Part 10

1.7K 201 48
                                    

Tharn menemukan Type tengah memaksakan sebotol air mineral ke tangan seorang anak. Anak itu terlihat ketakutan. Wajahnya pucat dengan peluh berucuran. Entah apa yang sudah diancamkan Type padanya sampai keadaannya menjadi sangat mengenaskan. Tharn segera menarik Type, membawanya menjauh dari tempat itu. Mencari tempat teraman, tempat di mana tidak ada orang lain selain mereka berdua.

Di parkiran, tempat tersepi dari semua tempat di sekolah saat jam pelajaran belum berakhir seperti sekarang ini. Seumpama Tharn adalah anak dengan temperamen kelas rendah, dia sudah membanting Type. Mengamuk dan menjadikannya bulan-bulanan. Untungnya dia sadar diri. Dia anak baik, dia anak yang tidak ingin mencoreng nama baik orang tua, dia anak yang diakui Type jadi kekasih, tidak mau membuat citranya buruk dengan julukan kekasih yang kasar. Dengan hanya melepaskan Type di tempat sepi itu, kemudian mengancamnya.

"Sekali lagi kau berbuat seperti ini, aku tidak akan rugi mengambil keputusan untuk pura-pura tidak mengenalmu seumur hidup!"

Type bingung. Bukan pura-pura, tapi asli tidak tahu. Dia tidak menemukan letak kesalahannya, tapi Tharn mengancamnya. Mereka sepasang kekasih, kalau Tharn tidak mau mengenalnya, lalu bagaimana cara mereka berhubungan?

"Aku berbuat apa?" Type berusaha mencari tahu. Mukanya polos, tidak dibuat-buat.

"Kau tidak tahu apa yang sudah kau perbuat?"

Type menggeleng. Benar-benar tidak tahu.

"Bagus!" Tharn memuji, memuji wajah ketidaktahuan Type. "Bagus sekali!" Dia ingin marah, tapi lagi-lagi harus menekan kemarahannya. "Tetap di sini sampai kau tahu kesalahanmu. Jangan coba-coba pergi atau kita tidak usah jadi kekasih lagi!"

Tharn pergi begitu saja, tidak melihat Type sekalipun.

Dia dipasrahi orang tua Type untuk menjaga anaknya, otomatis mendisiplinkan anak itu juga jadi tanggung jawabnya. Sekarang ini seisi kelas sudah tahu kalau Type adalah kekasihnya, kalau sampai ada selentingan yang mengatakan dia tidak becus mengurus Type, mau ditaruh di mana mukanya? Mulai detik ini Tharn memutuskan akan melawan Type, membuat anak nakal itu patuh padanya.

Kembali ke kelas, suasana yang tadinya ramai, mendadak hening ketika Tharn masuk. Was-was juga melihatnya. Takut ditanya-tanya. Tahu sendiri seperti apa teman sekelasnya, bertanya dan menginterogasi tidak ada bedanya. Bisa-bisa Tharn jadi tersangka meski tak punya kasus.

"Heh, kau benar-benar memacari anak nakal itu?" Seseorang berteriak, mirip suara orang yang sedang histeris. "Sejak kapan?"

Korn dan Knock sudah menceritakan sebatas yang mereka tahu. Meski begitu, itu belum cukup. Sebelum detail kisah cinta Tharn-Type terbongkar, mulut-mulut itu tak akan tinggal diam.

"Jadi kau dalang di balik kerusuhan yang dibuat Type?" Seseorang lagi menyuarakan keingintahuannya, tapi itu tidak benar.

Sebelum Tharn mengklarifikasi, pertanyaan lainnya dilontarkan, "Atau kau berusaha menyadarkan Type dari kenakalannya ?"

Sebenarnya pertanyaan itu juga kurang tepat, tapi Tharn lebih suka disebut sebagai orang yang berusaha menyadarkan Type, daripada dianggap dalang di balik kenakalan anak itu. Sekarang ini menyangkal bahwa tidak ada hubungan antara dia dan Type sudah tidak mungkin. Bukti sudah tersebar di mana-mana. Jadi, yang bisa dia lakukan hanya jaga image agar tidak bertambah buruk meski dia punya pasangan seperti Type.

Tharn belum diberi kesempatan menjelaskan. Dia duduk di bangkunya sambil menerima satu demi satu pertanyaan teman perihal hubungannya dengan Type. Terakhir kali pertanyaan yang dia dapat adalah dari teman sebangkunya, yang menanyakan soal kedekatan keluarga mereka.

"Kudengar keluarga kalian sudah sangat dekat. Kau tidak berencana mengorbankan seluruh hidupmu untuk Type, kan?"

Dengar dari mana? Bohong besar temannya ini. Tapi ... soal keluarga itu memang benar adanya. Dan karena mereka duduk sebangku, Tharn menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan itu sesuai isi hatinya sekarang.

Fake Boyfriend, Real LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang