Tharn seperti akan mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Type penasaran, cuma tidak bisa memaksa Tharn mengatakannya. Karena kalau dipaksa, dua hal yang akan terjadi, Tharn tidak akan menjawabnya atau Tharn akan menjawabnya dengan jawaban lain. Jadi, Type membiarkannya.
Kata Techno, memelihara hubungan itu ibarat bermain layang-layang. Kadang ditarik, kadang diulur. Kalau ditarik terus takutnya talinya putus. Kalau diulur terus, bisa-bisa hilang diterpa angin. Type setuju dengan pengibaratan yang dibuat Techno, tapi dia heran, sejak kapan temannya itu begitu bijaksana? Dari mana pula dia mengutip kata-kata itu?
Kembali pada Tharn.
Type memperhatikan kekasihnya itu dengan sangat jeli. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, semuanya bagus. Kalau boleh berbangga diri, dia akan mengatakan pada semua orang kalau remaja di depannya ini, yang keseluruhannya bagus, adalah kekasihnya.
Rambut hitam itu ..., kapan dia pernah menyentuhnya? Type tiba-tiba ingin menyisir helaian rambut Tharn dengan jari-jarinya. Parasnya yang tampan juga, tidak pernah bosan Type melihatnya. Padahal kemarin lusa Ting-ting mengatakan padanya bahwa Tharn, dengan muka seperti itu sangat membosankan baginya. Type tahu itu, karena Ting-ting hanya sahabat Tharn, sedangkan dia adalah kekasih Tharn. Jelas beda. Dan soal bibirnya Tharn ...
Ah, jadi terbayang-bayang lagi tentang semua ciuman yang pernah dia lakukan dengan Tharn.
Type tersenyum malu-malu. Untungnya Tharn tidak bisa membaca pikirannya.
"Kenapa masih di sini? Masuk sana!"
Yah, sayangnya kata-katanya masih kasar juga. Padahal mereka sudah berbaikan. Tharn bahkan tidak mengizinkanya menjauh darinya waktu di toilet tadi pagi. Harusnya tingkat keromantisan Tharn terhadapnya sudah meningkat. Kenapa masih seperti ini?
"Di sini panas. Masuk sana!" Setidaknya, meski kasar, Tharn masih perhatian padanya. "Pakai obatmu biar alergimu cepat sembuh!" Biar kasar, yang penting Tharn tetap kekasihnya.
"Aku akan masuk setelah kau pergi."
"Aku akan pergi setelah kau masuk!"
Baiklah, Type menyerah. "Kau mau mampir? Aku akan suruh bibi membuat es sirup yang enak untukmu."
"Tidak perlu!" Tharn menjawab tegas. "Masuk sana!" perintahnya lagi, sama tegasnya dengan sebelumnya.
"Ok!" Type menyerahkan helm pada Tharn. Dia menunggu sebentar kalau-kalau Tharn mau berbicara sesuatu, atau meningalkan sesuatu padanya, seperti ciuman dan ucapan selamat tinggal contohnya. Nyatanya Tharn diam saja. Jadi, Type berinisiatif mendekati Tharn dan mencuri ciuman kecil di pipi kekasihnya itu. "Hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai rumah, jangan lupa telepon aku. Daah Daah, Tharn!"
Type melambaikan tangan sambil pasang senyum manis. Tharn membuat suara 'hn' pendek dengan tampang dinginnya. Setelah itu Type masuk ke rumahnya.
***
"Tharn tidak mampir?"
Type meloncat ke samping, semeter jauhnya dari Techno. Temannya itu tiba-tiba ada di belakangnya ketika dia mengintip kepergian Tharn dari depan rumah. Mengeluarkan pertanyaan dekat dengan kupingnya pula.
"Kenapa kau kaget?"
Type mengambil napas dan menghembuskannya. Berkali-kali seperti itu untuk mengurangi kekagetannya.
"Kenapa kau ada di rumahku?" Sebelum Techno mengeluarkan kata-kata untuk menjawab, Type meneriaki pembantunya. "Bibi, bawakan minuman dingin untukku!" pembantunya menyahut cepat. Mengiyakan.
"Ayo ke kamarmu!"
Techno mengiring Type ke kamar. Entah bagaimana cara anak itu tahu letak kamarnya, yang jelas ini pertama kalinya Techno mampir ke rumahnya. Suhu di ruangan lumayan dingin, berbanding terbalik dengan di luar. Agaknya Techno juga yang melakukannya. Dengan menghidupkan AC ke suhu yang lebih rendah membuat kamar Type enak untuk ditempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Boyfriend, Real Love
FanfictionCerita romantisnya anak sekolahan, tapi punya rating di atas normal. Type si anak nakal, menargetkan Tharn kali ini. Bukan untuk dikerjai, tapi untuk dijadikan kekasih. Karena Type sudah mulai bosan menjadi nakal, dia berusaha berubah dengan cara mu...