6. PERTEMUAN 2

604 82 9
                                    

Sebenernya ini untuk tanggal 6, tapi tanganku gatel pengen update. Jadi......

.
.
.
H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
.
.
.

Bibirnya memanyun kesal lantaran pemuda yang ditunggunya tidak kunjung datang. Kemana pria itu? Kenapa dia tidak datang-datang? Padahal di sini Hinata telah menunggu. Hinata menghela napasnya kasar, jika dia bertemu dengan Naruto, gadis itu akan memarahinya habis-habisan.

Kruyukk...

"Mou..., cacing perutku lapar," keluh Hinata menghelakan napasnya pelan.

Jam telah menunjukkan pukul 12.00, dan Hinata memang belum makan dari pagi tadi. Gadis itu segera bangkit dari kursinya, wajahnya tertekuk sedih dengan bibir yang memanyun sedih. Pria itu tidak kunjung datang juga.

"Sepertinya Naruto-kun benar-benar tidak datang," monolognya melirik pada kursi yang telah didudukinya selama 4 jam itu.

Hinata segera pergi dari taman itu. Kepalanya tertunduk lesu melihat kakinya yang perlahan melangkah. Kecewa? Tentu saja! Hinata sedikit kecewa karena laki-laki itu mengingkari janji mereka. Sudut bibirnya tersenyum kecut merutuki kebodohan dirinya yang terlalu berharap pada pria itu.

Langkah Hinata yang tadinya melangkah harus terhenti seketika. Kepalanya terangkat melirik kiri dan kanan, kemana dia harus melangkah? Dirinya ada di pertengahan lorong antara ke kiri atau ke kanan, karena lorong di depannya ada dua jalur.

"Apa kau kenal Namikaze Naruto?"

Saat nama itu terucap, tubuh Hinata menegang seketika mendengar dua orang suster yang berbicara dari arah lorong kanan menuju padanya tengah membicarakan Naruto— pria yang dia cari.

"Memangnya siapa yang tidak mengenalnya, dia benar-benar terkenal di rumah sakit ini," jawab teman suster tersebut.

"Pagi tadi dia pingsan lagi, kurasa kondisinya semakin memburuk. Jika terus seperti ini, bukankah Namikaze-san akan kehilangan pewaris mereka."

"Entahlah, sangat kecil kemungkinan untuknya bertahan."

Gadis itu menelan paksa saliva-nya dengan susah payah. "Tunggu!" panggil Hinata cepat saat kedua suster itu akan melewatinya.

Salah satu suster tersebut mengerutkan alisnya. "Ada apa, Nona?" tanyanya.

"Apa kalian tadi membicarakan Namikaze Naruto?" Hinata masih belum percaya apa yang dia dengar. Karena itu, Hinata harus mendengarnya sekali lagi.

"Maaf, Nona. Tapi, data pasien adalah sebuah rahasia," tolak Suster itu.

"Itu bukan rahasia, karena kalian sudah membicarakan pasien yang dijaga ketat rahasianya. Cepat beritahu aku ada apa dengan Naruto-kun," desak Hinata menatap tajam kedua suster itu dengan tatapan mematikan.

Kedua suster itu saling memandang satu sama lain. Mau berbohong juga percuma, karena gadis di depan mereka telah menangkap basah mereka berdua. Rumah sakit ini melarang keras siapapun untuk membicarakan pewaris tunggal NAMUZ Corp itu.

"Pagi tadi putra Namikaze-san jatuh pingsan di kamarnya," jawab Suster itu.

Mata Hinata membola sempurna. Pingsan? Ini sudah keberapa kalinya Naruto pingsan. Jantungnya berdegup kencang, bahkan bernapas saja rasanya begitu mencekat. Mulutnya tidak bisa berkata apa-apa lagi. 4 jam menunggu pria itu membuat Hinata sedikit melupakan bahwa pria itu memiliki penyakit mematikan.

WAKTU DAN KAMU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang