Yasmin 12

2.5K 467 169
                                    

Setelah keluar dari kamar mandi, Jaja mengantar kembali Reza ke lorong di mana ada Yasmin tengah memilih buku.

"Aamiih ...!" seru Reza memanggil ibunya. Kakinya bahkan ia ajak berlari menghampiri lorong buku tempat ibunya berdiri. Jaja masih mengikuti dari belakang.

"Amih tadi abang liat sesuatu," ujar Reza dengan antusias.

"Oh iya, lihat apa, Bang?"

"Tit*t abang Jaja guede banget!"

*****

Hening, tidak ada yang mengeluarkan suara dari kedua orang dewasa yang berdiri di dekat Reza ini. Seketika kepala Yasmin seakan berputar sedangkan Jaja dengan refleks memegang tengah celananya.

"Segini, nih!" Reza mengangkat sebelah lengannya ditekuk. Mata Yasmin melotot, ia hanya mampu menelan salivanya.

"Eh, kurang ... kurang ... segini." Reza mengangkat sebelah lagi lenganya, membawanya berdempetan. Kanan dan kiri.

Yasmin dan Jaja semakin melotot. Yasmin yang air wajahnya berubah merah, berusaha menahan tubuhnya agar tidak limbung.

"Ehm ... kami permisi ya, Ja." Yasmin langsung menarik lengan Reza yang masih saja terangkat menirukan besarnya t1t1t abang Jaja. Jaja hanya melongo tanpa mampu berkata-kata. Wajahnya sudah seperti atap gosong. Ya ampun malunya. Pemuda itu memijat pelipisnya, berarti saat di toilet tadi, Reza melihat miliknya yang memang lebih gede dari ukuran asli indonesia.

"Dah, Abang Jaja." Reza melambaikan tangannya sambil tersenyum riang, langkahnya mengikuti Yasmin hingga antre di depan kasir.

Jaja ikut melambaikan tangan juga sambil tersenyum. Kemudian kakinya melangkah menuju lorong buku manajemen, dimana Maya sekarang berada.

"Yasmin!" suara teriakan seorang pria, membuat Yasmin menoleh.

"Hai, Alex." Yasmin melambaikan tangan sambil tersenyum. Langkah ringan lelaki tampan, tinggi dan wangi itu menghampiri Yasmin dan juga Reza.

"Hallo, apa kabar?" keduanya saling melempar senyum hangat dan berjabat tangan. Tetapi ada yang tidak suka dengan adegan itu, siapa lagi kalau bukan adenya Bang Jaja. Reza. Hahahahaha...

"Alhamdulillah aku sehat, kamu apa kabar, Lex?" tanya balik Yasmin sambil memandang Alex dengan tatapan sedikit kagum.

"Seperti yang kamu lihat, aku sehat dan tampan," ujar Alex dengan penuh percaya diri.

"Uek!" Reza berakting mual.

Keduanya memandang Reza. Yasmin bahkan terjengkit kaget, mendengar suara mual anaknya.

"Eza enneg?" Yasmin menunduk memperhatikan wajah Reza.

"Iya, Mih." Eza memegang mulut dan perutnya.

"Tunggu sebentar ya." Yasmin mengeluarkan kartu untuk membayarkan tagihan buku yang ia beli.

"Wah, anak kamu ya, ganteng sekali. Persis almarhum papanya," ujar Alex berbasa-basi, sambil tersenyum ke arah Reza. Yasmin pun ikut tersenyum.

"Beli apa, Nak?" tanya Alex berbasa-basi kembali. Tubuhnya sedikit membungkuk agar dapat sejajar dengan tinggi tubuh Reza.

"Beli kambing!" sahut Reza ketus, wajahnya cemberut. Ia memalingkan wajahnya tidak suka.

Alex terkekeh. Anak yang lucu, pikirnya.

"Sini aku bawakan." Alex mengambil goodie bag dari tangan Yasmin. Dengan maksud menolong Yasmin membawakannya. Tentu saja Yasmin dengan senang hati memberikannya pada Alex.

"Kalian berdua saja?" tanya Alex sambil mengiringi langkah Reza dan Yasmin.

"Tadi bertiga," jawab Reza cepat. Yasmin yang kaget dengan jawaban Reza, tentu saja membuat keningnya berkerut. Dengan siapa bertiga?

Rich Widow (Sudah Tersedia E-book di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang