Chapter 20
PPOV
Tak terasa waktu begitu cepat, saat ini usia kandunganku memasuki minggu ke 13. Perutku pun sudah mulai membuncit, walaupun belum terlalu terlihat. Rasa mual yang sering aku rasakan pun sudah berangsur angsur berkurang, walaupun terkadang masih aku rasakan. Namun sekarang aku semakin sering merasa lelah. Menurut Itte, itu wajar. Setiap hari aku selalu berkomunikasi dengan Itte, menanyakan sesuatu yang kadang baru aku rasakan atau pun baru aku alami. Dan Itte, dia selalu sabar menghadapi segala macam pertanyaanku. Sama seperti suami ku, dia pun selalu sabar denganku walaupun sekarang dia semakin over protective padaku. Aku yang tiba2 menjadi manja dengannya, tapi dia selalu sabar dan tak pernah merasa keberatan. Tapi aku tak pernah meminta sesuatu yang diluar nalar. Mama bilang jangan sampai menyiksa suamimu saat hamil. Aku selalu ingat pesan mama itu sebelum aku menikah, walaupun aku dan Mas Ali belum memberitahu siapapun tentang kehamilanku. Aku sengaja meminta mas Ali untuk tak memberitahu siapapun, termasuk orang tua kami. Biarlah orang mengetahuinya dengan sendirinya, toh cepat atau lambat semua orang pasti akan tau. Kata orang jaman dulu pamali kalau masih hamil muda tapi beritanya udah kesebar kemana - mana. Hehehe.
Kebetulan hari ini hari sabtu, saat - saat weekend seperti ini saat yang paling aku tunggu - tunggu. Saat dimana aku bisa menikmati Quality time ku bersama suamiku tercinta. Entah jalan2 menikmati satnight seperti anak muda yang sedang kasmaran atau hanya sekedar menikmati waktu berduaan dirumah. Apapun itu asalkan berdua dengan suamiku.
Pagi ini aku membuatkan onigiri isi salmon dengan campuran brokoli, bawang bombay, jagung manis dan wortel dengan bumbu masakan jepang tentunya. Entahlah aku hanya ingin membuatnya. Sejak aku hamil, aku selalu mencoba resep baru. Dan beruntung, mas Ali selalu makan apapun yang aku buat, soal rasa tak perlu diragukan. Mungkin karena mama yang menurunkan keahlian memasaknya untukku, aku jadi pintar memasak seperti Chef. Hehehe.
Saat ini mas Ali belum bangun, seperti biasa tiap weekend selalu bangun siang. Tapi itu pun karena mas Ali pulang larut tadi malam karena lembur. Ku lihat jam dinding menunjukkan pukul 07.30 Karena acara memasak ku telah selesai, saatnya membangunkan kan suamiku yang gantengnya ngak habis2, hehehe.
"Sayang... ayo bangun. Sarapan yuk!" Kata ku yang mencoba membangun kan suami ku. Sambil ku pijat2 lehernya, sesekali ku ciumi seluruh bagian wajahnya.
"Eeeeeemmmmm... ngantuk sayaang..." ucap suamiku dengan mata yang masih terpejam. Kemudian dia pun semakin memeluk bantal gulingnya. Ku buka tirai kamarku, ku tarik bedcover yang menutupi tubuh suami ku.
"Abi... ayo banguuun..." teriak ku. Kemudian aku pijat2 lagi tengkuknya. Untuk panggilan yang satu ini, mas Ali yang menginginkan nya, hehehe. Dia ingin anaknya nanti memanggilnya Abi, itu tandanya aku akan di panggil Umi. Hahaha.
Akhirnya dengan susah payah mas Ali pun bangun dari tidur gantengnya. Dia duduk, kemudian mengusap usap wajahnya, mengacak acak rambutnya seperti biasa. Kuberikan dia air putih agar cepat tersadar.
"Kebiasaan deh Umi, tiap pagi teriak2." Kata suami ku sambil mengacak acak rambut nya. Aku pun tersenyum. Apa yang akan kalian lakukan jika membangun kan seseorang namun dia tak kunjung terbangun juga??
Ku cium pipi kanan, pipi kirinya, keningnya, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang merah agar suamiku tak terlalu lama mengomel.
"Morning kiss." Ucap ku. Dia pun tersenyum, kemudian membalas ciuman ritual ku tadi.
Seperti biasa, kami makan di mini bar kesukaan kami. Entahlah, walaupun kami memiliki meja makan, tapi kami lebih suka makan.di mini bar, Mas Ali bilang serasa dicafe. Hehehe.
"Ini apa sayang?" Tanya suamiku dengan muka bingung. Nasi yang kubuat dengan bentuk segitiga, diisi dengan ikan salmon dan sayuran, di bungkus dengan nori.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Cinta
FanfictionCinta itu seperti coklat, Rasa manisnya yang selalu melekat, Membuat kita kecanduan setiap saat. Cinta itu juga seperti kopi, Berawal dari rasa manis sesaat, Kemudian meninggalkan pahit yang teramat. Cinta juga bisa seperti pasir, Saat kita menggeng...