BIRU & BINTANG 5

48 28 8
                                    


Mata tajam itu perlahan terbuka, pusing menyerang kepalanya, darah ditangan Biru sudah mengering. Semalaman Biru tidur meriuk di lantai.

Biru berdiri dengan bertumpu pada benda yang ada di sekitarnya, ia berjalan tertatih kearah kamar mandi sambil memegangi kepalanya, Biru membersihkan luka, darah segar kembali menetes dari luka yang lumayan besar di tangannya. Biru mandi secepat mungkin dan bersiap dengan seragamnya.

Terdapat pantulan gadis di cermin, pakaiannya sudah rapi, rambutnya bahkan sudah di perbaiki, bibir pucat dengan kantong mata yang tampak sembab.

Biru mengoleskan sedikit liptint dan bedak bayi menghiasi wajah pucat itu, helaan nafas yang menandakan kepedihan mengawali langkahnya pagi ini.

Sesampainya di gerbang yang bertuliskan SMA PELITA Biru dikejutkan gadis cantik yang memamerkan senyum lebar "pagi Biru ku" sapanya sangat semangat.

"Pagi" balas Biru dengan senyum kaku.

"Yok ke kelas, gue mau traktir lo makan di kantin! Mumpung belom bel."

"Tumben?"

Nila memutar bola matanya malas
"Kalo dikasih itu bilang makasih, bukan tumben!" Sewotnya.

Biru melenggang pergi meninggalkan Nila yang masih kesal
"Biru tungguin!!" Teriaknya sepanjang jalan ke kelas.

***

Biru melamun dengan sesekali menyuap soto yang ia pesan, pikirannya tertuju pada penyakit kambuh semalam, ia membulatkan tekad untuk datang ke psikiater lagi sepulang sekolah ini.

Nila yang sangat lahap dengan sotonya, sadar akan tingkah Biru.
"Biru, lo kok bengong sih?" Sergahnya

"Ohh, kenapa?" Tanya Biru dengan muka cengo.

"Lo yang kenapa, mikirin kerjaan lo ya?" Tanya Nila dengan suara pelan.

"Ah-oh, iya kerjaan gue." Gugup Biru

"Oh"
"Eh, tunggu! Tumben lo kece banget hari ini"

"Kece?"

"Ho'oh. Tumben aja lo pake-pake hoodie segala!" Nila baru menyadari penampilan Biru ini.

"Biar gue cantik."

"Tetap catikkan gue!" Ucap Nila tak terima.

Hening mereka kembali ke makan masing-masing.

"Oh ya, lo nanti sibuk? Gw mau ngajak lo hangout, bisa?" Tanya Nila, selesai makan.

"Hm, gue ada urusan."

"Sok sibuk lo!"

"Next time!!"

"Oke deh." Nila berucap dengan semangat.

Mereka menjalankan kaki meninggalkan kantin.
"Lo duluan aja ke kelas Bi, gue ke toilet dulu!" Nila berlari dari hadapan Biru.

Biru kembali berjalan dengan biasa saja, jika kalian pikir Biru jalan menunduk karena takut orang banyak jawabannya tidak, ingat dia berjalan biasa saja.

"Woi Biru!!" Seorang cowok menepuk pundaknya dari belakang, sontak membuat bisa menatap sang empu.

Biru menautkan alisnya heran dengan sosok yang sksd di depannya.
"Siapa?" Tanya biru.

"Lo, lupa gue? Cowok terganteng se Pelita." Ucapnya cengo.

Biru sangat tidak tau dengan sosok yang di depannya ini. Ia melemparkan raut bertanya.

Cowok dengan bola mata coklat terang dan rambut coklat berantakan itu menghela nafas kasar
"Pikun ya lo, gue Bintang Gemilang. Ingat?"

Bahkan orang yang ditemuinya dua hari lalu telah ia lupakan hanya gara-gara terlalu kepikiran depresinya.

"Oh." Tanggap Biru dan berlalu dengan tampang datar.

"Cih, dingin amat!" gumam bintang yang masih berdiri di tempat semula.

***

Bel yang menandakan berakhirnya pelajaran hari ini telah terdengar nyaring. Seluruh siswa berbondong-bondong keluar dari sekolah, banyak sekali berdesakkan seperti ada yang menarik saja di gerbang.

Biru memasukkan semua peralatan belajarnya ke dalam tas dengan gerakan slow mo, sangat lambat.

"Bi, lo g bawa motor kan? Bareng gue yok!" Ajak Nila tersenyum lebar.

"Gue ada mau mampir dulu."

"Gue anterin, gimana?"

"G usah, gue udah pesan ojol."

"Ya udah kita bareng ke gerbang ya!"

"Duluan aja, gue nunggu sepi."

"Hati-hati ya, bye Bibi!" Nila berlalu dari pandangan Biru.

Biru duduk memainkan ponsel yang sepi, yang sama dengan kondisi kelasnya saat ini, Satu yang ia lakukan membuat perjanjian dengan psikiater.
Biru memejamkan matanya menenangkan hatinya, ia sangat takut jika depresi ini akan parah seperti sebelumnya.

Langkah kaki berat membawanya ke ruangan yang berisi seorang dokter, ia tersenyum kikuk sembari mendudukkan dirinya.

"Bagaimana?" Tanya dokter itu menatapnya serius.

"Sa-saya" ucapnya, jelas ia tak sanggup jika dugaannya benar. Ia menarik nafas "kemaren sore saya tidak sengaja lewat jalanan yang sedang terjadi kecelakaan, lebih tepatnya mendengar info saja. Kejadiannya Persis seperti yang saya alami dengan ibu dulu." Jelasnya menunduk.

Air mata menetes lagi dan lagi, bahkan tanpa di suruh pikirannya selalu mengarah kepada kecelakaan itu.

"Tenang Biru! saya tau bagaimana perjuangan kamu menghilangkan gangguan ini dan tiba-tiba datang tanpa sengaja, kamu memang harus kembali bergantung pada obat-obatan. Maaf tapi hanya itu jalannya! Kamu optimis saja semoga ini tidak berlangsung lama jangan terlalu bebani pikiran mu!" Saran dokter yang ikut prihatin dengan kondisi Biru.

Dokter ini yang menangani Biru dari awal depresinya, ia tahu bagaimana gigihnya Biru untuk sembuh.
"Ini resep obat yang harus kamu tebus, jangan patah semangat, saya yakin kamu bisa!!"

"Makasih dok."

Coba bayangkan, ia hidup sendiri menderita depresi, bergantung pada obat-obatan. Dan satu fakta lagi yang belum ia ketahui, Nila akan meninggalkannya.

Pikiran Biru melayang.

Brukk
Bahkan menabrak orang yang berdiri di depannya.

"Biru?" Panggil lelaki itu.

"E-eh." Biru memandang orang itu heran.

Orang itu jengah, ia memutar bola matanya malas "gue Bintang!! Lupa lagi lo!"

Biru mengangguk samar.
"Lo ngapain di sini? Sakit?" Tanya Bintang.

"Ah in-" ucapannya terpotong oleh suara telfon milik Bintang.

"Eh bentar ya" Bintang mengangkat telfonnya.

"Lo dimana Ran?" Tanya Bintang pada sambungan telepon itu.

"...."

"Elu sih, gue kan nyariin lo ke dalem! Ya udah lo tunggu di mobil ya!"

"...."

"Iya, bawel!"

Biru masih berdiri di sana dengan beribu pikiran.
"Hoi Biru lo ngapain di sini, sakit ya?" Tanyanya lagi.

"Ah, gue duluan." Sadar Biru, ia melenggang pergi.

"Aihh, dasar!!" Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Jangan lupa Follow vote and comment 🙃
Ig: @reza.mutia

Cek ig: @story_biru.bintang
Follow ya 🤗

BIRU & BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang