6 : Kakak Tingkat

74 22 2
                                    

Mata Nuansa pagi ini tidak secerah biasanya. Matanya redup karena dikelilingi lingkaran hitam. Beberapa hari ini ia kekurangan tidur, sibuk mengerjakan tugas kuliah dan juga belajar untuk ujian yang akan diadakan pekan depan. Ya, begitulah kehidupan dunia kampus saat menjelang ujian, banyak dosen yang memberikan tugas pada mahasiswa. Sambil terus berjalan menuju gedung fakultasnya, Nuansa melirik jam tangannya, dua puluh menit lagi kelasnya akan dimulai.

Namun saat hendak berbelok ke arah gedung fakultasnya, tiba-tiba seseorang dari arah lain menubruk tubuh gadis itu hingga terpental.

Bruk.

"Aduh... umi..."

Nuansa meringis kesakitan, lututnya mengenai lantai cukup keras hingga ia kesulitan untuk berdiri.

Di sisi lain, orang yang menubruknya langsung bangkit dan memilih melanjutkan larinya tanpa peduli terhadap gadis yang baru saja ia tubruk.

Nuansa terdiam sejenak. Ia kenal wajah orang itu. Ya, benar, dia orangnya. Orang yang meminjam gamis dan jilbabnya beberapa Minggu yang lalu. Tidak memperdulikan rasa sakitnya, Nuansa segera bangkit dan mengejar laki-laki itu dengan sisa tenaga yang masih ia punya.

Laki-laki itu berbelok ke arah parkiran. Ia terlihat begitu terkejut saat mendapati gadis berjilbab menghadang motornya.

"Minggir Lo!" Sentaknya.

Nuansa menggeleng cepat. Enak saja mau lari dari tanggung jawab. Pikir Nuansa.

"Tanggung jawab!" Seru Nuansa. Suaranya terdengar garang, membuat laki-laki di depannya keheranan.

"Sori ya, Lo jangan ngaku-ngaku jadi pacar gue deh. Biar kata pacar gue banyak, ngga akan gue pacaran sama cewek yang modelannya kaya Lo."

"Pede banget sih, siap-,"

"Daniiiii!"

Mendengar suara yang super melengking itu, laki-laki yang berada di depan Nuansa segera membunyikan klakson, mengusir Nuansa dari hadapannya. Nuansa berjingkat minggir. Setelahnya, laki-laki itu lantas melajukan motornya cepat.

Sepeninggal laki-laki itu, Nuansa memberengut sebal. Apa apaan tadi? Ngaku-ngaku jadi pacar cowok modelan preman?

"Hello... Sori dori mori, mana ada aku suka sama cowok preman kaya gitu. Biar kata cakep juga percuma. Ngga ngga ngga." Kata Nuansa lalu melangkah pergi dari parkiran. Namun baru lima langkah kakinya menjauhi parkiran, seseorang sudah lebih dulu menarik tangannya.

"Heh! Lo siapanya Dani?!" Bentak seorang cewek berpenampilan modis. Ia mencengkram pergelangan tangan Nuansa.

Nuansa mengernyit.

"Dani? Saya ngga kenal Mbak."

"Alah, ngga usah ngeles. Tadi gue liat Lo lagi ngobrol sama cowok gue, Dani."

"Yah, si Mbak mimpi kali." Ujar Nuansa asal.

"Lo yang mimpi! Lo pasti tadi godain cowok gue, kan?"

Nuansa menghela napas panjang. Ya Tuhan, cobaan apalagi ini. Baru juga Nuansa jatuh, mana lututnya masih nyut-nyutan lagi, dan sekarang? Ia harus kena tuduh Mak Lampir yang turun entah dari planet mana.

"Terserah Mbaknya lah, intinya aku ngga kenal sama Dani Dani yang Mbak maksud." Nuansa mengibaskan tangan cewek itu kasar.

"Ehh Lo mau kemana?" Seru cewek itu melihat Nuansa yang pergi dari hadapannya. Tak sampai disitu, ia segera berlari menyusul. Saat jaraknya sudah lumayan dekat, tangannya menarik ujung jilbab Nuansa hingga akhirnya Nuansa berhenti.

"Ihh! Mbak! Ngga sopan banget sih! Kalo jilbab saya lepas Mbak mau tanggung jawab?!"

"Heh! Lo kok songong sih jadi adik tingkat?"

Nuansa | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang