5- Salah Tingkah

24 9 2
                                    

Sedari tadi Mayra dan Daffa sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Seperti memiliki dunianya sendiri.

Jangan mengira bahwa Mayra akan ikut bergabung dengan Daffa beserta teman-temannya itu. Tidak, itu salah besar! Tau sendiri Mayra sangat pemalu sekali, apalagi dengan orang yang baru pertama kali bertemu dengannya.

Canggung. Ya, itulah yang dirasakan Mayra. Entah bagaimana dengan Daffa.

Sekarang ini, Mayra sedang memilih-milih buku yang ingin dibacanya di sebuah rak yang tak jauh dari tempat Daffa dan teman-temannya yang sedang asyik mengerjakan tugas sambil duduk lesehan di karpet yang berbulu.

Hingga suara yang tak asing lagi bagi Mayra itu terdengar. Ya, itu suara Daffa. Mayra sudah merekamnya dengan sangat baik di memorinya.

Refleks, Mayra menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Lagi cari apa sih? Sibuk banget keliatan."

"Eh, Kak Daffa. Ini lagi cari buku bahasa Inggris. Tapi belum nemu-nemu dari tadi."

"Oh gitu. Yaudah, aku bantuin ya."

"Eh gak usah---."

Belum sempat Mayra melanjutkan ucapannya, Daffa sudah berlalu saja dari hadapannya. Beberapa menit kemudian, Daffa kembali dengan membawa buku di tangannya.

Tapi tunggu...

"Ini bukunya May." Seru Daffa dengan muka kegirangan.

"Loh kak, itukan buku Matematika. Kan saya butuhnya buku bahasa Inggris."

Mayra melihat buku yang dibawa oleh Daffa terbelalak kaget, pasalnya buku yang dibawa oleh Daffa adalah buku Matematika.

"Hehe didalam sini juga ada bahasa inggrisnya kok, yah walaupun sedikit." Daffa cengengesan sendiri ditempatnya.

"Ya ampun kak." Tangan Mayra terangkat refleks langsung memukul jidatnya

"Kak Daffa itu ada-ada saja." Batin Mayra
-----------------

Allahu Akbar... Allahu Akbar

Suara adzan berkumandang. Memanggil setiap insan yang beriman untuk menghadap Sang Pencipta-Nya. Mayra berucap syukur dan tak lupa menjawab adzan tersebut di dalam hati.

"Udah adzan, Mayra pamit dulu yah kak. Mau ke masjid."

"Yaudah, bareng aku aja." Ucap Daffa menawarkan.

"Gak usah kak. Mayra sendiri saja."

Mayra sudah tak tahan berada didekat Daffa, jantungnya terus saja berdetak dengan cepat. Mayra lantas bergegas menuju loker tempat penyimpanan meninggalkan Daffa yang sedang kebingungan. Membuka dan mengambil tas yang berada di dalamnya. Mayra keluar dari ruang baca dan telah berada di lobi perpus.

Dari arah belakang, sepertinya ada yang memanggilnya.

"Mayra, tunggu dulu May. Main tinggal-tinggal aja"

"Eh Kak Daffa, afwan kak May buru-buru."
Mayra mempercepat langkahnya. Ia tak mau harus berjalan beriringan dengan Daffa. Terlihat banyak pasang mata yang sedang memperhatikan mereka. Mayra tak suka itu.

Mayra keluar dari gedung bertingkat tiga itu. Kebetulan masjid dengan perpus itu tak terlalu jauh jaraknya, jadilah Mayra memilih jalan kaki saja. Soal motornya, tadi dipinjam sama Nayla katanya ada keperluan sebentar.

Mayra berjalan dengan sedikit buru-buru, tiba-tiba saja ada yang memanggilnya lagi dari arah belakang.

"Hey."

"Astagfirullah, kak Daffa ngagetin."

Daffa ternyata masih menyusul Mayra menggunakan mobil sport mewahnya. Sedangkan Mayra tentu saja kaget dibuatnya. Kenapa Daffa masih mengikutinya sih? Aneh

"Yakin nih gak mau bareng kakak."

"Gak usah kak. Ini udah dekat juga kok. Makasih."

"Yaudah, hati-hati yah May. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam kak."
-----------------

Di Masjid

Mayra telah selesai melaksanakan kewajibannya. Ia lantas bergegas untuk segera pulang ke rumah. Berhubung kelasnya telah selesai dikarenakan dosen yang mengajar tidak masuk hari ini.

Mayra mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya dan membuka aplikasi pesan hijau. Mayra mengirim pesan ke Nayla.

Mayra:
"Bismillah. Nay dimana?"

Beberapa menit kemudian, notifikasi masuk.

Nayla:
"Ini lagi di masjid kak, abis shalat."

Mayra:
"Kebetulan, kakak juga di masjid. Nay disebalah mana?"

Nayla:
"Dilantai bawah kak, dekat pintu keluar."

Mayra:
"Yaudah, kakak kesana ya. Ohiya, kelas kamu sudah selesai?"

Nayla:
"Udah nih kak."

Mayra:
"Yaudah, kita siap-siap pulang."

Mayra pun turun menghampiri Nayla dan bersiap untuk pulang.

Sampai di rumah, rupanya abi dan uminya sedang tidak ada di rumah. Mungkin ada urusan sebentar. Mayra lantas berjalan menuju kamarnya. Rasanya ia sangat lelah sekali.

Sementara Nayla juga bergegas ke kamarnya. Iya, Mayra dan Nayla kamarnya terpisah. Walaupun mereka kembar, tapi menurut mereka privasi masing-masing itu juga penting. Kamar Nayla bersebelahan dengan kamar milik Mayra. Memang yah saudara kembar ini tak bisa jauh-jauh.

Mayra membaringkan dirinya diatas kasur bed sederhana miliknya, ia tak sengaja mengingat pertemuan pertama tadi dengan Daffa, kakak tingkatnya yang ia kenal dengan tak sengaja itu.

Tanpa sadar, perlahan mata Mayra pun tertutup. Ia terlelap, bersiap memasuki alam mimpi.

Assalamu'alaikum reader's. Alhamdulillah sudah sampai part 5. Terus dukung cerita ini ya dan jgn lupa tekan ikon bintang di sebelah kiri bawah :)
Semoga kalian suka dengan ceritanya :)

Salam author,
Nurul Amadea

Belopa, 10 Agustus 2020

Dua Hati (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang