Gerbong Sapi

28 4 0
                                    

Tidak terasa putaran rotasi bumi telah membawa waktu memasuki tahun 1997. Angkatan kuliahku telah menjadi senior sekarang, tingkat dua, semester tiga. Aku membiarkan rambutku memanjang, meski belum bisa dikatakan gondrong. Tampilan rambutku acak-acakan, karena memang aku jarang banget sisiran.

Aku mengawali kuliah di dua semester awal dengan nilai-nilai yang cukup baik. A untuk mata kuliah Hukum Tata Negara, B untuk mata kuliah Hukum Perdata, sayangnya nilai C untuk kuliah Hukum Pidana. Ketiga mata kuliah ilmu hukum tadi adalah induk dari semua bidang ilmu hukum. Maka dari itulah aku bertekad akan mengulang lagi mengambil mata kuliah Hukum Pidana di semester mendatang agar mendapat nilai A, atau setidaknya B.

Dalam pertemanan, aku berprinsip berteman dengan siapa saja dari berbagai golongan dan tipe mahasiswa. Meski demikian sahabat karibku di kampus tetap saja : Doni, Yunas, Fani, Gugun dan Ado. Hanya saja saat jam istirahat makan siang aku lebih sering bersama Yunas. Hal itu dikarenakan setelah dua bulan kuliah aku akhirnya mengetahui bahwa di sebelah kiri gerbang kampus ternyata terdapat kedai-kedai tenda kuliner. Harga dan suasananya lebih "merakyat".

Sebenarnya soal harga makanan dan minumannya relatif sama dengan kantin yang disediakan pihak kampus, namun pertimbangan "merakyatlah" yang membuat aku lebih memilih ke kantin yang aku dan Yunas sebut dengan "kantin kiri". Aku memang cenderung kurang menyukai hal yang beraura hedonis. Dalam hal ini aku cocok dengan Yunas.

Apabila aku dan teman-teman semua sedang bersama, kami sering berdiskusi membahas topik-topik kondisi nasional. Diskusi tidak jarang menghangat. sering terjadi perdebatan antara Yunas dan Ado. Yunas, sebagaimana ia sendiri pernah cerita kepadaku memiliki latar belakang keluarga yang merupakan simpatisan Darul Islam yang memberontak di era Sukarno dahulu. Kakek Yunas ikut bergerilya di dalam hutan pegunungan wilayah priangan bersama Kartosuwiryo sebelum akhirnya Kartosuwiryo tertangkap oleh operasi militer yang dinamakan Operasi Pagar Betis yang memaksa para pengikutnya turun gunung keluar dari persembunyian.

Adapun Ado memiliki pandangan politik yang cenderung sosialis demokrat, meski ia sendiri mengatakan sangat terinspirasi gerakan teologi pembebasan di Amerika Selatan sana. Namun aku dan teman-teman sepakat dan satu suara bahwa kondisi Indonesia dibawah Orde Baru tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Kami juga sering mendiskusikan pemikiran tokoh-tokoh pergerakan nasional mulai dari H.O.S Cokroaminoto, Sukarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka dan lain-lain. Topik lainnya lagi yang menjadi bahan diskusi adalah tentang ideologi-ideologi, "isme-isme" mulai dari kapitalisme, liberalisme, fasisme, komunisme dan lain sebagainya.

Aku sekarang lebih banyak membaca tidak hanya buku-buku diktat kuliah dan buku sastra, tetapi juga membaca surat-kabar yang dibawa ayahku sepulang kantor, dan juga buku biografi tokoh, buku sejarah dan buku pemikiran politik sampai ke buku filsafat. Aku juga sedikit-sedikit mulai menyaksikan acara dialog di televisi, meskipun tidak pernah sampai tuntas. Menurutku acara dialog di televisi itu lama-lama membosankan. Tapi paling tidak aku mencoba dan berusaha berpikiran terbuka dan membaca gejala sosial.

Aku sangat terenyuh membaca buku Catatan Seorang Demonstran, jurnal harian Soe Hok Gie yang dipinjamkan Ado. Ada bagian yang membuat jiwaku terenyuh, yakni ketika suatu hari Soe Hok Gie menyerahkan seluruh uang sakunya kepada seorang lelaki peminta-minta yang sedang memakan kulit mangga yang dia dapatkan dari tempat sampah.

Saat itu dalam benakku mulai ada sedikit ketertarikan dengan dunia sosial - politik, namun aku enggan dengan berpolitik praktis dengan dengan turut berkecimpung ke dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan yang berorientasi politis. Aku menjaga jarak dengan hal yang bagiku bukan "dunia" ku. Menurutku politik hanya memberi harapan dan mimpi, aku tidak suka itu. Urusanku di kampus hanya belajar, kemudian pulang ke rumah.

KELAS 98 (Cinta & Reformasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang