Chapter 1
PPOV.
Malam ini, tidurku tak seperti biasanya. Di sepertiga malam, aku mulai terbangun dari tidurku. Aku memutuskan untuk shalat tahajud untuk menenangkan hatiku yang seperti nano - nano. Kalian tahu permen nano - nano kan?? Permen yang rasanya campur aduk menjadi satu. Itulah yang aku rasakan sekarang. Dengan Nya, aku bisa menceritakan apapun yang aku rasakan, dan tak lupa aku pun berdoa untuk meminta yang terbaik dariNya, dari Sang pencipta ku.
Hari ini seharusnya menjadi hari yang bahagia bagiku. Tapi ini semua bukan yang aku harapkan.
'Pernah kah kalian menginginkan menjadi seorang anak dari pengusaha terkaya di Indonesia?'
'Pernah kah kalian menginginkan hidup layaknya seperti putri yang berada di istana?'
'Dan pernah kah kalian ingin hidup dengan semua apapun yang kalian inginkan ada?'
Ya itulah yang mungkin semua orang inginkan saat melihatku.
Aprillya Cassandra Widjaya, kalian pasti tau dari mana aku berasal. Aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara, anak pemilik Widjaya's Company. Kakakku sekarang sedang melanjutkan kuliah S2 nya di Singapore, sembari mengurusi bisnis clothing line nya disana, 'Akakida'. That's my beloved brother's clothing line. He is 'Adipati Dolken Widjaya'.
Suara adzan subuh pun mulai terdengar, waktu terasa begitu cepat. Aku pun melanjutkan shalat wajibku. Matahari mulai bersinar disela2 kamarku, awan mega pun menyambutnya dengan cerah. Langit seakan tahu, hari ini adalah hari bahagia untuk keluargaku. Dan Semua berbanding terbalik dengan isi hatiku.
Hari ini adalah hari pernikahanku. Pernikahan yang seharusnya menjadi kebahagianku. Dan Seharusnya aku menikah dengan orang yang aku cintai. Tapi rasanya itu adalah mimpi yang tak akan pernah bisa terwujud. Menjadi anak dari pengusaha terkaya di Indonesia, membuatku seperti burung dalam sangkar emas. Seperti robot yang harus berjalan menggunakan remote. Ya, kami anak orang yang katanya kaya di Indonesia harus menuruti semua permintaan orang tua kami. Sejak lahir, orang tua kami sudah memiliki segudang rencana untuk kami. Mulai dari dengan siapa kami berteman, dimana kami harus bergaul, dimana kami harus menuntut ilmu, jurusan apa yang seharusnya kami ambil, sampai dengan siapa kami menikahpun sudah direncakan semua. Can you imagine that? And you know what I feel? What a pity I am!
Dan untuk pertama kalinya aku pun mulai memberontak. Aku menyetujui perjodohan ini dengan sebuah syarat. Semua aku lakukan demi cita2 ku. Aku ingin menjadi seorang guru TK, dan aku ingin suatu saat membangun sekolah untuk anak2 yang kurang mampu. It's simple future, isn't right? Dan semoga suamiku bisa mendukungku nanti. Mereka pun menyetujuinya, asalkan aku tak meninggal kan pekerjaan kantorku, pekerjaan di kantor papa. That's for my simple future.
Hari ini aku akan di nikahkan dengan salah seorang anak pemilik dari Alexindo Company. Muhammad Rezky Al -Ali Alexander. Lelaki baik, tampan, dan pintar, amat sangat pintar lebih tepatnya. Bagaimana tidak, dengan umur 25thn dia sudah menyelesaikan study S3-nya dengan baik. Dan sekarang dia memegang salah satu perusahaan milik orang tuanya. Semua itu adalah cerita menurut mama. Karena sampai sekarang aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya, apalagi melihatnya walaupun hanya dari foto. Suara ketukan pintu mengagetkanku.
"Sayang, sudah siap? Ini miss sheila yang mau dandanin kamu." Kata mama yang mulai mendekatiku dan memperkenalkan miss sheila padaku.
"InsyAllah mah..." jawabku singkat.
Aku meminta miss sheila untuk mendandaniku dengan make up simple namun elegant. Karena aku tak suka berdandan menor. Dan aku pun tak suka berdandan. Beberapa jam kemudian miss sheila pun selesai mendandani ku. Dan miss sheila juga membantuku untuk berganti baju pengantin. Lebih tepatnya kebaya putih gading yang menjuntai panjang ke lantai, dengan model tertutup, simple dan elegant. Aku melirik Jam di dinding, jam menunjukkan pukul 9.30.
"Prill... lo cantik banget..." suara yang tak asing mengagetkanku. Ya, itu suara sahabat baik ku, Gritte.
"Itte?? Makasih Te. Lo juga cantik banget pake kebaya dari gue." Balasku sambil tersenyum.
"Special ni buat lo. Gue hari ini dandan abis - abisan kaya putri keraton. Hahaaa..." lanjut itte.
"Lo habis nangis ya?" Tanya itte kepadaku. Dia selalu tahu apa yang aku rasakan, dia pun tahu saat aku berbohong. Aku pun hanya memandangnya sembari tersenyum kecut.
"Gue tahu yang lo rasain Prill. Tapi gue yakin orang tua lo ngelakuin ini semua demi kebahagiaan lo. Lo harus percaya itu. Suami lo ganteng maksimal, beeh. Gue jg mau klo dijodohin sma dia. Hahaa." Itte mulai meledekku.
"Kalo lo mau ambil aja sana!" Sahutku.
"Cieee... ada yang kayaknya nggak rela nih. Dia udah jadi suami lo Prill. Gue gak bisa ngrebut sekarang, hehee. Terus Brian mau gue kemanain Prill." Ledek kembali. Kami pun saling tersenyum.
"Apaan sih lo..." Balasku.
"Sayang... kamu cantik banget..." Suara mama mengagetkan kami. Dan tiba2 air mata mama mulai mengalir. Entah sejak kapan mama berdiri disitu.
"Mama, hari ini kan Hari bahagianya Prilly. Semua ini Prilly lakukan buat mama dan papa. Prilly minta hari ini jangan ada yang nangis ya." Pintaku sambil menyeka air mata mama dan kemudian aku pun memeluknya dengan erat.
"Iya sayang. Makasih ya. Sekarang kita temui suami kamu. Ali sekeluarga dan tamu - tamu sudah menunggu disana. Sekarang kamu sudah jadi istri Ali. Jadilah istri yang baik. Sekarang kamu bukan tanggung jawab mama papa lagi, tapi tanggung jawab Ali. Turuti nasehatnya. Belajar buat mencintai Ali. Ali pasti bisa bahagiain kamu nanti. Cinta itu datang karena terbiasa." Kata mama yang sedang menasehatiku. Aku mengangguk.
Mama dan Itte menuntunku ke ballroom, tempat akad nikah dan resepsi dilaksanakan. Pernikahanku diadakan disalah satu hotel mewah milik keluarga Ali, suamiku.
How rich they are!
Suamiku?? Ya, Ali telah menyelesaikan akad nikah dengan baik, dengan satu helaan nafas. Menurut cerita mama dan itte. Karena akad nikah dilangsungkan tanpa kehadiran pengantin wanita. Mungkin itu adat arab, karena keluarga Ali keturunan Arab dan Minang. Jantungku berdegup kencang, dadaku mulai terasa sesak seperti kehabisan oksigen, tanganku pun mulai dingin dan berkeringat.
" OMG, how does it feel?" Bathinku dalam hati.
Semua mata tertuju padaku saat aku mulai melangkahkan kaki ku untuk masuk ke ballroom, membuat nervous ku menjadi - jadi. Mama pun menuntunku untuk duduk di sebelah suamiku, dikursi yang sudah di persiapkan untukku. Aku pun berusaha terlihat tenang menutupi nervous ku. Setelah aku duduk, samar2 aku mendengar suara yang masih asing bagiku.
"Subhanallah..."
Jantung ku pun kembali mulai tak beraturan, dua kali lebih cepat dari biasanya. Ya Allah.
---
Happy Reading...
Semoga bisa menghibur.
Cerita ini udah aku edit kembali. Ada beberapa chapter yang sudah aku hapus, karena suatu hal. Aku hanya ingin menjaga nama baik dari tokoh yang sudah memberikan inspirasi buatku.Aku tunggu ya jejak kalian, please vote and comment.
Salam kenal semua...
Kecup jauh.
Muach :*Ukinurpratiwi
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Cinta
FanfictionCinta itu seperti coklat, Rasa manisnya yang selalu melekat, Membuat kita kecanduan setiap saat. Cinta itu juga seperti kopi, Berawal dari rasa manis sesaat, Kemudian meninggalkan pahit yang teramat. Cinta juga bisa seperti pasir, Saat kita menggeng...