Satu jam kemudian dapur Ardian telah dipenuhi aroma sedap dan menyegarkan dari kuah soto yang kini telah berada di meja makan. Ardian dengan penampilan segar seusai mandi menghampiri Sita yang sedang menata piring di meja makan.
"Pas banget, orang tua saya lagi perjalanan ke sini dari bandara."
"Lho, nggak dijemput?"
"Mereka nggak mau dijemput."
Sita mengangguk lalu melepas celemek di tubuhnya.
"Ya udah, Pak, saya pulang dulu."
"Kata siapa kamu boleh pulang?" Ardian menahan lengan Sita.
"Hah?" Sita menatap Ardian di sebelahnya, jarak mereka cukup dekat.
***
Sita memperbaiki posisi duduknya. Tadi Ardian memintanya untuk tinggal, ikut makan malam bersama. Sita sebenarnya ingin menolak, dia merasa asing dan lagi dia belum mandi. Tapi orang tua Ardian terlanjur datang, membuat Sita sekarang duduk manis di kursi makan.
"Ini serius yang masak kamu?" tanya Sarah, Ibu Ardian. Sita mengangguk, lantas tersenyum malu saat dipuji Sarah.
"Di rumah pasti sering masak, nih." Kini Roy, ayah Ardian yang berbicara.
Sita mengangguk lagi, "Ibu saya punya usaha catering, jadi dari kecil udah akrab sama dapur."
Sarah menaikkan alis "Oh ya? Nama catering ibu kamu apa?"
"Catering Citra Rasa, Tante," jawab Sita.
"Serius itu punya ibu kamu?"
"Iya, emangnya kenapa, Tante?"
"Tante kalau ada acara apa pun di rumah pasti pesen ke Citra Rasa, yang cabang di Jakarta. Habisnya enak dan rasanya susah ditemuin di tempat lain. Eh malah sekarang tante ngobrol langsung sama anak yang punya. Kapan-kapan tante mau, deh, ketemu sama ibu kamu." Sarah tersenyum sebelum menyendok lagi.
"Emangnya bunda mau ngapain ketemu sama ibunya Sita?"
Sita melirik ke Ardian. Sejak tadi, dia merasa geli ketika Ardian memanggil ibunya bunda, tak cocok dengan penampilannya yang gagah.
"Ya siapa tau bisa ngobrol soal masakan, atau malah kerja sama," ujar Sarah membuat Sita terkesan pada keluarga ini, otaknya otak bisnis.
"Sita sebelum kerja sama Ardian ikut Tio di Jogja, ya?" tanya Roy.
"Iya, Om, saya waktu itu fresh graduate terus langsung kerja di perusahaannya Pak Tio."
"Lho, kamu kan baru setahun kerja sama Om Tio, kok baru lulus? Kamu gapyear?" tanya Ardian.
"Umm, sebenernya sebelum saya lulus, saya sempat kuliah di fakultas lain, terus habis wisuda langsung ambil S1 lagi yang sesuai sama minat saya."
"Serius? Terus sebelumnya kamu kuliah apa?" tanya Sarah yang tampak tertarik dengan obrolan ini.
"Kedokteran UGM, Tan."
Sarah sedikit terbatuk, sementara Roy dan Ardian menatap Sita tak percaya. Kedokteran UGM? Serius Sita melepas jurusan yang diburu ribuan orang dari seluruh Indonesia itu?.
"Kamu bercanda, kan?"
"Nggak, kok, Pak. Saya udah jadi dokter umum, cuma belum co ass, jadi belum dapet izin praktik."
"Kenapa dilepas, sih? Saudara-saudara Om banyak lho yang daftar itu tapi ditolak."
"Soalnya minat saya dari awal bukan di situ, sih. Untungnya ibu sama ayah mendukung semua keputusan saya."