6 | Osculate

1.4K 245 46
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Loh? Dokter kok pingsannya udahan?" Itu kata pertama yang Saeron ucapkan dengan nada penuh kekecewaan kala melihat Mark kembali ke ruangannya.

Mark berdecak memegang kenop pintu dan menatap perawat itu tajam. "Saya belun makan, jadi kalau kamu liat OB lewat sini tolong minta dia bawain nasi kuning di warteg depan."

Saeron melirik jam tangannya sekilas, lalu menggeleng. "Nasi kuning jam segini udah habis. Tapi kalau nasi putih di warteg ada!"

"Okelah apapun itu, yang penting saya bisa makan di ruangan. Tapi, pak Direktur belum lewat, kan?"

Mark mulai was-was, dan semakin was-was kala melihat anggukan dari Saeron.

"Tadi sempet jenguk pak Dokter, kok!"

Mark mengumpat dalam hati. Itu artinya, direktur bertemu Yeri di sana dan sudah dapat di pastikan, ia akan menelfon putrinya untuk memberitahu kabar buruk itu.

"Tapi ... kenapa Dokter nanyain pak Direktur? Apa mungkin ..."

Mark mengangguk, seolah bisa membaca isi pikiran gadis itu.

"Yeah, tunangan saya bakal ke sini."

"MARKKKKKK!"

See? Baru sedetik dia bilang, sosok gadis berkacamata hitam kini tengah berlari menghampirinya dan menghambur dalam pelukannya. Menjadikan mereka tontonan semua penghuni rumah sakit di poli umum.

"Kamu tadi pingsan, ya? Kenapa? Kok bisa?"

Mark menggeleng pelan sambil diam-diam melepas pelukan wanita itu. Ia tersenyum tipis, menarik tangan sang tunangan. "Kita ngobrol di dalem aja, ya! Gak enak diliat yang lain."

***

Heels hitam Yeri melangkah dengan anggun di poli kandungan. Lenggak-lenggok jalannya sudah mirip model di atas catwalk. Di dukung mini dress hitam, paras cantik dan kulit putih mulusnya, bisa membuat manusia mana pun terbius hanya dengan sekali lihat. Apalagi hembusan angin yang menerpa wanita itu semakin membuat koridor tampak seperti panggung pentas.

Netra Yeri mengedar, hingga matanya menangkap sosok bersneli yang tengah berdiri di administrasi sembari membaca sesuatu. Ia tersenyum cerah sembari berjalan mendekat.

"Injun ... Injun ... Injun ...."

Tubuh Renjun seketika meremang mendengar panggilan itu tepat di belakangnya. Begitu menoleh, sosok makhluk halus tengah tersenyum lebar di depannya. Apa pula dengan bibir super merah itu?!

"Kenapa kesini sih, Kak? Mau bikin gue pingsan juga kayak Dokter Mark?" decak Renjun, menatap tajam wanita itu.

Yeri cemberut, dengan bibir mengerucut yang berlebihan. "Aku kan mau ketemu Injun, masa gak boleh."

Rough LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang