14. Hyunjin

6.5K 843 8
                                    

Happy Reading.

Sore ini, Jaemin memenuhi permintaan Hyunjin, ah bukan—perintah Hyunjin. Ia sudah bilang kepada Pak Kim yang sudah menunggu dirinya untuk pulang. Saat ini ia berdiri di pinggir gerbang sekolah untuk menunggu Hyunjin. Tetapi pemuda itu tak kunjung datang. Sekolah sudah mulai sepi. Hari mulai gelap.

Jaemin melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 16.27. Sesekali ia melirik area sekolah, namun Hyunjin tak terlihat batang hidungnya.

Selang beberapa menit, akhirnya Hyunjin datang membawa motor diikuti dua teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak.

"Naik!" Perintah Hyunjin cuek. Jaemin patuh saja. Ia memakai helm yang diberi Hyunjin. Dan Hyunjin sepertinya tidak mau menjelaskan kenapa ia bisa lama.

Hyunjin mulai melajukan motornya dengan kecepatan di atas normal. Jaemin menggenggam tas Hyunjin erat-erat karena takut terjatuh.

"Cepat turun!"

Jaemin patuh. Hyunjin dengan cepat mencopot helmnya. Sedangkan Jaemin terlihat kesusahan.

"Bisa tidak?" Tanya Hyunjin dengan nada tinggi. Jaemin hanya menggeleng. Kemudian Hyunjin menghela napas kasar. Ia bergerak maju melepas kaitan pada helm yang dipakai Jaemin. Jaemin hanya diam menatap Hyunjin.

Hyunjin meletakkan helm itu di atas motornya. Lalu berjalan memasuki mall. Jaemin mengikuti Hyunjin dari belakang.

Hyunjin sibuk memilah-milah sepatu; mencoba memakainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hyunjin sibuk memilah-milah sepatu; mencoba memakainya. Sedangkan sedari tadi Jaemin hanya diam memperhatikan Hyunjin.

"Pilih!"

"Hah? Aku tidak beli sepatu futsal, Jin." Cicit Jaemin.

"Pilihkan untukku."

"Baiklah."

Jaemin mulai memilih sepatu mana yang cocok untuk Hyunjin. Hyunjin duduk mengamati wajah serius Jaemin. Tanpa sadar, Hyunjin tersenyum kecil. Kecil sekali sampai tidak terlihat.

"Bagaimana kalau ini?" Jaemin menggoyangkan sepatu berwarna biru dengan sisian berwarna hijau.

Hyunjin tidak menjawab, ia berjalan ke kasir dan segera membayarnya.

Hyunjin berjalan menuju kafe yang tersedia di mall.

"Pesan apa?"

"Aku—pesan minum saja, green tea."

"Iced americano dan green tea."

Kecanggungan melanda keduanya.

"Kamu—sebenarnya pura-pura atau tidak?"

"Pura-pura?"

"Kamu pura-pura lupa semuanya." Ujar Hyunjin menyesap kopinya.

"Aku—tidak ingat apa-apa. Aku hanya ingat, kalau aku seorang penindas. Maka dari itu, aku sadar dan meminta maaf kepada mereka."

"Kalau mereka balas dendam, bagaimana?"

"Tidak apa-apa. Aku sudah menyakiti mereka."

"Dasar bodoh." Jaemin diam mendengarnya.

"Aku memaafkanmu. Ayo pulang." Ujar Hyunjin dingin.

Hyunjin mengantar Jaemin sampai depan rumah dengan selamat.

"Terima kasih, Jin. Mau mampir?" Tawar Jaemin. Namun Hyunjin hanya diam melihat rumah besar milik Jaemin.

"Lain kali."

.

Thanks for Reading.

Miracle || Nomin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang