Yasmin 5

2.8K 391 42
                                    

"Mmm...saya mau bicara sesuatu." ujar Malik pelan, suaranya terdengar sedikit ragu. Yasmin yang baru saja fokus pada laptopnya, akhirnya menoleh pada Malik. Wajah Malik terlihat tegang.

"Iya silahkan!ada apa?"

"Mmm...tapi kamu jangan tersinggung ya?"

"Iya, ada apa sih?" kening Yasmin sampai bertaut, menanti apa yang akan Malik utarakan.

"Bagaimana kalau saya menggantikan posisi almarhum Arman di hati kamu?"

****

Suasana ruangan Yasmin mendadak hening. Yasmin nampak cukup syok dengan apa yang baru saja ia dengar. Malik adalah teman dekat suaminya, lelaki yang juga menyukai Yasmin sejak bangku kuliah. Meskipun Malik dua tahun lebih senior dari Arman, namun mereka dekat karena sama-sama aktifis pendaki gunung.

Ternyata hingga saat ini, Malik belum juga move on dari Yasmin. Terbukti, sampai saat ini ia masih single. Dan lelaki di depan Yasmin ini, sedang menatapnya dengan penuh takjub.

"Maaf, Mas. Jika tidak ada hal penting lainnya untuk dibicarakan, lebih baik mas Malik kembali ke ruangannya," pinta Yasmin dengan sopan, tangannya menunjuk dimana letak pintu keluar.

"Kenapa pertanyaan saya belum dijawab?" Malik tidak bergeser sama sekali dari posisi berdirinya, ia menatap Yasmin penuh pengharapan.

"Saya rasa, Mas harusnya tahu adab. Tanah kuburan suami saya saja masih basah, dan dia adalah teman baik mas Malik. Saya rasa tidak pantas, Mas mengatakan hal seperti tadi. Maaf, saya tidak bisa menerima lelaki manapun sebagai pengganti suaminya saya," cecar Yasmin dengan penuh penekanan, ia selalu mampu mengontrol emosinya dimana pun ia berada. Meskipun saat ini, rasanya ia ingin menjerit saja, meneriakkan nama suaminya.

"Baiklah, maafkan saya. Nanti kita bicara lagi." Malik keluar dari ruangan Yasmi dengan wajah merah menahan marah.

Yasmin melemparkan bokongnya di kursi empuk miliknya. Berkali-kali ia memijat pelipis, agar sakit kepala yang tiba-tiba datang bisa segera hilang. Ia menghubungi sekretarisnya dan minta dibawakan teh hijau untuk dirinya.

Ia perlu sesuatu yang menyegarkan otaknya kembali. Baru saja masuk pabrik, sudah ada-ada saja kejadian yang membuat kepalanya serasa berputar.

"Terim kasih, Nita," ujarnya sambil tersenyum.

"Ada perlu bantuan lagi, Bu?"

"Ah, tidak ada. Kamu bisa kembali bekerja."

Renita, sekretaris Yasmin mengangguk paham. Dalam hati ia berkomentar, wajah bu Yasmin dan pak Malik sama kusutnya, ada apa ya?

Yasmin meminum tehnya pelan, begitu ia nikmati. Pandangannya lurus memandang email yang baru masuk.

Bepp...beepp...

Ponsel Yasmin berbunyi, tanda pesan WA masuk. Ia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas C***L miliknya.

Adrian

Assalamualaikum, Yasmin. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja ya. Malam minggu ini kamu ada waktu tidak, dinner bareng aku, mau ya?"

Yasmin meremas jemarinya, sungguh hari yang mengesalkan. Ia scroll pesan itu ke bawah. Membukanya satu persatu.

Mike

Hallo, Miss Yasmin. Malam minggu saya ke rumah ya.

Papa

Tuan Irwan sepertinya mau menjodohkan kamu dengan Yudi, anaknya. Papa akan ke rumah nanti malam.

Puk!

Rich Widow (Sudah Tersedia E-book di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang