengah menguap.

"GASWATT CANN.. INI SI DERIL MAU KESINIIIIIII. CEPETAN SEMBUNYI SEBELUM LO DIBULLY LAGI WOII BURUANNNNNNN!!!" Rani kembali berteriak saat Candra hanya  memasang wajah cengo. Argh Candra. 
Setelah beberapa detik,Candra sadar dan segera bangun dari duduknya. Dia berniat untuk ke kelas Luna. Baru satu meter melangkah,Candra sudah dihadang  oleh Deril.

"Hallo Candra. Ketemu lagi kita." Deril menyapa Candra dengan suara rendahnya. Tangan Deril menepuk kepala Candra yang memang lebih pendek darinya.

Lagi. Candra mulai dilanda ketakutan. Keringat dingin mulai menetes dari dahinya.

"Sekarang nggak ada malaikat lo lagi. Lo mau apa Ndra? Cowok kok letoy. Dikit dikit mewek,dikit dikit pingsan. Cowok apa banci lo. Cemen amat." Pedas. Menusuk. Candra tergagap mendengar pernyataan dari Bobi. Matanya mulai memburam.

"NANGIS MEWEK!!!" Bentak Deril tepat di hadapan Candra. Candra hanya bisa terisak sambil berdoa mengharap Luna segera datang.

"BUBAR BUBAR WOI BUBARR!!!" Semua orang serempak menoleh ke sumber suara. Dia,Bintang. Sahabat dari Candra.
"KALO LIAT ORANG DIBULLY,TOLONGIN DONG. JANGAN CUMA DILIATIN.!!" Bintang menghampiri kerumunan sambil berteriak seperti orang kesetanan. Dia benar benar tidak habis fikir,bagaimana bisa ? Orang yang didepan mata sedang dibully malah cuma diliatin. Nggak ditolongin. Ckckck.

"Waahh...Pahlawan kesiangan dateng nih. Can,samperin tuh pahlawan lo. Jangan diem aja." Yuka mulai melancarkan aksinya dengan mendorong-dorong bahkan hampir membuat Candra jatuh.

Bintang segera menarik Candra dan melindungi dibalik tubuhnya.

"Mau jadi pahlawan kesiangan buat cowok barbie ini,eoh?" Deril bertanya tepat dihadapan Bintang dengan wajah tengilnya.

"Ga ada yang mau jadi pahlawan kesiangan. Gue cuma mau bantu sahabat gue dari pecundang kaya kalian.!!" Ucap Bintang seraya menunjuk wajah ketiga orang tersebut.

"Pecundang? Disini siapa yang pecundang. Gue apa temen lo yang sembunyi ini? Hm?" Deril melangkah semakin dekat dengan Bintang. Dia tersenyum culas saat melihat badan Candra bergetar.

"Astaagaaa.. Tuan putri kita menangis. Lihatlah teman teman. Hahahahaha " suara tawa mulai terdengar keras. Deril melihat wajah Bintang memerah karna menahan emosi.

"Hei Bin.  Am i worng?"

Bugh.

Tanpa banyak bicara,Bintang menghadiahi Deril dengan bogeman mentah tepat di ujung bibir sebelah kiri. Belum sempat Deril membalas, sebuah teriakan lain berhasil membuat mereka menoleh.

"BUBAR ATAU GUE TAMBAH POIN KALIAN!" Itu suara Luna. Sang ketua osis sekaligus kekasih Candra. Lagi lagi,Luna menyelamatkan Candra.

"Shit. Tunggu pembalasan gue Bintang."
.
.
.

Salam hangat dari author
Istrinya Jung Chanwoo :*

My Dear LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang