Sepertinya pagi ini di Seoul benar-benar tidak bisa diperkirakan akan datang hujan atau hangat kedepannya. Yang pasti, ini bukan bulannya musim dingin. Tapi jika melihat-lihat tatanan orang-orang dengan mantel dan penutup kepala yang terlihat— sepertinya pagi ini cukup dingin untuk beraktifitas.
Seperti dua gadis yang semalam berdebat tentang si piyak— Sesungguhnya Rosie masih jengkel dengan wanita yang telah ia anggap kakak itu, pasalnya karena rumpian mereka yang malah membuat stres. Dia jadi terlambat menaiki bus pertama pagi ini— dan berakhir harus berjalan tiga blok dari rumah mereka menuju subway. Di tanggal-tanggal tua seperti ini mereka malah kepepet menggunakan subway— jika bukan karena lowongan kerja yang sedang ia kejar, Rosie tidak akan mau membuang sepeserpun uang demi naik transportasi jenis itu, walau cepat, tapi tetep saja isi dompet-nya terkuras— belum lagi tadi ia sempat kelimpungan karena kartu timemoney-nya ke habiskan saldo, sudah lima bulan ia tidak mengisinya.
"Piyak sialan!!"
"Haah.. Kau bilang apa??"
Rosie menarik tas-nya ke depan saat ia memasuki gerbong kereta. Ia duduk dengan asal di sudut kursi penumpang, mengacuhkan omelan Cindy yang terus mengeluh tentang pertemuan-nya dengan si Oh Sehun itu. Jika tidak ingat bahwa wanita itu adalah sahabat juga kakak untuknya, ia pasti sudah menendang bokong wanita itu keluar gerbong.
Dia sungguh berisik.
"Seharusnya aku meminta foto, seharusnya aku tidak melepaskan tanganku yang digenggam olehnya, seharusnya aku tidak berteriak padanya semalam, seharusnya—
"Seharusnya Nonna diam saja, kepala ku pusing Nonna."
Dia menepuk kening-nya berulang kali. Cindy dan fanside-nya adalah malam petaka untuknya— wanita itu terlalu fanatik oleh oppa oppa korea-nya. Ia yang sering memake over sedikitnya lima idol selama satu tahun ini menganggap itu hal biasa, tapi ketika ia bercerita tentang pekerjaannya— Cindy adalah yang paling antusias di saat ia malah menanggapi-nya dengan malas.
"Itu sebabnya sebelum pergi aku menyuruh-mu untuk sarapan dulu. Kau pusing,'kan sekarang. Itu salahmu."
"Aku pusing bukan karena tidak sarapan, itu hal biasa untuk-ku." Rosie hanya sedang berusaha mengusir rasa di kepalanya yang sedikit sakit, ia mengecek isi ponselnya— siapa tau ada lowongan kerja nyasar yang memintanya bergabung.
"Lalu??"
"Lupakan saja."
"Kau bilang pusing? terus kenapa sekarang lupa. Apa kau amnesia?? Aku tau ini sudah lama sekali, tapi tidak perlu berlebihan seperti itu. Kau tidak perlu merasa trauma dengan perjalanan ini. Ini hanya kereta Rosie, tidak akan ada yang bisa melukai-mu di sini. Kau aman, ada aku di sini."
"Apa Nonna sudah minum??"
"Belum, kenapa memang??"
"Nonna kurang cairan, minum saja dulu."
"Haah??"
——
Di lain sisi ada lagi orang yang tengah kebingungan. Pria dengan kaca mata bulat itu berkeliling dengan ponsel di telinganya.
Bibirnya berkomat-kamit tidak jelas, yang pasti ketika menerima jawaban dari sang penelpon di seberang telpon sana. Pria itu terus menerus mengumpat dongkol.
"Apa pernikahan-mu tidak bisa diundur saja, Nonna Lee?? Aku pusing mencari pengganti-mu sejak semalam. Dan si Piyak itu juga tidak membantu sama sekali."
"Bagaimana bisa aku mengundur pernikahan ku Sajang-nim. Hari ini aku menikah, mau diundur ke mana lagi?"
"Aish.. Jinjja, terserah mu mau diundur ke mana. Kalau perlu tidak usah menikah sekalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE UP IDOL
FanfictionKetika Seorang [ IDOL JATUH CINTA] Dengan Si Penata Riasnya. "Tidak semua orang menyukai-mu. Walau kau tampan, percayalah. Bahkan pecandu -pun membenci Somnolen. Aku sangat tidak suka dengan perkataan -mu tadi, kau hanya orang asing. Jadi bersikapl...