7 | Appetite

1.6K 241 43
                                    

Mark menghela napasnya berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark menghela napasnya berat. Menatap stir dan rumah besar di hadapannya bergantian. Sudah sekitar tiga menit Audi kesayangannya terparkir di sana dengan mesin menyala. Bukannya tak ingin segera keluar, hanya saja Mark ragu untuk pulang sekarang. Padahal, sejak pagi ia begitu yakin untuk pulang ke rumah demi menghindari wanita ular di unitnya. Namun ia melupakan fakta bahwa, di rumahnya ada seseorang yang lebih berbisa dari ular.

Ibunya.

Melihatnya muncul dan menginap akan menjadi misteri bagi beliau. Masalahnya, ibunya itu seolah bisa membaca pikirannya. Ia mengatakan alasan apapun dengan wajah serius, beliau bisa menebak ada sesuatu yang ditutupi. Mark curiga, jangan-jangan sang ibu adalah cenayang?

Tok Tok Tok

Mark menoleh, terkejut dan melotot melihat sosok yang mengetuk kaca mobilnya. Seorang wanita berpakaian putih dengan rambut hitam panjang yang tergerai rapi. Wanita itu tersenyum menyeramkan, sukses membuat Mark meremang seketika. Tapi, sejak kapan dia ada di sana?

"BUKA!" Bentak wanita itu.

Tak ingin memancing emosi lebih, perlahan Mark membuka sisi pintu yang berlawanan dan keluar dari sana. Ia tersenyum canggung, mengabaikan tatap tajam siap membunuh milik sang ibu.

"Aku pul—"

"Masih inget jalan pulang?"

Mark meringis mendengar nada suara sadis ibunya. "Bu-bunda gak seneng liat aku pulang?"

"Bego banget!" dengus wanita itu, mendekati putranya seraya merangkul leher Mark. "Suruh siapa baru pulang sekarang, hah?! Ditelpon berkali-kali sibuk terus, makannya Bunda bilang jangan jadi dokter, mending—"

"Udah, jangan di marahin Mesta nya!" Mark bisa menghela napas lega melihat senyuman sang ayah.

"Kamu ngebela dia?!"

"Bukan gitu, Sayang ... ini udah malem, Mesta juga pasti capek. Kita obrolin baik-baik di dalem, ya!" Pria itu berganti merangkul istrinya, melepaskannya dari Mark.

Ah, memang hanya ayahnya yang dapat menjinakkan sang Bunda.

"Kamu lagi marahan sama tunanganmu?" tanya ayahnya kala mereka duduk di ruang tengah. Menunggu sang ibu membawakan minuman.

"Kami baik-baik aja, kok."

Samudra—ayah Mark—mengernyit. "Tapi kamu pulang ke rumah, kalau bukan ada masalah, apa lagi?"

Mark bungkam seketika. Inilah yang ia pikirkan sejak tadi. Masalahnya, akan sulit membohongi sang ayah yang seorang psikiater. Oke, mungkin ia bisa mengatakan kejujuran perihal Yeri yang datang kembali dan melakukan negosiasi agar Bunda tak tahu. Namun, masalahnya ia masih tak dapat menerka bagaimana reaksi sang ayah jika tahu alasan Yeri kembali hanya karena ingin anak darinya. Terlebih, wanita itu tinggal di apartementnya.

"Kamu punya wanita simpanan di apartement?"

Mark terkesiap, gelagapan dan menggeleng cepat. "Ga-gak gitu, Ayah!"

Rough LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang