Part 4

1.6K 248 73
                                    

Kayaknya TharnType versi SMA nggak begitu disukai.

Sebenarnya Type tahu ke mana saja Tharn pergi setelah pulang tadi. Dia melihatnya, dia mengikutinya. Saat Tharn makan bersama teman-temannya, dia juga makan di tempat lain. Saat Tharn pergi karaoke, dia kembali ke dekat sekolahnya. Membeli makanan ringan, kemudian menunggu Tharn sambil main game. Karena dia tahu, Tharn bukan orang yang suka pergi-pergi terlalu lama, jadi Tharn pasti akan segera keluar dari tempat karaoke.

Nyatanya benar, Tharn pergi dari tempat itu. Ketika Tharn melewatinya, terus terang dia tidak tahu. Tapi ketika Tharn sudah membawa motornya lebih jauh, Type melihatnya. Menurut Type, itu hanya masalah perasaan yang sedang goyah. Kalau Tharn benar-benar tidak berperasaan, dia tidak akan lewat jalan itu. Tidak akan memelankan motornya sampai-sampai Type tidak mendengar kedatangannya. Tandanya Tharn memang punya rencana untuk menjeputnya. Hanya butuh waktu dan kesabaran untuk menunggu.

Type tidak benar-benar menunggu di tempat itu. Dia pergi ke game center terdekat untuk membunuh waktu. Sekiranya jam tidur Tharn datang, dia kembali ke tempat itu untuk pura-pura menunggu. Dia yakin Tharn akan datang, dan kesabarannya membuahkan hasil.

Tharn membawakan susu panas ketika Type hendak tidur. Katanya, ibunya yang membuatkan dan meminta Tharn membawakannya untuk Type. Type pura-pura percaya meski dia tahu ibunya Tharn sudah tidur jauh sebelum mereka pulang.

Setelah minum susu, Type mulai berangkat tidur. "Boleh aku pasang alarm pagi-pagi sekali? Aku ada pekerjaan rumah, tapi tidak bisa kukerjakan sekarang. Aku terlalu mengantuk!" Dia menarik selimut sebatas dada. "Kalau aku tidak bisa bangun saat alarmnya menyala, kau bisa bangunkan aku, kan?"

"Tidur saja!" perintah Tharn. Tanda ambigu antara bersedia atau tidak untuk membangunkan Type pagi nanti.

.

.

.

Paginya, Type tidak merasa dibangunkan. Dia bangun sendiri, tapi lebih siang dari perkiraannya. Alarmnya ada yang mematikan. Dia tahu itu Tharn. Namun, Type tidak bisa marah. Mungkin Tharn memang terlalu lelah, dan merasa terganggu dengan suara alarm, kemudian mematikannya tanpa ingat kalau Type butuh bangun dan mengerjakan pekerjaan rumahnya.

"Ini masih pagi," celetuk Tharn yang terganggu dengan pergerakan Type di ranjang. Ngomong-ngomong mereka tidur bersama meski masih ada sekat. "Tidur lagi!" itu perintah, atau permintaan, Type tidak yakin.

Meski mulai perhatian seharusnya tidak dalam keadaan Type butuh mengerjakan pekerjaan rumahnya seperti sekarang. Dia mengabaikan Tharn, duduk, dan menyibak selimutnya. "Sudah kubilang, aku butuh mengerjakan tugasku!"

"Aku sudah mengerjakannya!"

"Hah?"

"Tidur saja. Ini masih pagi!"

Tharn mengerjainya, kah? Type tidak percaya. Segera bangkit dari ranjang dan memeriksa tasnya. Namun, seluruh isi tasnya sudah dikeluarkan. Semuanya ditumpuk di atas meja belajar. Type mengambil bukunya dan memang mendapati pekerjaannya sudah selesai.

Type memandang Tharn yang tengah berbaring di ranjang. Pemuda itu benar-benar pilihan tepat. Meski tampak tidak peduli terhadap apa pun, kenyataannya tidak demikian. Kalau begitu, dia harus mengusahakan semaksimal mungkin agar Tharn cepat jadi kekasihnya.

Type mengembalikan pekerjaannya ke meja. Dia kembali ke ranjang. Kali ini tidak kembali ke tempat semula, tapi ke sisi Tharn tidur. Mendekat, kemudian membisikan ucapan terima kasih.

"Aku tidak butuh ucapan terima kasihmu. Cepat tidur!" perintah Tharn tanpa melihat pada Type sedikit pun.

Tidak masalah. Type tahu Tharn tidak suka dengan hal-hal remeh.

Fake Boyfriend, Real LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang