Bab 12

11 5 0
                                    

Sabtu pagi seperti biasanya. Jadwal ekskul, bagi yang mengikuti ekskul pasti akan merasa tidak memiliki hari libur sama sekali. Hari ini, Teater Astra Kelabu memiliki agenda casting pemain di naskah baru mereka. Kalinda menuju panggung dengan setumpuk naskah ditangan. Sebelumnya ia sudah mengirim soft file ke grup agar bisa dipelajari anggota yang lain.

"Mau gue bantu?"

Kalinda menoleh kesamping, Dino sudah merebut setumpukan naskah itu tanpa persetujuannya terlebih dahulu.

"Udah baca naskahnya?" Dino mengerutkan kening mendengar pertanyaan yang dilontarkan Kalinda.

"Buat apa?"

"Kan nanti casting pinter," Kalinda menyenggol bahu Dino, "lo tahu? Pada akhirnya gue yang ngerjain tuh naskah sendiri." Kalinda menampilkan wajah kesalnya.

"Nggak akan ada casting khusus buat tim properti. Gue udah lebih dari profesional," kesombongan Dino dapat berarti baik karena sama halnya dengan mencerminkan kepercayaan dirinya tetapi lama-lama Kalinda sebal juga dengan gaya narsis cowok itu.

"Dan lagi, kalau lo bisa ngerjain sendiri, gue nggak perlu repot-repot buat bantu."

"Tapi gue kesel!" Kalinda dan Dino beriringan masuk ke kawasan sekolah. Menyapa beberapa anak yang mereka kenal. Kalinda menatap iri pada anak Tari yang mendapat tempat teduh untuk berlatih, sedangkan Teater harus siap panas-panasan di atas panggung pinggir lapangan.

"Gue harap panggung agak adem."

"Lo ngarang? Kalau latihannya pagi sampai siang ya jelas panas. Beda kalau latihan sore kayak dulu."

Harapan Kalinda pada latihan kali ini ditampik begitu saja oleh Dino. Mungkin ini salah satu alasan anggota yang lain malas berlatih. Tempat latihan panas.

"Oke kalau gitu, harapan gue, gue ganti. Semoga nanti banyak yang ikut latihan." Kalinda menengadahkan tangannya ke atas layaknya orang sedang berdo'a. "Tapi gue juga nggak yakin untuk harapan yang satu ini No."

"Gue juga enggak."

Kalinda dan Dino sudah meluangkan waktu untuk menghampiri satu per satu anak untuk mengajak latihan. Meluangkan waktu untuk bertemu Gunawan guna merundingkan pasal naskah. Entah pengorbanan seperti apa lagi yang mereka lakukan kedepannya.

Sebelum berangkat tidak lupa Kalinda mengirim pesan kepada yang lain. Bukan melalui grup chat melainkan personal chat.

'Jangan lupa hari ini latihan ya. Ada casting buat naskah baru. Ontime. Jam 9 udah kumpul di panggung.'

Kalinda menghentikan langkahnya, membuat Dino juga berhenti. Dihadapannya adalah sosok yang ia pikir tidak akan datang. Hodie hitam melekat ditubuhnya, dari jarak ini Kalinda sudah bisa mencium parfum cowok itu yang amat khas.

"Hai," sapa Aksara.

Kalinda tidak menjawab. Puluhan pesan yang ia kirim hanya dibaca saja oleh cowok itu. Tanpa ada jawaban mengiyakan.

"Sa! Syukurlah lo datang, gue kira lo bakal mangkir lagi," Mona yang baru datang menghampiri Aksara, menepuk bahu cowok itu pelan.

Aksara tersenyum kecil, "kalau kemarin malem nggak lo chat, nggak mungkin sekarang gue ada di sini," ia melirik Kalinda yang terdiam kaku.

Kedatangan Aksara bukan karenanya. Bukan teror chat yang ia kirimkan sehingga Aksara bersedia datang. Hanya pesan dan permintaan dari Mona yang diiyakan. Harusnya Kalinda tahu hal ini, harusnya ia meminta bantuan Mona agar cowok itu mau datang, harusnya ia tidak perlu repot-repot bertandang ke kelas Aksara untuk membujuk cowok itu.

Drama [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang