2 | Make Me Mad

1.6K 291 33
                                    

Tak semua benci bisa menjadi benci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak semua benci bisa menjadi benci. Terkadang kita harus menjadikan benci sebagai alibi.
- Yeriana

***

Gila.

Wanita itu berhasil membuatnya gila setengah mati. Belum satu hari, namun ia berhasil menyentuh luka yang telah lama sembuh. Hingga saat ini Mark tak habis pikir, bagaimana cara wanita ular macam dia bertahan hidup hingga menjadi jauh lebih berbisa daripada anak konda di hutan Amazon.

Sambil merebahkan dirinya di ranjang, Mark mengurut kening yang makin pusing. Migrainnya kambuh hanya karena pernyataan Yeri setelah aksi heroiknya tadi.

"Lo ngapain di sini?!" bentaknya tepat setelah menarik paksa Yeri keluar bar. Menatap wanita itu tajam.

Yeri tak langsung menjawab. Menyilangkan kedua lengannya di depan dada dan menatap Mark sinis.

"Jual diri," dengusnya yang langsung dihadiahi pelototan oleh Mark.

"Gue nanya serius, Yeriana!"

Ditanya baik-baik, jawaban wanita itu kerap kali menguras emosi. Jika bukan karena koneksi rasionalnya yang mendadak terputus tadi, mungkin ia akan meninggalkan Yeri di sini. Dengan alibi yang tak jelas pula. Mark juga masih tak paham dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Menjadi pahlawan untuk si iblis?

Tak mengindahkan tatap tajam Mark, Yeri memilih menatap kuku merahnya. "Mau gue dimanapun juga bukan urusan lo, kan?"

"Lo masih kukuh nyari pendonor buat ngehamilin, lo?"

Yeri mengangguk yakin. "Gue mau tau rasanya hamil dan ngelahirin anak!"

Mark menganga. Tak menyangka Yeri akan sekukuh ini dengan pendiriannya. "Dari orang-orang gak jelas di bar ini?"

"Enggak. Dari awal gue udah mutusin kalau lo yang harus ngasih gue anak," katanya dengan senyum lebar. Seolah tak masalah mengatakan hal itu padanya.

Mark membuka mulut, terkatup lagi lalu mengacak rambutnya frustasi. "Kenapa lo gak adopsi anak aja, sih!"

Yeri berdecak. "Dibilang gue mau tau rasanya hamil, juga!"

"Nikah makannya!" Mark emosi.

"Dih! Ogah!" dengusnya, "ribet, nanti selain ngurus anak gue juga harus ngurus suami."

"Kemana cowok yang ngajak kabur lo habis mutusin gue?"

"Kabur!" katanya santai. Benar-benar terlihat seperti manusia tanpa masalah dalam hidup.

"Ya cari dia! Minta anak sama dia!"

"Ya namanya orang kabur mau cari dimana, Mas Mesta? Mending sama lo aja yang udah pasti ada di depan mata. Proporsi tubuh lo kayaknya juga pas buat angetin gue!" katanya sambil menatap tubuh Mark yang malam itu dibalut dengan kemeja putih dan dua kancing atas terbuka.

Rough LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang