Part 5

14 5 0
                                    

.

Mata Iseul masih terlalu berat. Kemarin dia sampai apartnya pukul sepuluh malam, karna ketika di jalan ban mobilnya mendadak bocor. Beruntung ada bengkel yang buka tak jauh dari tempatnya.

Dan besoknya, dia harus datang pagi-pagi sekali. Dia ada janji temu  dengan client vip nya. Iseul mengikuti saran Haneul untuk mengajaknya sarapan dan membicarakan masalah yang client punya.
Dan disinilah mereka, di bawah pohon rindang sekitar taman sambil menyantap sarapan. Tempat teduh yang menurut Iseul mampu membalikkan moodnya. Tapi apa yang dia dapatkan?? Anak laki-laki di depannya ini bahkan tak mau berbicara tentang kendalanya dan malah menjelekkan Iseul.

"Kau takkan mengerti masalahku Noona. Tolong jangan ikut campur masalahku. Aku bisa membereskannya sendiri. Pekerjaanmu itu hanya sebagai guru bahasa Inggris. Tak usah berlagak menjadi konsultan, atau bayaranmu kurang?
Cih.. belajarlah lebih keras lagi jika ingin menjadi konsultan." Jelas laki-laki yang bernama Kim Doyoung itu berbicara dengan santainya tanpa sadar diri membuat Iseul menahan emosinya.

'Kalau saja bukan ibunya yang meminta tolong, aku tak sudi membantu bocah sombong sepertimu!!!' Iseul mengumpat dalam hati. Dia tak mengatakannya langsung, lebih baik ini di pendam saja. Kemudian setelah menarik nafasnya, Iseul tersenyum seolah menerima ucapan Doyoung dengan lapang dada.

"Mengapa kau berbicara seperti itu??
Kau tahu, perkataanmu itu sangat pedas sekali. Aku adalah orang yang tepat untuk membantumu. Apa kau ingin seperti ini terus??” Tanya Iseul berbicara baik-baik.

"Ibuku pasti membayar Noona banyak kan?? Katakan saja padanya jika Noona sudah membantuku. Aku pergi." Jawabnya berdiri memakai topinya terbalik.

"Ehh.. mau kemana kau??
Noona bukan orang yang seperti itu. Kita bisa berbicara baik-baik bukan??” Tanya Iseul menahan Doyoung dan menyenggol tasnya, membuat buku dalam tas Doyong berantakan dan berceceran di atas rumput. Iseul tak sengaja melihat salah satu buku tugasnya dan membuka isinya. Ia terkejut, benar apa yang di katakan ibu Doyoung bahwa anak ini sungguh pintar. Semua lembar soal mendapat nilai sempurna.

"Apa yang Noona lakukan?!
Arrghh..-" Doyoung memegangi kepalanya. Dia memekik keras.
"Doyoung-ssi..!!
Gwaenchana?! Doyoung-ssi!!” Teriak Iseul. "Sakitt .. Noona, sakit, aarrghh." Rintihnya masih menyentuh kepalanya semakin keras. "Ayo kita kembali ke tempatku. Kau masih kuat berjalan kan??" Kata Iseul memapah Doyoung. Sedangkan Doyoung hanya mengangguk.

.

"Apa yang terjadi padamu Doyoung-ssi??
Astaga, Noona sangat khawatir." Gumam Iseul yang menunggu Doyoung sadar. Kini mereka sudah di ruangan Iseul. Beruntung Iseul tak mengajar pagi ini. Jam belajarnya masih nanti sore. Ia bisa merawat Doyoung, bertukar pikiran dengannya.

Beberapa saat, Doyoung tersadar. Ia masih memegang kepalanya kuat.
"Doyoung-ssi??
Gwaenchana??” Tanya Iseul begitu Doyoung membuka kedua matanya.
"Ini dimana Noona?? Apa yang terjadi padaku??” Jawab Doyoung melihat sekelilingnya dan duduk perlahan.
"Ini ruanganku, kau tadi pingsan. Apa sekarang kepalamu masih sakit??” Iseul memberikan Doyoung segelas air. Doyoung menerimanya dan meminumnya sedikit.

"Kau!!
Harus jujur padaku!!
Noona tak ingin terjadi apa-apa padamu. Ceritakan semua pada Noona." Kata Iseul mengintograsi dan menatap Doyoung tajam.

"Sepertinya Noona sudah tahu masalahnya ya.??” Doyoung tertawa hambar melihat vitamin dalam tasnya ada di genggaman Iseul.

"Sejak kapan kau mengkonsumsi ini?
Kau tahu, ini efeknya sangat berbahaya Doyoung-ssi!” Iseul marah, sedangkan Doyoung hanya tertawa.
"Aku sangat tahu Noon, tapi tak ada gunanya aku melawan. Mungkin ragaku sudah putus asa." Ujar Doyoung menatap langit-langit ruangan Iseul.

HER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang