BIRU & BINTANG 1

245 52 46
                                    

"Kamu lagi, tidak pernah kapok kamu Bintang!! saya sudah bosan lihat kamu di sini." di ruang BK, seorang yang bername tag Bintang Gemilang D (sampai saat ini tidak ada yang tau apa itu inisial D dibelakang namanya.) Ia hanya duduk santai, wajahnya saja tidak memperlihatkan tampang bersalah.

Seorang Bintang yang sangat suka membuat onar dan bolos, kalau soal tawuran ia hanya akan menjadi penonton setia, ia sudah puas dengan hasil karyanya dulu ketika masih putih dongker, tawuran hingga diseret ke kantor polisi, di potong uang jajan selama satu bulan oleh Oma, dan di skors dari sekolah juga sebulan, jika tentang di skors ia tidak merasa dirugikan malahan sangat merasa beruntung.

"Apalagi gue, bosan banget liat muka ibuk." Sahut Bintang kelewat santai.

"YANG SOPAN, BINTANG!!!" teriak guru itu "tidak bisa kah kamu berubah jadi anak baik-baik sedikit saja?" Tanyanya begitu tegas.

"Nggak tuh, toh ngak ada untungnya buat gue."

"Ngejawab lagi kamu!!" Bu Dewi tampak semakin murka. "sekarang masalah apalagi yang kamu perbuat?" mungkin siapapun yang mendengarkan bu Seli akan ketakutan, tapi tidak berlaku bagi Bintang.

Hening, Bintang tidak menyahut perkataan dari bu Seli. "Kenapa diam? ayo ngomong!" Titahnya menggeram kesal.

Biasanya masalah yang diperbuat bintang tak jauh dari kesan buruk, seperti mengerjai beberapa orang di kamar mandi, menyiram atau mematikan saklar lampu saat ada orang di dalamnya, ingatkan! Bintang terlalu senang melihat orang tersiksa, tak jarang orang menyebutnya seperti psikopat, ya, walaupun tidak membunuh.

Kebiasaannya yang lain itu mengerjai guru yang mengajar di kelas, menyembunyikan bola di saat akan dimulai pelajaran olahraga di kelasnya, pernah juga ia memutuskan satu kabel di belakang sekolah hingga membuat listrik satu sekolah tak menyala, orang-orang menyangka bahwa kabel itu diputuskan tikus, tiba-tiba setelah satu Minggu Bintang mengatakan ia yang memutuskan kabel itu.

Sungguh perilaku yang tidak masuk akal, ada juga perihal aneh lainnya, ia sangat suka menyakiti cewek, bukan dengan perasaan tapi menjahili hingga muncul berbagai kutukan untuknya, misalnya menyandung kaki cewek yang berlalu di depannya, menarik rambut cewek yang berjalan di hadapannya.

"Tadi disuruh diam, sekarang disuruh ngomong." Bintang hanya memutar bola matanya "serba salah gue di mata ibu, besok pindahin aja gue ke hidung ibu!" sambung Bintang, dengan ekspresi wajah yang tidak minat sama sekali.

Apa-paan ini tadi disuruh diam sekarang disuruh ngomong, sangat tidak masuk akal, dasar warga +62.

"Sudah sudah, nggak ngerti saya cara ngomong sama kamu. Sekarang lari di lapangan sepuluh keliling, hormat ke tiang bendera dua jam pelajaran!!" Bu Seli saja sudah nyerah dengan sifat Bintang.

Bintang berlalu dari ruang BK, tempat yang menjadi langganannya. Walaupun dia anak pembuat ulah, tapi Bintang akan tetap melaksanakan hukumannya. Menurutnya, jika membuat suatu masalah maka harus lengkap dengan resikonya.

Bahkan Bintang lebih menyukai hukuman ini daripada bosan di dalam kelas. Putaran demi putaran Bintang tetap terlihat biasa saja, di putran yang terakhir Bintang hanya menyeka beberapa keringat di dahinya.

Panas, itulah yang dirasakan Bintang. Tapi masih ada hukuman hormat selama dua jam pelajaran.

"Tuh guru nggak ada rasa kemanusiaannya, apa?" Bintang menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan "huhhuhh gerah gue!!"

Panas matahari seperti ingin membakar kulit Bintang. Tapi ini adalah hal yang sangat biasa bagi Bintang.

***

"Lah, kok roti gue tinggal sedikit, Lo makan ya, Bi?" pekik seorang gadis yang melihat makanannya yang agak berkurang.

"Nggak!!" Sergahnya lantang, hanya kata NGGAK, sudah melumpuhkan perlawanan sang sahabat untuk menuduhnya.

BIRU & BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang