Rachel
Tik.Tik.Tik
Suara bunyi hujan membuat Rachel tersadar dari lamunannya.
Hari ini hujan.
Lagi.
Rachel menatap ke kehampaan luar kamarnya, langitnya yang tadinya biru sekarang berwarna abu-abu terang. Tetesan hujan yang brawl Dari bintikan membentuk aliran yang panjang dan menebal bak akar pohon di jendela. Tetesannya mengalir terus dari tembok hingga menuju tanah, membentuk gumpalan di tanah yang lembek. Jalanan diluar sepi, hampir tak terlihat satupun manusia. Rachel melihat jam dindingnya yang terletak tinggi di dinding kamarnya. Jam itu menunjukan pukul 12 .10 siang. Aneh, pikirnya. Jam seperti ini biasanya terlihat orang-orang sedang sibuknya berlalu lalang di jalan. Rachel menghembuskan napasnya di jendela yang basah, nafasnya yang hangat terkondensasi dan membentuk uap putih teba . Dia menyentuhkan jarinya ke tengah hasil uapn itu membentuk huruf O. Dari hapusan nafasnya, Dia bisa melihat aspal hitam tebal dibawah, dan ingatanya kembali mengingatkannya akan memori masa kecilnya. Dia bisa merasakan setiap detik suasananya, bagaimana aspal itu terasa keras di kakinya. Angin sepoi sepoi meniup rambutnya dan harumnya rerumputan yang membuat aroma segar akibat hujan.
Sekarang, sequa itu hanyalah sebuah memori. Dia yang dulu sudah tidak ada lagi. Hatinya sesak karena rindu.
Hujan mulai reda dan dia bisa melihat, orang orang mulai kembali berlalu-lalang keluar dari bangunan-bangunan besar yang menjulang di tepi jalan besar.Mengamati orang-orang dari kejauhan merupakan rutin Rachel setiap harinya. Dia bisa mengenali beberapa orang karena mereka muncul hampir setiap harinya di jam yang sama. Ada seorang Ibu yang terlihat sedang menggandeng kedua anaknya. Anak yang lebih tua berwajah gelap dan ekspresinya datar sedangkan adiknya yang masih berumur sekitar 3 tahun berusaha meraih tangan kakanya. dan beberapa orang tempat dimana orang-orang berlalu-lalang setiap harinya dengan normal, tetapi bisa memberikan sensasi tidak nyaman di perutnya. Sementara itu, pepohonan beradu antara satu dengan yang lainya karena terterpa angin. Dunia luar terlihat sangat indah dan berbahaya di saat yang bersamaan.
Posisi duduk di jendela sambil memperhatikan pohon sepoi-sepoi diluar adalah posisi favoritnya setiap kali hujan. Sambil sesekali menoleh memperhatikan hujan dia mengelus-ngelus sebuah buku yang sedari tadi tergeletak di pangkuannya. Buku berwarna hitam padat ini adalah jurnal ke-21 yang pernah dia gunakan. Namanya Peony.
Peony sadalah satu-satunya teman Rachel beserta dengan 20 jurnal lain yang tertumpuk dengan rapi di pojokan kamarnya. Peony selalu ada saat dia membutuhkannya, di masa susah maupun bahagia, walaubun saat itu jarang muncul. Peony adalah teman curhat, teman sehari harinya dan, tempatnya berlindung selama setengah tahun terakhir ini. Dia selalu menuliskan ketakutan terbesarnya, masalah dan kekhawatirannya kepada Peony.
Pertama kali Rachel menulis jurnal, dia berumur 9 tahun. Therapisnya, yang bernama Dr. Shinta, memberikan jurnal pertamanya padanya. Setelah menjalani beberapa tes dan sesi, Dr. Shinta merasa khawatar akan kondisi Rachel yang tidal bersosialisasi dengan dunia luar. Jadi, dia mendapatkan ide, untuk memberikan seorang teman untuk Rachel dalam wujud sebuah jurnal.
Di sesi pertama, saat Rachel berumur 9 tahun, Rachel selalu menangis dan mengatakan bahwa ada banyak sekali hantu hantu yang mengikutinya dan suara suara aneh di kepalanya. Dr. Shinta benar benar tercengang, karena dia tidak pernah bertemu gadis seperti Rachel sebelumnya. Dia berharap, dengan memberikan jurnal ini, Rachel akan merasa tenang dan aman, walaupun hanya sekejap saja.
Perlahan dia membuka halaman depan Peony. Sampulnya terasa lemas dan lembab akibat sentuhan setiap saat, jejak-jejak jari Rachel telah menyentuh semua bagian buku itu. Dia menulusuri lembaran-lembaranya, dan membuka halaman pertama. Dia memiliki kebiasaan saat membulai sebuah jurnal, yakni menuliskan semua ketakutan yang paling sering dia pikirkan sebagai permulaan diarinya. Contohnya pada Peony dia menuliskan:
1.Kematian
Kita tidak pernah tahu kapan kita akan meninggal, bagaimana dan dimana. Semua pertanyaan ini muncul di otakku bagaikan peluru. Ketika orang orang lain berpikir keras akan hal hal menakjubkan menyenangkan yang akan dia lakukan keesokan harinya, kepalaku hanya diisi oleh ketakutan dan amarah. Jika Alice in Wonderland memikirkan 7 hal mustahil sebelum sarapan, maka aku adalah sebaliknya. Aku memikirkan 7 cara bagaimana aku akan meninggal di masa depan. Ketakutanku tidak hanya berdasarkan oleh rasa sakit yang akan aku rasakan apabila aku meninggal. Tetapi akan kehampaan yang akan aku rasakan setelah aku mewatinya. Apa yang akan aku lihat? Apakah aku akan menjadi jiwa kosong yang melayang layang di udara tanpa orang lain bisa melihat? Atau apakah semuanya akan menjadi gelap, dingin, hitam? Semua pertanyaan ini muncul di kepalaku setiap hari.
2. Penyakit
Penyakit adalah tanda tanya besar di kepalaku. Aku tidak akan pernah paham kenapa penyakit diciptakan di bumi ini. Penyakit hanya menciptakan kesengsaraan bagi orang orang. Mereka dirampok oleh berbagai macam kemungkinan dan kesempatan di hidup mereka. Setiap kali aku laptop dan menjelajahi Internet, muncul setidaknya satu berita tentang kematian yang disebabkan oleh penyakit. Kanker, Penyakit jantung, DBD, Malaria, berbagai macam penyakit biasanya langsung masuk kedalam kolom feedku. Sejak kecil aku selalu bertanya-tanya. Apakah tidak ada obat untuk menghilangkan semua penyakit ini? Apakah manusia akan selalu menjadi korban yang disebabkan oleh penyakit penyakit ini?
3. Penuaan
Setiap manusia pastilah menua. Seumur hidupku itulah yang aku perhitungkan. Di umurku yang bisa dibilang cukup muda ini, yakni 16 tahun aku mulai merasakan bahwa hidup ini tidak akan lama lagi. Pada suatu titik, umur kita akan berkepala 2, kemudian 3 , kemudian 4. Orang-orang yang kita sayang pun akan perlahan pergi dari hidup kita. Seperti orang billing waktu bukanlah sesuatu yang bisa kita atur sendiri. Kekhawatiran akan kematian juga mulai bermunculan sembari kita bertambah umur . Terkadang saat aku membaca buku tentang Vampir aku bertanya-tanya, bagaimana rasanya memiliki immortalitas? Apakah dengan cara tidak menua apakah hidup kita akan lebih baik?
4. Hubungan
Kepercayaan bisa membuat sebuah hubungan menjadi lebih erat dari sebelumnya, kata orang . Menurutku, ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Apabila salah satu dari kita berkhianat dan meninggalkan salah satunya, bukankah itu akan membuat sebuah hubungan semakin renggang? Bagaimana kita bisa mempercayakan segala satunya kepada orang lain, yang kita sendiri tidak bisa atur?
5. Kiamat
Menjadi orang yang pahit bukanlah salahku, kata orang. Di mata mereka aku dilahirkan sebatang kara, tanpa orang tua, tidak memiliki teman dan selalu terpenjara sendirian di rumah karena trauma. Tidak, aku lahir dari 2 orang tua yang sangat menyayangiku, hidupku berkecukupan bahkan lebih, apapun yang seorang gadis berumur 16 tahun bisa aku dapatkan dengan mudah. Lalu salah siapakah aku sepahit ini? Apakah salah Tuhan? Apakah salah orang tuaku? Atau apakah ini salahku?Di gereja yang biasanya aku datangi, selalu dikisahkan, bahwa hari kiamat adalah hari dimana kita diadili. Yang jahat masuk ke neraka dan yang baik akan masuk ke surga? Namun bagaimana kita bisa memperkirakan hal itu? Bagaimana kita tahu apa yang selama ini kita lakukan baik atau buruk? Bagaimana jika kau terlahir menjadi orang yang jahat, seperti psycho? Apakah itu salahnya lahir menjadi orang yang jahat?Sebagai orang yang pahit aku selalu memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Who Stayed in the Dark
Teen FictionDi dunia ini semua orang memiliki karakternya masing masing. Beberapa orang diberkati oleh sifat-sifat menyenangkan dan optimism Salam menjalani kehidupan seperti keberanian, kepercayaan diri, dan kebaikan hati. Sebaliknya, beberapa orang yang tidak...