Mahasiswa Berduka

62 4 0
                                    

Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM justru membuat mahasiswa semakin marah. Sekarang selain mengutuk keras naiknya harga sembako, harga BBM dan menyerukan anti KKN, mendesak dilaksanakannya Reformasi Total, mereka juga akhirnya menyerukan : "Turunkan Suharto".

Mahasiswa mulai muak berdemonstrasi hanya di dalam lingkungan kampus, mereka mencoba merangsek keluar. Aparat membarikade demonstran mahasiswa dengan formasi barisan tameng untuk menahan gerak laju demonstran mahasiswa yang ingin keluar kampus. Dorong-dorongan antara massa demonstran dengan aparatpun kerap terjadi.

Karena demonstran mahasiswa terus memaksa untuk dapat keluar kampus, maka bentrokan fisikpun tidak terhindarkan. Tujuan mahasiswa keluar kampus adalah agar aksi mereka itu lebih terlihat oleh masyarakat. Selain itu juga mereka hendak berhimpun dengan massa demonstran kampus lainnya sehingga kekuatan massa mahasiswa menjadi lebih besar. Tentu saja aparat dengan tegas mencegah hal itu sampai terjadi.

Fakultas Tekhnik perguruan tinggi tempatku kuliah yang lokasinya terpisah yakni di Jalan Raya Bogor menggelar aksi demonstrasi. Mereka kemudian bergerak hendak keluar kampus dengan tujuan bergabung dengan demonstran universitas lainnya yang jaraknya berdekatan. Namun niat mereka dihentikan barikade aparat. Mahasiswa Fakultas Tekhnik yang memiliki imej berani dan nekat itu melawan. Bentrok akhirnya tidak terhindarkan. Aparat dengan bersentakan tongkat pemukul mengayunkan tongkatnya memukuli para mahasiswa.

Mahasiswa tidak gentar, mereka membalasnya dengan melempari aparat dengan batu. Untuk memecah konsentrasi massa, aparat menembakkan bom gas air mata. Gas air mata berhasil membuat massa berhamburan dan berantakan. Kondisi tersebut digunakan aparat untuk menyerang mahasiswa yang tercerai dari teman-temannya dengan memukuli. Tidak hanya sekali tembakan gas air mata, aparat menembakkan lagi ke arah mahasiswa yang masih melawan dengan timpukan batu. Pada peristiwa itu puluhan mahasiswa dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka.

Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) juga melakukan demonstrasi. Kampus negeri itu merupakan simbol gerakan mahasiswa angkatan '66. Di tahun 1966 sampai 1967 mereka turun ke jalan dan berhasil menumbangkan kekuasaan Presiden Sukarno. Tumbangnya Presiden Sukarno melahirkan era yang oleh rezim Suharto dinamakan Orde Baru.

UI diidentikkan kampus yang berperan melahirkan Orde Baru. Sampai-sampai di gerbang kampus UI terpasang papan reklame besar bertuliskan : "Kampus Perjuangan Orde Baru". Namun di hari itu saat berdemonstrasi, mahasiswa UI kampus Salemba, Jakarta, yang sedang mengeyam kuliah di tahun 1998 merasa malu akan predikat tersebut. Beberapa mahasiswa demonstran menaiki papan reklame itu dan mencoret tulisan di atas dengan cat semprot berwarna hitam hingga tidak terbaca.

Mahasiswa di kota-kota lainpun demikian, semakin gencar melakukan aksi demonstrasi sejak pengumuman kenaikan harga BBM di minggu pertama bulan Mei 1998 itu. Demonstrasi berlangsung aman, namun ada pula yang berujung bentrokan dengan aparat. Apabila demonstrasi berujung dengan bentrokan, untuk menindaknya aparat mulai menggunakan senapan peluru karet untuk menembaki mahasiswa.

#o#

Universitas itu bernama Trisakti. Sebuah universitas swasta. Terletak di daerah Grogol, Jakarta Barat. Saat itu Trisakti identik dengan mahasiswanya dari kalangan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Siang itu, 12 Mei 1998 mahasiswa Trisakti menggelar demonstrasi. Demonstrasi sejak pagi hari itu ternyata diikuti oleh ratusan mahasiswanya. Menjelang siang hari mereka bergerak ke luar kampus dengan maksud berjalan long march menuju ke gedung MPR yang tinggal lurus saja dari Trisakti, jaraknya hanya 7 kilometer. Mereka berhasil keluar dari pagar karena aparat kekurangan personilnya membendung ratusan mahasiswa itu.

Saat barisan demonstran mahasiswa sudah berada di jalan raya, datang lagi pasukan tambahan aparat PHH. Laju demonstran mahasiswa akhirnya tertahan di depan Kantor Walikota Jakarta Barat yang berjarak 300 meter dari Trisakti. Kordinator demonstran meminta kepada aparat untuk membuka barikade serta mengizinkan mahasiwa bergerak menuju gedung MPR.

KELAS 98 (Cinta & Reformasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang