Happy Reading.
Jaemin terbangun. Ia harus berterima kasih kepada orang yang menolongnya tadi; Hyunjin. Tadi ia samar-samar mendengar suaranya. Tapi sekarang orangnya malah tidak ada. Lagipula, mana mau Hyunjin menunggui Jaemin. Hyunjin 'kan benci dirinya. Begitu pikir Jaemin.
Ini sudah sore, ia pun menyambar tas di sampingnya dan bergegas pulang.
Sekolah sepi.
Jaemin ingin menghubungi Pak Kim, tetapi baterai ponselnya habis. Salahnya juga karena tadi Jaemin tidak meminta dijemput.
Jaemin sedang berjalan menuju halte sambil merenung. Ia berencana beristirahat di sana.
Saat di halte ia melihat lelaki berseragam seperti dirinya. Lelaki itu berkaca mata dan berhidung mancung. Yang Jaemin lihat, dia sedang duduk sambil mendengarkan lagu melalui earphonenya.
Karena Jaemin iseng, ia menarik salah satu eaprhone dan memakainya. Sontak lelaki itu menoleh. Perlahan berdiri; menjauhkan diri dari Jaemin.
"Kenapa?"
"Jangan mendekatiku!" Dia berujar ketus.
"Kenapa?"
"Karena kamu jahat."
"Ah benar, aku jahat. Kenapa sulit sekali?" Jaemin menunduk melihat sepatunya.
"Maaf ya." Lirih Jaemin.
Lelaki tersebut perlahan mendudukkan diri di samping Jaemin. Lalu memasang satu earphone pada telinga Jaemin.
"Kenapa tidak ada suaranya?"
"Memang tidak ada, aku sengaja." Ujar lelaki itu.
"Kamu aneh."
Jaemin merebut handphone milik pemuda itu. Ia mengunduh sesuatu.
"Coba dengar ini."
"Kamu tahu ini darimana?" Pemuda itu mengernyit kala mendengarkan instrumental piano yang menenangkan—Yiruma-River flows in you.
"Seseorang dulu memberitahuku." Kata Jaemin senyum.
"Siapa?"
"Ada deh."
"Aku—sangat sangat menyukainya."
"Lalu kenapa kamu tidak mendengarkan nya?" Heran Jaemin.
"Kenangan membuatku melupakannya."
"Pasti buruk ya?" Dia tidak menjawab. "Dengarkan saja, pasti membuatmu tenang."
Jaemin kemudian mengulurkan tangannya, "aku Jaemin, kamu siapa?"
Tentu pemuda itu bingung. Jaemin bahkan sudah mengetahui namanya. Ia bahkan yang memasukkan Jeno ke kandang buaya. Maksudnya, Jaemin lah yang telah membuatnya dibuli oleh Jaemin dan teman-temannya.
"Jeno, Lee Jeno." Katanya membalas uluran tangan Jaemin.
"Oh iya Jeno, maaf ya kalau sikapku buruk terhadapmu. Ternyata sangat banyak orang-orang yang aku sakiti. Bodohnya aku lupa." Ucap Jaemin miris.
"Aku maafkan."
"Terima kasih ya. Eum Jeno, mau tidak jadi temanku?" Tanya Jaemin sedikit ragu.
"Mau, aku mau."
Jaemin senang sekali. Bagai menjadi pemenang lotre.
"Pipimu itu kenapa?" Tanya Jeno sambil menunjuk pipi Jaemin yang masih memerah.
"Saat aku meminta maaf, aku terkena tampar oleh mereka."
"Kamu tidak marah?"
"Tidak, aku ingin berubah. Aku tidak akan berbuat hal buruk lagi. Kamu mau 'kan membantuku?"
"Tentu saja."
Kemudian mereka berdua saling tersenyum. Mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang melihat mereka.
Thanks for Reading.
Terima kasih banyak sudah membaca cerita ini😚
Terima kasih sudah vote ataupun komen😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle || Nomin✔
Diversos[COMPLETED] Ia bunuh diri namun Tuhan memberinya kesempatan kedua. Warn! -bxb -short fanfic