Berjuang atau Menyerah?

52 9 7
                                    

"Kenapa kakimu?"
Pria tinggi dengan muka seputih susu.

Panik, mereka bertiga gagap menjawab.

"Guanlin..."

"Kenapa kakimu Hei Ran?"

"Kalian keluarlah dulu!"
Hei Ran melirik kedua sahabatnya, lebih baik mereka keluar agar Hei Ran bisa bicara kepada Guanlin.

"Tapi... Hei Ran.."

"Se Ron, ayo keluar!" So Hyun, gadis itu sangat pandai bersikap di situasi seperti ini.

Mereka berdua keluar dari ruang UKS meninggalkan Hei Ran dengan Guanlin yang masih dalam keadaan diam.

Pintu UKS tertutup, akhirnya Guanlin kembali angkat bicara. "Kenapa kakimu Hei Ran, kau sakit?" Guanlin mendekat mencengkram bahu Hei Ran lembut.

Hei Ran mendongak, menatap manik mata Guanlin yang dari dulu tetep memancarkan pandangan khawatir, namun sayang, rasa khawatir itu tak sepenuhnya milik Hei Ran lagi.

"Bicaralah! aku sahabatmu Hei Ran, dulu, maupun sekarang!"

Hei Ran tersenyum miring, hatinya begitu sakit, mendengar penjelasan Guanlin.
Sahabat?
Semenitpun waktu Guanlin bukan untuk dirinya lagi.

Hei Ran harus jujur pada Guanlin, mungkin pria ini akan kembali kesisinya, apa bila Hei Ran mengatakan sakitnya.

"Guanlin aku..

Drreet....

Getaran yang awalnya pelan semakin meninggi, bentanda ada panggilan masuk.

"Sebentar Hei"

Guanlin melepas cengkraman pada bahu Hei Ran, detik itu jugalah gadis itu sadar, setengah warna dari pelanginya telah memudar diambil sang awan.

Wajah panik pria itu jelas terukir saat mendengarkan sambungan dari seberang sana.

"Guanlin tolong, nafasku sesak!"

Panggilan bernada getir, ada jeda di setiap kalimatnya. Ya, gadis di sebrang sana memang tengah susah bernafas, namun haruskah hanya Guanlin tempatnya mengadu.

Brak...

Pintu UKS kembali tertutup, tanpa sepatah katapun, Guanlin berlalu.

Sepantasnya Hei Ran  tetap pada dinding kokohnya, tidak perlu memberikan kembali celah untuk Guanlin, nyatanya hanya kekecewaan yang di dapatkan.

***

Sebenarnya Hei Ran sangat enggan untuk berangkat ke sekolah. Bayangkan saja, kabar Hei Ran yang ditolak oleh pria pujaannya menjadi buah bibir bagi warga sekolah.
Apalagi ditambah dengan bumbu bahwa Hei Ran jatuh pingsan karna penolakan. Dasar mulut, suka mengatakan yang berlebihan.

Citra yang selama ini Hai Ran bangun seakan runtuh seketika.  Puluhan lelaki yang mengatakan cinta kepadanya harus Hai Ran tolak demi Jisung. Orang yang diperjuangkan malah menyianyiakan,  Apa ini karma, bukan, Hei Ran hanya setia.

Tidak apa apa, Hei Ran sudah benar, Jisungnya kembali, bukankah ini doanya selama ini.

"Hei Ran..."
"Kim Hei Ran..!"

Plak

Aaak..

"Yak.. mengapa kau memukul ku? sakit tau!"

Se Ron berdecih, "yang sakit fisikmu, ini hatiku yang sakit, karna kau tak merespon ucapanku"

"Namanya juga lagi galau" gadis bersurai panjang itu menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan di atas meja.

"Hei Ran, kita sudah membicarakan ini kemaren, bisa jadi itu bukan Jisung mu"

Tidak ada suara gadis itu tetap hening, ucapam So Hyun tidak salah, bisa jadi itu bukan pria manisnya, namun seberapapun Hei Ran menyengkal mata Jisung tetap jadi porosnya.

Mata berkilau itu masih sama, ada semesta disana, walau sekarang tertutup kilaunya, tapi Hei Ran yakin.

Brak..

"AKU AKAN MEMBUKTIKANYA SENDIRI, AKU AKAN BERJUANG, JIKA MEMANG BUKAN DIA AKU AKAN MENYERAH!"

Seisi kelas mengalihkan pandang kepada Hei Ran, gadis itu mengumandangkan keinginannya tanpa malu. Diawali dengan gebrakan meja tak lupa posisi gadis itu dengan semangat 45 berdiri sambil mengacungkan tangannya, seperti mengumandangkan kemerdekaan.

"So Hyun-ah aku malu punya teman seperti dia!" Se Ron beranjak dari bangku di sebelah Hei Ran menuju pintu keluar.

Tak lama So Hyun bangkit dari hadapan Hei Ran, "itu pilihanmu, maka bersiaplah atas semua konsekuensinya"

***
Kaca besar dihadapan pria bertubuh tegap, seakan memantulkan kegagahanya, matanya tajam, tak ada sedikitpun senyum di sudut bibir pria itu.

"Apa pilihanku salah?" Retina legam itu ia alihkan pada bingkai putih disamping kaca.

"Kamu harus tetap hidup!"
"Yak jangan tersenyum!"

Banyangan itu kembali datang, kepala pria itu terasa berdenyut.
"Ji, ayo sarapan, Daddy akan berangkat!"

Seakan terlempar kembali kealam Sadar, dunianya kembali.

Ia raih kunci mobil di samping bingkai tadi, "iya Buna!"
***
Lya mohon maaf lama banget up cerinya ya guys.

Ada kondisi yang gak bisa lya jelasin, terima kasih buat kalian yang masih setia buat nungguin Jisung dan Hei Ran.

Jangan lupa V and C.

I love you.....

EVANESCENT • Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang