Shering Is A Story

9 2 0
                                    

Helaan napas lelah keluar dari celah bibir tipisnya. Ia memandang surat dengan pelindung amplop putih di atas meja yang terus menerus ia tatap sejak setengah jam lalu.

Pikirnya 'kenapa ini terjadi lagi padanya?? Padahal ia sudah berusaha keras dengan apa yang ia lakukan' huft.. Dia kembali menarik napasnya berulang-ualang, bahkan ketika pintu kamarnya terbuka— gadis itu tak sedang berminat dan memilih menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Malam."

"Hmm.." dia hanya membalas seadanya, tanpa niatan untuk berbalik menghadap orang yang setidaknya telah memberi salam padanya.

Yang lain mendekat, menutup pintu dan lekas menarik kursi yang ada di sebelah sahabat-nya yang terlihat sedih.

"Kenapa??"

Ia mencoba memecah keadaan. Mengusap bahu wanita yang sudah lebih dari lima tahun ini menjadi teman, rekan, bahkan sahabat karib-nya. "Apa lagi memangnya, jika bukan karena permasalahan seperti tiga bulan lalu. Tidak ada yang membuat ku sedih selain hal itu."

"Sudah kukatakan berkali-kali jika tempat kerjamu itu terlalu jauh, kau selalu terlambat karena itu kau mengalami hal ini. Sudahlah, cari saja tempat kerja yang lain, bidang lain juga,' mungkin. Jangan monoton seperti itu. Kau harus coba hal lain."

Yang bersedih mengangkat kepalanya. "Kerja apa lagi? Tidak ada hal lain yang kubisa, dan juga. Tidak ada pekerjaan lain dengan gaji 12 ribu won, itu cukup baik bukan."

"Ya, tentu saja. Maksudku, kau bisa kan mendaftar di perusahaan sebagai pegawai magang. Gajinya juga cukup besar."

Gadis itu melotot jengkel. "Nonna pikir aku lulusan sarjana apa?? Tidak mudah mendaftar kerja di Korea, Nonna pikir ini indonesia."

"Jadi apa yang kau inginkan, Rosie?? Kau selalu menolak ideku. Jadi apa solusi-nya."

Keduanya terdiam beberapa menit, cukup untuk sedikit mencari solusi dari masalah saat itu.

"Cindy nonna."

"Hmm..."

"Apa besok kau cuti?" Dia menerima anggukan sebagai balas dari pertanyaannya.

"Kenapa?" Gadis bernama cindy itu mengerinyit, ia melipat tangannya di atas meja sementara wajahnya terlihat sedang bercermin.

"Bantu aku melamar kerja di agensi yang deket dengan halte bus itu. Bagaimana?"

"Hooh?? Ka-kau ingin menjadi idol. Sungguh. Kau yakin."

Wanita yang lebih dewasa menepuk dadanya, mungkin dalam kata-kata yang di ucapkan gadis itu membuatnya sedikit merasa terkejut.

Sepertinya.

Si muda mencibir, "Nonna selalu saja bercanda, tentu saja tidak. Ada-ada saja."

Ia menghela napas lega. "Jadi melamar kerja jadi apa? Kau ingin jadi office girl??"

"Astaga Nonna, yang benar saja."

"Lalu."

"Ck.. Tentu saja jadi penata rias artis, apa lagi."

"Tapi—

"Nonna."

"Kau tau." Cindy menarik kursi yang ia duduki lebih dekat pada yang lebih muda. Rosie memundurkan wajahnya refleks saat tau-tau wanita yang lebih dewasa darinya itu menunduk dan sedikit berbisik.

Padahal di rumah itu hanya ada mereka berdua.

Aneh.

"Aku tadi bertemu orang." dia masih berbisik.

MAKE UP IDOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang