Sebaiknya, sebelum membuang sesuatu dilihat dulu. Kira-kira suatu hari nanti bakal di butuhin lagi atau enggak.
- Dokter Mark
***
"Sumpah, nekat banget sih lo!" bentak Haechan setelah menjauhkan Yeri dari teman-temannya. Bertahun-tahun bersama, ia masih tak paham dengan cara pikir kakak angkatnya ini. Mungkin, orang lain akan menganggapnya tak tahu diri dan tak punya malu.
Bagaimana bisa dengan tanpa dosanya ia kembali masuk pada kehidupan korban yang pernah ia sakiti?
Yeri menghela napasnya. "Mau gimana lagi, Chan. Gue lagi berusaha loh ini!"
"Berusaha sih boleh, tapi gak segininya juga!" Haechan mengurut kening. Sudah pusing dengan kelakuan kakaknya. Mana ia belum tidur pula. Bisa gila ia lama-lama. "Yaudah, pulang aja ke Tangerang, sih. Ke rumah bunda."
"Never!" tolaknya tegas. Mundur selangkah menjauhi Haechan. "Gue gak mau ya, balik lagi terus dijodohin demi kepentingan bisnisnya nenek. Gue tanya balik nih, emang lo mau pulang ke Tangerang?"
Haechan menggeleng cepat. "Perjalanan gue jadi dokter masih panjang. Gue gak mau duit kuliah yang segitu banyaknya jadi sia-sia kalau ujungnya gue di suruh ngurus perusahaan."
"Nahhh! Itu juga berlaku bagi gue!"
"Tapi kan lo pengangguran, gak ada tujuan, daripada ngemis sama si Mark lo bisa balik dan belajar bisnis," katanya tenang. Tak peduli dengan ekspresi Yeri yang tengah menahan amarah.
"Gue punya tujuan tau!"
"Apa?!" tantangnya.
Samar, ada senyuman aneh di wajah Yeri yang Haechan lihat. Wanita itu makin mundur selangkah, terlihat jelas mengambil ancang-ancang untuk kabur.
Lalu ia berteriak, "Memperjuangkan ayah dari anak-anak gue! Bye Haechan!" Dan berlari secepat kilat. Seolah tak peduli dengan sepatu haknya.
Haechan menggelengkan kepala. Sebenarnya kakaknya ini manusia jenis apa, sih? Perasaan ia saja tidak sampai sebegitunya.
"Bukan kakak gue!"
***
Mark baru kembali pukul delapan. Bersiul senang sepanjang jalan menuju unitnya sambil memutar-mutar kunci mobil. Sesekali ia bernyanyi dan menari, tak peduli makanan yang dibawanya akan tumpah-tumpah di dalam kotak.
Sudah hampir dua bulan, baru hari ini ia bisa kencan dengan tenang tanpa gangguan job dadakan dari sang tunangan. Yah, meski hari ini diawali dengan pertemuan tak menyenangkan dengan si iblis, namun itu tak berpengaruh pada hari-harinya. Justru Mark jauh lebih bahagia dari hari biasanya.
Maklum sih, sebagai seorang residen (dokter yang sedang belajar untuk mendapat gelar spesialis) tak banyak waktu luang yang ia punya. Bahkan terkadang, ia harus menginap di rumah sakit karena terlalu lelah untuk pulang ke apartement. Jarang juga, sang tunangan punya jadwal kosong bersamaan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rough Love
FanfictionKedatangan Yeri dalam kehidupan Mark setelah lima tahun berlalu adalah sebuah kesialan. Tak puas menghancurkan hidupnya, wanita itu kembali dengan penderitaan dan tawaran gila. Demi Tuhan Yeriana! Dia ini dokter umum, pergilah ke dokter jiwa! © myem...