3. Karenamu

682 82 6
                                    

Kalau ada kesalahan penulisan teman-teman bisa beritahu Lion ^_^
Karena Lion suka diberi kritikan, itu sangat membantu dattebayo

.
.

Mataku perlahan bergerak terbuka dengan cahaya yang memasuki sela-sela mataku. Pertama yang kulihat adalah ruangan putih yang sudah kutunggu selama 10 tahun ini. Di jari telunjukku terdapat alat pulse oximeter, dengan mesin EKG yang nyaring berbunyi menyelimuti ruangan ini.

Sayup-sayup aku bisa mendengar seseorang memasuki ruangan. Wajahnya yang terlihat tetap awet muda walaupun sudah berumur setengah abad lebih membuatku langsung tahu siapa dirinya.

"Naruto, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa terasa lebih baik?" tanyanya dengan lembut seakan aku adalah barang yang mudah pecah.

"Nenek, apa yang terjadi padaku?" tanyaku balik tak menjawab pertanyaannya.

"Hei bocah! Jawab dulu pertanyaanku!" jawabnya sedikit geram padaku.

Hah sial! Terakhir kali yang kuingat adalah wajah Hinata yang tampak khawatir. Kira-kira sedang apa Hinata sekarang.

Pletak!

"Aw! Dasar Nenek Peyot, kau ingin membunuhku!" marahku yang meringis kesakitan.

Nenek Peyot Tsunade ini seenak jidatnya saja memukul kepalaku. Hei! Aku ini pasien dengan riwayat penyakit mematikan. Jika kau memukul kepalaku, yang ada aku mati karena geger otak akibat pukulanmu, buka karena jantung. Walau kau yang sudah merawatku selama ini, tapi memangnya kau tidak kasihan padaku! Menyebalkan.

"Hei, bocah. Jangan pingsan terus-terusan, benar-benar merepotkan."

Aku mengerucutkan bibirku kesal, "Aku juga tidak ingin terus-terusan pingsan," gerutuku.

Kulihat Nenek Tsunade yang menghelakan napasnya pelan, "Kalau begitu aku akan pergi dulu, kau istirahat lah. Sebentar lagi orang tuamu akan datang, kau mengerti bocah bodoh!" tekannya padaku.

"Iya-iya! Bawel. Aku tidak akan kemana-mana," jawabku mendengus kesal. Nenek Tsunade menghembuskan napasnya pelan sebelum keluar dari kamarku.

"Kalau begitu aku pergi dulu," pamitnya segera beranjak dari kamarku meninggalkan aku seorang diri.


Melihatnya yang telah pergi, aku menghela napas pelan. Bosan, belum satu menit aku ditinggal rasanya sudah bosan. Tanganku bergerak menyentuh jantungku, masih berdetak. Efek Hinata benar-benar mematikan, dia hanya menyentuh rambutku tapi seketika dia hampir membunuhku. Sial! Aku benar-benar benci penyakit ini!

"Naruto-kun!"

"UAAAWAKKKHH!" jeritku yang kaget saat melihat kemunculan Hinata di ambang pintu. Dia itu manusia atau hantu sih?! Selalu saja muncul di mana-mana.

"Hinata! Kau ingin membunuhku ya!" geramku memegang jantungku yang hampir saja berdetak cepat lagi.

Hinata terkikik pelan, ia melangkah masuk ke dalam kamarku dan duduk di kursi yang ada di dekat ranjangku.

"Aku tidak menyuruhmu duduk Hinata."

Hinata tersentak kaget dan segera berdiri, membuatku terkekeh pelan melihat tingkahnya yang terlihat begitu lucu.

WAKTU DAN KAMU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang