Yasmin 30

1.7K 446 270
                                    

Wattpad error seharian, maaf posting ceritanya jadi terlambat. Semoga tetap semangat baca, komen dan vote ya.

****
Ada apa sih, Pa? dari tadi mondar-mandir terus." tanya Yasmin dengan raut bingung.

"Bener yang namanya Jaja mau jadi suami kamu?"

"Apa?!" Yasmin dan Dimas sama-sama memekik kaget.

"Bukan Jaja, Om. Tapi saya yang akan menjadi suami Yasmin sekaligus papa baru Reza." ucap Dimas dengan nada tegas.

"Apa?!" Kali ini Pak Miharja dan Yasmin memekik serentak.

Keduanya memandang Dimas dengan tatapan penuh tanya. Lelaki itu dengan wajah tegang, berusaha tersenyum lebar pada Yasmi dan juga omnya. Bukannya membalas senyum Dimas, Yasmin malah memutar kedua bola mata malasnya.

"Maksudnya apa ini? Kenapa Om terlewat berita seperti ini? Yasmin tidak pernah cerita apapun," ujar Pak Miharja masih dengan pandangan lurus pada Dimas.

"Tidak perlu cerita apapun, Pa. Saya dan Dimas tidak ada hubungan apa-apa, kecuali sepupu jauh," tegas Yasmin sambil melirik Dimas dengan sengit.

"Tapi, Yas, Saya benar-benar memiliki perasaan spesial pada kamu. Saya serius dengan ucapan saya," ujar Dimas dengan nada lemah lembut.

"Dan saya serius menolak. Sudahlah, kamu pulang saja!" ketus Yasmin yang saat ini sudah siap-siap berdiri hendak naik ke kamarnya.

"Betul itu kata Yasmin. Dia tidak akan menerima lamaran kamu, Dimas. Kaliankan saudara. Lagian Yasmin sudah Om jodohkan dengan Devano. Kamu kenalkan Devano?"

"Narsiiiih!" teriak Yasmin tiba-tiba. Membuat papanya dan Dimas menoleh pada Yasmin.

Dari arah dapur, tampak Narsih tergopoh menyusul asal suara Yasmin sambil membawa nampan berisi teh hangat untuk tamu majikannya.

"Ya, Non," sahut Narsih begitu sampai di ruang tamu.

"Bantu saya naik ke atas!" titah Yasmin sambil berjalan pincang, meninggalkan papanya dan Dimas yang hanya bisa terdiam.

"Saya tidak akan menikah dengan siapapun!" ucap Yasmin tegas begitu kakinya sudah berada di anak tangga.

Tidak lama berselang, suara pintu pagar besar rumahnya terdengar dibuka. Yasmin yang baru saja sampai di kamarnya mencoba mengintip dari jendela. Ia berharap papanya dan Dimas yang pulang, tapi ternyata hanya mobil Dimas yang keluar dari pekarangannya.

Yasmin menghela napas panjang, sepertinya papanya akan menginap dan dia harus pura-pura tuli dengan ocehan papanya yang meminta dirinya mau dijodohkan dengan Devano.

"Apa Non perlu sesuatu?" tanya Bik Narsih saat hendak keluar dari kamar Yasmin.

"Saya lagi ingin makan baso, Bik. Belikan di depan komplek ya. Kamu juga boleh beli kok. Beli empat bungkus," ujar Yasmin sambil memberikan satu lembar uang seratus ribu pada Narsih.

Bik Narsih bergegas turun, lalu mengeluarkan sepeda lipat dari dalam garasi. Untung Jaja, eh...untung saja jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga masih mampu ditempuh dengan sepeda.

Yasmin masuk ke kamar mandi untuk cuci muka dan bersih-bersih. Setelah itu ia juga mengganti bajunya dengan daster besar favoritnya.

Beep..bepp..

Suara ponselnya berbunyi. Yasmin berjalan ke arah ranjang lalu mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas ranjang.

Javier

Mata Yasmin membulat saat melihat nama yang mengirimkan pesan. Tangannya kini gemetar saat akan memencet logo baca pesan pada ponselnya.

Assalamualaykum. Ibu sudah sampai di rumah belum?

Rich Widow (Sudah Tersedia E-book di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang