Yeri mengayunkan kakinya sembari mengemut es krim di bangku taman. Di sebelahnya, Mark duduk dan terus menghela napas lelah hingga es krim di tangannya mulai meleleh. Dua insan itu berada dalam satu bangku namun dengan perasaan yang berbeda.
Sesuai dengan permintaan Yeri, akhirnya Mark terpaksa menuruti keinginan wanita itu untuk USG kandungan. Jelas, mereka mana mungkin ke rumah sakit tempatnya bekerja. Sama saja masuk kandang singa itu namanya.
Dan pada akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang, pilihan mereka jatuh di salah satu rumah sakit umum kawasan Jakarta Utara. Sangat jauh dari tempat Mark tinggal memang, tapi demi keberlangsungan masa depannya, ia mana mau mempertaruhkan segalanya hanya untuk USG kandungan yang bahkan belum seumur jagung.
Namun Mark tak pernah tahu, rumah sakit umum akan sepadat ini di hari senin. Maklum, tempatnya bekerja hanya rumah sakit lokal biasa. Jadilah wanita di sebelahnya merengek minta di belikan es krim selagi menunggu antrian.
"Kalau gak mau es krimnya buat gue aja," kata Yeri sambil menggigiti ujung stik es krim.
"Gak boleh! Bekas jilatan gue ini! Mending gue buang aja!"
"Sayang es krimnya, Mark! Gue gak masalah itu bekas jilatan lo juga, kok!" Yeri tersenyum lebar, menahan tangan Mark yang hampir membuang es krimnya.
Mark mendesah lelah. Wanita ini pura-pura tak paham atau bagaimana? "Tapi itu jadi masalah buat gue, Yeri."
"Apa masalahnya? Cuma jilat es krim bekas lo doang, kan? Toh kita udah pernah jilat-jilatan!"
"Heh, mulutnya! Tempat umum ini!" kata Mark sambil membekap mulut Yeri. Meskipun saat ini ia pakai masker dan kacamata hitam, tetap saja kalimat yang baru saja keluar dari bibir Yeri ini berbahaya untuk di dengar orang lain.
"Yauda siniin es krimnya!" katanya setelah berhasil menepis tangan Mark.
"Gak mau!" Mark makin gencar menjauhkan es krimnya dari Yeri.
"Mark ... siniin, ih!" Yeri hampir meraih es krim di tangan Mark, namun pria itu lebih cepat mengarahkannya ke tempat sampah di dekat Yeri. "Mark! Kalau di buang gue teriak, nih!"
"Oke, oke ... Nih!" Karena Mark tahu, ancaman apapun yang terlontar dari mulut Yeri akan selalu dilakukan. Hal gila sekalipun.
"Yeayyyy! Makasih papa!" Yeri antusias, merebut es krim di tangan Mark dengan perasaan bahagia. "Anggap aja es krim yang ini buat anak gue!"
Mark berdehem, memilih memainkan ponselnya dan mengabaikan Yeri yang tampak bahagia hanya karena memakan es krim. Ia mendengus, tersenyum tipis di balik maskernya. Hamil atau tidak, es krim akan menjadi makanan favorit nomor satu Yeri. Tidak berubah.
"Udah habis?" tanyanya ketika tanpa sengaja melirik Yeri yang membuang stik es krim ke tempat sampah. "Ke dalem sono! Gue nungguin sini aja!"
"Yakin lo gak mau liat dedek bayinya?" Yeri memasang raut memohon, netranya berbinar dengan tangan yang mengelus perut ratanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rough Love
Hayran KurguKedatangan Yeri dalam kehidupan Mark setelah lima tahun berlalu adalah sebuah kesialan. Tak puas menghancurkan hidupnya, wanita itu kembali dengan penderitaan dan tawaran gila. Demi Tuhan Yeriana! Dia ini dokter umum, pergilah ke dokter jiwa! © myem...