Sebelum orang tuanya pergi lagi, Type menyempatkan waktu untuk membawa mereka ke rumah Tharn. Mengenalkan kedua orang tuanya dengan ibunya Tharn. Ibunya Tharn yang selama ini belum pernah menerima tamu orang kaya, agak canggung. Bahkan awalnya tidak tahu harus berbuat apa. Memberi makan dan minuman ala kadarnya, beliau merasa rendah diri. Untungnya Type dan orang tuanya tidak mempermasahkan hal-hal sepele seperti itu. Mereka bisa kenal saja sudah cukup memuaskan bagi keluarga Type. Yang artinya kalau orang tua sudah saling mengenal, hubungan Type dan Tharn tidak main-main.
Dalam hal ini orang tua Type berharap Tharn benar-benar bisa mengubah Type jadi lebih baik. Ketika mereka meninggalkan Type di rumah sendirian, tidak lagi merasa mengabaikan anaknya itu. Ada Tharn yang selalu menemani Type.
Di perjalanan pulang dari rumah Tharn, Type duduk di kursi belakang mobil bersama ibunya. Sedang mengetuk-ngetuk ponselnya yang tadi terendam air di bak cuci piring. Dia masih berusaha mengeringkan air yang ada di dalam ponsel itu. Siapa tahu setelah kering ponselnya bisa hidup lagi.
"Type?"
"En."
"Kau sudah kenalkan Po dan Mae dengan Mae-nya Tharn, Berrati kau serius dengan hubungan kalian?"
Tidak melihat ibunya, tapi Type mengangguk.
"Setelah ini jangan nakal lagi. Kalau Ibunya Tharn sampai tahu kau nakal, Tharn pasti akan disuruh memutuskanmu." Ibunya mengelus rambut Type.
Bagaimanapun nakalnya Type, tetap anak yang disayanginya. Paling tidak di hadapan orang lain Type harus bersikap baik. Meski harus pura-pura sekali pun.
"Po dan Mae mengizinknmu di rumah sendirian, karena Mae menganggap kau sudah bisa bertanggung jawab dengan hidupmu sendiri. Tapi sampai detik ini kau belum juga berubah. Masih saja buat onar." Ibunya menghela nafas panjang. Tangannya masih mengelus kepala putranya yang dari awal tidak memberi perhatian pada kata-katanya. "Kau sudah dewasa, Type. Sudah punya kekasih. Jadi, jangan nakal lagi!"
Type mendengar perintah 'jangan nakal lagi' berkali-kali dari ibunya. Dari sejak Type ketahuan selalu buat onar, semua orang mengingatkannya untuk tidak nakal lagi. Type bosan. Dia nakal itu bagian dari masa muda. Siapa yang tahu kalau selama dia jadi anak nakal, berimbas dia jadi tak punya teman seperti sekarang ini? Sudah begitu tidak ada orang yang mau mengarahkannya jadi lebih baik pula. Bagaimana Type bisa berubah?
Sejujurnya kesepian yang dialami Type itu atas perbuatannya sendiri. Setelah tahu tinggal di rumah sendirian itu menyenangkan, tidak ada yang mengawasi dan melarang-larang, dia lebih memilih tinggal sendiri selama orang tuanya bepergian ke luar kota dan luar negeri. Bertingkah seperti berandalan, lalu berencana membuat geng. Perkiraannya akan ada banyak teman yang main dengannya di rumahnya. Nyatanya tidak ada anak yang mau berteman dengannya. Bahkan berandalan lain pun malas meski hanya dekat dengannya. Kalaupun ada, hanya sekadar kenal tanpa embel-embel teman.
Untung ada Tharn, kekasihnya. Satu-satunya harapan untuk mengubah diri.
Memikirkan Tharn, Type tersenyum sendiri meski yang diperhatikannya sejak tadi adalah ponselnya yang mati.
"Kenapa tersenyum begitu? Mae serius. Kau jangan berbuat semaumu lagi. Kalau Mae-nya Tharn sampai menyuruh kalian putus gara-gara kau nakal, Po dan Mae yang malu." Dengan mencubit lengan Type, baru anak itu memperhatikan. "Po dan Mae sudah menitipkanmu pada Mae-nya Tharn kalau kita sedang pergi ke luar negeri. Jadi, bertingkahlah yang baik!"
"En," Type mengangguk.
"Tadi kekasihmu tidak ada di rumah. Memangnya ke mana dia?"
Type tidak tahu, makanya dia mengedikkan bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Boyfriend, Real Love
ספרות חובביםCerita romantisnya anak sekolahan, tapi punya rating di atas normal. Type si anak nakal, menargetkan Tharn kali ini. Bukan untuk dikerjai, tapi untuk dijadikan kekasih. Karena Type sudah mulai bosan menjadi nakal, dia berusaha berubah dengan cara mu...