dissident girl 2 revisi

96.6K 4.1K 210
                                    

Tandai typo
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Angel

Aku membaca peraturan ini dengan malas karena terlalu banyak yang di tuntut oleh pria itu dan hampir semuanya tidak ada satupun yang menguntungkan bagiku. Walau aku tahu alasan ku ada di sini memang untuk merubah diri dan menjadi lebih baik, lagi, tapi tidak bisakah pria itu membuat ku merasa senang.

Aku melempar lembaran kertas itu kasar tepat di hadapan, Vero. "Kamu tampan, tapi sayang tidak bisa menikmati hidup." ucap ku sarkas seraya menyilangkan kedua tangan. Vero masih terdiam dengan wajah datar dan dingin yang melekat di sana, bahkan ekspresinya tidak berubah sama sekali.

"Terserah apa kata mu. Intinya jangan pernah mencoba melanggar peraturan itu atau kamu tidak akan saya kasih uang sepeser pun."

Hell! Apa katanya tidak dapat uang? Aku tidak takut dengan ancamannya karena selama disini Daddy akan mengirimi ku uang.

Vero bangkit tanpa kata langsung melenggang menuju anak tangga namun sebelum kakinya melangkah lebih jauh, pria itu menatap ke arahku yang masih setia menatapnya dengan pandangan tak bersahabat.

"Oh iya, jika kamu mengira om Haris mengirim uang pada mu... Kamu salah, karena dia mengirim uang pada saya." Katanya setelah itu kembali melangkah, jangan tanya bagaimana ekspresi wajahku sekarang.

Aku benar-benar kesal, Memijat keningku pelan, terlalu syok. Jika Daddy mengirim uang pada Vero, berarti uang jajanku selama sebulan tidak boleh lebih dari 10 juta sesuai peraturan yang tadi ku baca. Aku kira ini tidak akan sesulit itu, uang 10 juta? Untuk membayar perawatan wajahju saja masih kurang, apa lagi jika untuk rambut, shoping, mengecat kuku, pedicure dan lain-lain.

Sial kepalaku rasanya hampir pecah tidak bisa membayangkan semua itu. Sepertinya aku harus meluluhkan pria dingin itu jika ingin kesenanganku kembali seperti semula. "Tunggu saja permainanku, Vero." Tersenyum sinis menyusun rencana di kepala cantik ku dengan sempurna.

Walau sebernya aku tahu rencana ini tidak akan berhasil apa lagi dengan, Vero yang ternyata gay itu akan sangat sulit untuk menaklukkan pria sepertinya. Tidak, tidak. Aku Angela Riana Antoinette pasti bisa meluluhkan hati pria bernama Alvero.

🌈🌈🌈

Keesokan harinya

Vero

Aku tercengang mendengar penjelasan om Haris waktu itu, jika ternyata Angel adalah gadis yang sangat amat boros melebihi Alexis. Bagaimana tidak, ternyata gadis itu bisa menghabiskan hampir satu milyar hanya dalam satu hari. Sial semuanya terlalu rumit. Itu yang membuatku malas jika berhubungan dengan wanita atau menjalin kasih, karena mereka hanya membuang waktu, uang, dan tenaga.

Angel Riana nama yang bagus tapi tidak dengan kelakuan gadis itu yang terlalu liar di usianya yang masih muda, bahkan sangat muda yaitu 20 tahun. Aku sudah mencari tahu tentang kehidupannya di Inggris, dia model dan aku tidak suka dengan profesinya itu.

Saat melihat beberapa foto yang sudah di terbitkan di majalah, dengan hampir semua lekuk tubuhnya yang di perlihatkan, di sana dan sial aku benci senyuman menggoda dari gadis kecil itu yang ternyata bisa membangkitkan sisi lelakiku.

Aku menatap gadis itu mengintimidasi yang tengah makan dengan wajah yang mungkin sengaja di buat polos. Walaupun seperti itu aku tidak akan pernah terpincut dengannya, dan aku juga tahu rencana di otak cantiknya untuk menaklukkanku.

"Mengapa senyum-senyum sendiri, sudah gila?"

Aku bisa melihat raut wajah itu langsung berubah dalam sekejap, dia membanting sendok dan garpu yang ada di tangannya kasar, membuat suara dentingan di sana.

🌈🌈🌈

Angel

Aku terus merencanakan sesuatu untuk menaklukkan Vero. Aku bisa membayangkan bagaimana senangnya jika benar-benar pria itu luluh dalam genggamanku dan memohon agar aku membalas cinta yang sudah aku rencanakan sedari kemarin.

Aku mengeluarkan jurus senyuman ku dengan sangat manis agar dia luluh. Karena dengan senyuman inilah aku bisa memincut banyak pria sekali tatap.

"Mengapa senyum-senyum sendiri, sudah gila?!" Apa katanya gila? Seketika senyum di wajahku sirnah digantikan dengan tatapan tak bersahabat.

Aku menarik nafas mengusahakan agar kembali tersenyum padanya berdehem pelan. "Aku hanya sedang menikmati wajah tampan mu!"

Vero mengangkat kedua alisnya secara bersamaan. "Kamu kira saya akan luluh dengan gombalan receh mu itu?" Pria itu menatapku dengan ekspresi tak berubah.

"Aku tidak gombal, hanya mengucapkan apa yang sebenarnya ada." Aku kembali tersenyum walau merutuki kebodohan ku yang malah berkata seperti itu.

"Terserah apa katamu, ayo kita harus berangkat"

"Kita! Apa maksud mu?!"

"Oh iya saya lupa memberi tahu, selama 6 bulan kamu akan ikut saya pergi ke kantor untuk mempelajari bagaimana mengurus suatu perusahaan."

"Aku tidak bisa, kepala ku tiba-tiba pusing dan lemas karena efek perjalanan jauh" Jawabku selemah mungkin agar pria datar itu tidak jadi mengajak ku ke perusahaannya.

Aku bisa melihat pria itu mengernyitkan matanya mencari kebohongan dalam diriku. Sejujurnya aku memang tidak berbohong, rasanya tubuh ku itu lemas. "Oke!" Satu kata yang bisa mengakhiri sebuah obrolan yang di lontarkan oleh Vero, setelahnya pria itu benar-benar bangkit meninggalkan ku seorang diri di meja makan tanpa berkata.

Apa ini, seorang Angela di abaikan oleh pria yang membuat harga dirinya tercoreng. Padahal jika di Inggris hanya sekali tersenyum dan mengedipkan mata, semua pria langsung bertekuk lutut padanya. Sepertinya rencana untuk menaklukkan pria datar dan dingin itu harus di percepat. Aku ingin tau sehebat apa dia sampai berani mengabaikaku.

Drtt

Mata ku seketika beralih pada ponsel yang berada di atas meja memunculkan nama daddy ku di sana. Membuatku sekerika tersadar jika saat sampai di Indonesia lupa menghubungi daddy karena terlalu lelah.

"Halo, dad. Maafkan angel lupa menghubungi saat sudah sampai" Ucapku tanpa basa basi.

"Tidak apa-apa, daddy tau kamu kelelahan. Bagimana Indonesia apa mengasikkan? "

Aku menghela nafas. "Ehm... Mengasikkan tapi tidak dengan anak om Alvaro yang super menyebalkan itu," Daddy terkekeh seakan senang dengan penderitaan yang aku alami.

"dan dad, aku butuh penjelasan mu. Dad bilang aku akan tinggal dengan om Alvaro dan tante Alanta, tapi aku malah tinggal bersama Vero! " Protes ku tak suka. Ini sudah di luar kesepakatan yang dad dan aku buat sebelum berangkat.

"Memang awalnya kamu akan tinggal dengan mereka tapi, banyak rumor yang mengatakan jika Vero gay dan selama ini Alvaro dan Alanta tidak pernah sekali pun melihat anaknya pergi dengan wanita.

Jadi dia ingin membuktikan dengan adanya kamu dirumah Vero, apakah dia benar-benar gay atau tidak. "

Aku terdiam tak percaya mengerjakan mata. Ternyata aku juga tengah di manfaatkan sebagai uji coba kenormalan seorang Vero!. "Oh iya ini sudah malam, besok dad akan menelpon mu lagi. See you" Setelahnya sambungan telepon itu terputus dan menambah keheranan ku.

Sudah malam? Seketika aku langsung berlari menuju jendala menatap langit dengan heran dan sampai akhirnya aku tersadar jika di Indonesia siang pasti di Inggris malam.

"Mengapa kamu menjadi sangat bodoh angel! " Merutuki diriku sendiri dengan sebalnya.

dissident girl (Gadis Pembangkang) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang