Part 10

6 3 0
                                    


"Eonni, aku berangkat dulu." Eunji pamit kepada Iseul dan Haneul yang sedang menyantap sarapannya. "Kau tak sarapan dulu??” Tanya Haneul.
"Ani! Aku akan makan di cafe saja. Aku harus gerak cepat eonni. Mungkin aku akan pulang terlambat, jangan menungguku pulang eoh." Jawab Eunji berjalan cepat keluar rumah.

'kling kling' Suara sandi pintu yang baru saja terdengar sesaat setelah Eunji keluar.

"Kita juga harus bergegas Iseul." Ucap Haneul melihat Iseul yang meminum kopinya. "Ottokhae?? Kau bilang kau ada ide??” Tanya Iseul.
Haneul menatap Iseul dengan serius sambil mendekatkan wajahnya.

"Yaaa, wajahmu menyeramkan jika kau menatapku seperti itu Haneul-ah." Iseul memundurkan badannya. "Hehe, kau baru tahu wajah seriusku untuk pertama kali bukan??” Tanya Haneul menyeringai menggoda Iseul. "Aishh!! Geumanhae!!”
Iseul terlihat takut, kemudian Haneul tertawa keras. "Hahahahaaa.. mianhae Iseul-ah, aigoo,"

Iseul hanya memberengut, lalu Haneul membenarkan posisi duduknya, "Okay, kita kembali ke topik eoh. Bagaimana jika nanti sore kita ke cafe Eunji. Kita temani dia sampai pulang. Bisa saja saat Eunji lengah, dia beraksi bukan??” Haneul memainkan kedua alisnya.

"Amata!!
Tapi kita jangan gegabah Haneul. Bisa saja dia lebih pintar dari kita. Kita harus mengatur strategi dahulu. Aku akan mengawasi setiap karyawan Eunji dengan ilmu psikologi ku, sedangkan kau langsung turun tangan dalam memeriksa keuangan Eunji. Kita buat ini seolah-olah tanpa sadar dan juga jangan sampai ada yang tahu, termasuk Eunji." Jelas Iseul bersedekap menuturkan pendapatnya.

"Arraseo. Kau tak ada kelas mengajar kan hari ini??” Tanya Haneul mengikat rambutnya. Iseul menggeleng. "Ani, hari ini dan besok aku free. Lusa baru akan sibuk, karna anak-anak sudah memasuki ujian." Kata Iseul. "Baguslah, setidaknya jika besok aku belum pulang, kau bisa ke kafe Eunji. Aku akan menyusul setelahnya."

"Baiklah, berarti hari ini kita cukup melihat kondisi nee?” Kata Iseul menopang dagunya. Haneul mengangguk, "Aku ingin tahu seberapa cerdas dirinya." Gumamnya memainkan dagunya dengan jari.

( Magic Cafe )

Cafe Eunji cukup ramai hari ini, banyak pelanggan yang datang yang sebagian di dominasi oleh remaja. Namun ada kejadian yang memancing keributan hingga mendapat perhatian dari wanita berambut sepinggang itu.

"Sudah ku bilang pergilah pak!!” Ucap Ken mendorong kakek tua yang terlihat sangat menyedihkan. "Aku hanya ingin meminta sebungkus nasi. Tolonglah saya, setidaknya biarkan cucu saya yang makan." Jawab kakek itu dengan suara parau, anak kecil yang di gandengnya terlihat gemetar. Banyak pengunjung yang hanya melihat kejadian itu tanpa menolong.

"Aishh,!! Tak ada makanan untukmu!!
Pergilah dari sini!" Teriak Ken, membuat Eunji yang sedang membuat teh mendengar teriakannya.

"Yaaaa!! Geumanhae!!
Waegeurae?! Apa kau ku gaji untuk membentak orangtua huh?!" Tanya Eunji memegang kedua bahu pengemis itu sambil menatap Ken tajam. "Mianhae Sajangnim, tapi cafe kita tidak melayani orang seperti mereka." Jawab Ken enteng. "Kau bilang apa?! Siapa yang membuat peraturan seperti itu?! Aku bos disini! Dan aku juga yang berhak mengatur siapa saja yang boleh datang ke cafeku.!
Sekarang kembalilah bekerja!! Datang ke ruanganku nanti, kau mengerti?!” Eunji sangat marah melihat pegawainya seperti itu. "Maafkan saya bos. Permisi."

Setelah kepergian Ken, Eunji membawa pak tua dan cucunya itu untuk duduk di sofa yang kosong. Eunji sangat tidak suka jika ada orang yang membentak atau berbicara kasar kepada orang yang lebih tua, terlebih para tunawisma.
"Gwaenchana haraboeji, tunggu disini ya." Ucap Eunji tersenyum dan membenarkan rambut sang cucu. Bapak tua itu hanya tersenyum sambil mengusap airmatanya.
Tuhan mengabulkan doanya. Dia takkan kelaparan bersama cucunya, setidaknya untuk hari ini. Sebenarnya jika di lihat dari fisik sang kakek, beliau seharusnya beristirahat di rumah dan menghabiskan masa tuanya bersama keluarga. Namun hidup di kota sebesar ini bukanlah hal yang mudah untuk mereka.

Sang kakek mencium cucunya dengan sayang. Setelah itu Eunji datang bersama karyawannya yang membawa 1 paket makanan lengkap dan bergizi. "Makanlah nasi dan sup ini dahulu kek, dan juga bawalah ini. Makanlah bersama keluarga kakek ya." Ucap Eunji menyerahkan sebungkus kotak makan berisi 4 paket dan juga ada kue disana.

"Terimakasih! Aku sangat berterimakasih kepadamu nona, aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan membalas kebaikanmu. Hari ini aku bisa makan nasi." Gumam sang kakek memperhatikan cucunya yang makan dengan lahap.

Eunji mengangguk. "Jangan tinggalkan meja ini sebelum makananmu habis. Jika begitu saya permisi dulu ya kakek."

"Terimakasih banyak nona. Terimakasih." Kakek itu menunduk sedangkan Eunji membalasnya dengan membungkuk sopan dan kembali ke ruangannya.

Tak lama datanglah Haneul dan Iseul yang tanpa sengaja melihat kejadian tadi. Mereka berdua memperhatikan itu dari dalam mobil. "Eunji sangat baik dan dermawan. Ada baiknya kita juga menolongnya Haneul."Ucap Iseul keluar dari mobil. "Arraseo." Haneul mengangguk dan tersenyum.

Setelah kakek dan cucunya itu selesai menghabiskan makanannya, mereka berjalan keluar dari cafe Eunji. Haneul dan Iseul menyambutnya dari pintu masuk. "Kakek, terimalah ini. Ini hadiah dari kami." Ucap Iseul menyerahkan amplop putih kepada kakek itu. "Jangan di tolak ya kek, kami tulus memberinya. Belilah sekarung beras dan juga lauk untuk kalian makan. Dan terimakasih karna sudah datang ke kafe dongsaeng kami."

Sang kakek yang tadinya bingung, langsung menoleh ke dalam cafe sebentar dan melihat Haneul dan Iseul kembali kemudian menangis. "Aku tak menyangka akan bertemu dengan orang baik seperti kalian. Terimakasih banyak nak. Terimakasih." Kakek itu menunduk menangis terharu dengan apa yang di terimanya.

"Haraboeji, uljima. Mari kita pulang. Nenek sudah menunggu kita, kita bisa beli obat untuk nenek." Ucap sang cucu menarik tangan kakek. Kakek itu mengusap airmatanya. "Arraseo, mari kita beli obat dan juga makanan untuk nenekmu, agar kita bisa di rumah untuk beberapa hari." Kakek itu mulai berjalan perlahan meninggalkan cafe Eunji, sedangkan cucunya melambaikan tangan kepada Haneul dan Iseul sebagai salam perpisahan. Mereka membalas lambaian itu dan kembali masuk ke dalam cafe.

Haneul mulai mengamati keadaan sekitar, sedangkan Iseul memilih untuk memperhatikan pegawai Eunji yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tak ada yang mencurigakan. Lalu Eunji yang keluar dari ruangannya terkejut melihat kedatangan kedua eonni-nya.

"Omo, eonni!!” Teriak Eunji senang. Haneul dan Iseul mengangkat tangan masing-masing sebagai tanda hadir. Eunji sedikit berjalan cepat dan menarik satu kursi di belakang tempt duduk Haneul. "Mengapa tidak memberitahuku jika akan berkunjung? Ahh mianhae." Ucap Eunji melihat Iseul dan Haneul.

"Aigoo, gwaenchana! Kita datang karna ingin berkunjung saja. Kami merindukan kuemu." Balas Haneul melirik Iseul. "Astaga eonni, mengapa kalian tidak bilang hmm? Aku bisa membawakannya sepulang bekerja. "Tak perlu, karna kami sudah ada disini." Jawab Iseul santai. "Kau bisa fokus pada pekerjaanmu. Oh ya, laporan keuangannya sudah kau terima?” Tanya Haneul menegakkan badannya. "Belum eonni, nanti sore baru akan di serahkan." Iseul mengangguk. "Baiklah, kembalilah bekerja. Semangat ya.!!” Ucap Iseul di angguki Haneul.

"Arraseo eonni, gumawoyoo, tunggu lah sebentar. Pesanan kalian akan di antarkan. Aku tinggal ya eonni. Maaf tidak bisa menemani kalian." Jawab Eunji berdiri. "Tak papa sayang. Semangat!!” Kata Haneul mengepalkan tangannya. Eunji mengangguk dan pergi ke dapur.





Tbc

HER [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang