9. Keputusan

538 70 10
                                    

Di musim dingin ini. Aku merindukanmu, Hinata.

.
.
.

30 Oktober 20XX

Terbaring lemah dengan ventilator di wajahnya serta oximeter di jari telunjuknya, dan jangan lupakan mesin EKG yang nyaring berbunyi menyelimuti ruangan tersebut. Matanya perlahan terbuka dengan sayu seakan tak ada sebuah cahaya di matanya.

"Naruto!" kaget Khusina saat melihat putranya telah terbangun karena telah tidak sadarkan diri selama 2 hari.

Naruto masih mengumpulkan sepenuhnya kesadaran dirinya. Selang infus serta peralatan aneh di dekatnya sudah membuat Naruto tahu apa yang terjadi. Lagi-lagi dia terjatuh tak sadarkan diri.

"Naruto, apa kau bisa mendengar Ayah?" tanya Minato panik saat tak melihat reaksi apa pun dari Naruto.

Perlahan mata Naruto kembali tertutup membuat Khusina dan Minato tersentak kaget melihatnya.

"Senju-san, ada apa dengan Naruto?!" tanya Minato menatap Tsunade panik.

"Tenanglah Minato, mungkin saat ini Naruto ingin istirahat sebentar," jawab Tsunade yang mendekat pada Naruto dan memeriksa keadaan pria itu. Tsunade tersenyum kecut menatap Naruto yang terpejam matanya itu.

"Kurasa dia perlu waktu untuk menenangkan pikirannya," beritahu Tsunade yang tersenyum lembut menatap Khusina dan Minato. "Aku harus memeriksa pasien yang lainnya," lanjut Tsunade.

"Baiklah," ucap Minato mengalihkan pandangannya dengan sendu. Tsunade mengangguk pelan dan langsung beranjak dari kamar tersebut.

***

Tsunade berdiri di sebuah pintu kamar yang tak asing lagi baginya. Tangannya merogoh sesuatu di kantong jas putihnya dan mengeluarkan suah card acces untuk memasuki kamar tersebut, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk ke dalamnya, termasuk Tsunade.

Lagi-lagi kegelapan yang menyelimuti ruangan ini. Tsunade berjalan ke arah sakelar dan menekannya sehingga rungan itu kembali bercahaya.

"Kenapa Nenek hidupkan?" tanyanya dengan nada pelan yang sedari tadi di ruangan itu.

Tsunade hanya diam dan berjalan mendekat ke arah gadis itu yang hanya duduk di ranjangnya dan menatap tirai yang tertutup.

"Nenek, aku bahagia dan juga menderita," lirih Hinata yang tersenyum lembut di bibir pucatnya.

"Hinata..," panggil Tsunade pelan.

"Kenapa Nenek berbohong kalau Nenek yang merawat Namikaze-san. Kenapa Nenek membohongiku?" tanya Hinata dengan nada pelan.

Tubuh Tsunade tersentak kaget mendengarnya. Seketika rasa takut dan cemas semuanya tercampur menjadi satu. Bibirnya seakan kelu untuk bicara saat melihat mata Hinata yang telah memerah menahan tangisnya.

"Kau dengar dari siapa Hinata?" tanya Tsunade dengan jantung yang berdebar kencang.

"Suster yang merawat Namikaze-san. Saat Namikaze-san pingsan di depan pintu kamarku, aku mendengar seorang suster berlari memanggil Nenek," terang Hinata.

WAKTU DAN KAMU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang