BIRU & BINTANG 2

93 43 18
                                    

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba lonceng kemenangan siswa berdering, semua orang kalang kabut untuk segera pulang. Biru pun berjalan meninggalkan Nila yang sibuk dengan catatan yang harus dikumpul saat ini juga.

"Biru tungguin, dikit lagi nih!!" Teriaknya Nila.

"Di parkiran."

Dua langkah lagi menuju motor, Biru dihadang seorang cowok.

"Hoi, makasih ya minuman lo tadi, kalo nggak ada lo, gue mati kehausan kayaknya." Ujar cowok bertubuh tegap yang lebih tinggi dari Biru, Ia tersenyum lebar.

"Nama gue Bintang Gemilang, cowok terganteng di Pelita." Bintang mengulurkan tangannya hendak berkenalan, walaupun Bintang menyangka bahwa gadis ini pasti mengenalinya.

Biru tidak menjabat tangan tersebut. Tak jarang siswa yang berlalu lalang memerhatikan interaksi mereka ada juga yang berbisik mengeluarkan asumsinya.

Bagaimana tidak, Bintang adalah seorang bad boy yang famous tingkat atas, dari kepala sekolah sampai tukang kebun, dari yang paling paling update sampai yang kudet di sini pasti mengenal Bintang Gemilang bahkan di luar sekolah ini sekalipun, bukan terkenal karena prestasinya tapi dengan kelakuan buruk dan tampang mendukung.

Bintang menarik tangan Biru untuk berjabat dengannya "nama lo siapa?" Gadis itu hanya diam. Bintang jelas saja heran, gadis mana yang akan menolak jika berkenalan dengannya, tapi seorang yang berdiri depannya hanya diam seperti tidak berharap sama sekali.

"ASTAGA NAGA, BIRUU!!" Sontak Biru melepaskan tautan tangan mereka. Setelah ini Biru akan dikerubungi beribu pertanyaan dari sahabatnya, Nila.

Biru menaiki motor dan Nila mengikutinya dengan banyak pertanyaan yang terbit di pikirannya. "BI, GUE-" ucapan Nila terpotong.

"Buruan atau gue tinggal." Ancaman Biru membuat Nila dengan cepat menaiki motor matic tersebut.

Bintang menatap motor yang telah melaju itu hingga tak ada celah lagi, yang menampilkan mereka. "Oh, namanya Biru." Gumam lelaki itu sembari tersenyum manis.

***

Kedua gadis itu sama-sama diam, Biru fokus menjalankan motor dan Nila sedang di pikirannya hingga ia membuka perbincangan "Bi, lo kenal sama cowok tadi?" Tanya Nila setengah berteriak.

Bukannya Nila juga menyukai cowok itu, tapi bagaimana bisa seorang Biru berinteraksi dengan cowok seperti Bintang. Jangankan yang seperti Bintang si bad boy, cowok yang disebut good boy pun enggan ia dekati.

"Diam atau turun!" Biru masih sedikit terkejut dengan kejadian tadi, sudah berapa kali cowok nakal itu berlaku seenaknya pada Biru? Pertama ia meminum air bekas Biru, kedua ia dengan seenaknya menjabat tangan Biru.

"Nanti lo cerita, awas aja kalo nggak!!" Teriak Nila lagi dan akhirnya mereka sama-sama hening.

Rumah minimalis berlantai dua, Biru dan Nila memasuki rumah tersebut. Hanya Biru seorang yang tinggal di sini sejak kejadian beberapa tahun lalu, Biru tinggal sebatang kara.

"Bi, gue gak nyangka sumpah!! Lo lagi deket sama cowok DAN COWOKNYA ITU BINTANG!! AVV GREGET DEH GUE, Kok bisa sih Bi?" Nila berteriak heboh

"Gue mau ganti baju!" Nila mengangguk antusias.

"Terus terus!!" ia mengira ini awal cerita Biru, tapi ternyata Biru hendak pamit mengganti baju.

"Yaudah." Biru melenggang pergi dengan Nila yang tampak kecewa.

"Ishh, nanti lo harus cerita monyet." Ucap Nila kesal.

Sore hari Nila berkutat dengan alat dapur untuk makan malam, Biru yang notabenya adalah pemalas sangat jarang berdiri di dapur.

Biru duduk di balkon kamar yang menghadapkannya dengan senja yang indah, angin sepoi-sepoi dan bunyi burung yang damai. Senja ini begitu lengkap, tapi bagi Biru senja itu sebuah mimpi buruk yang memisahkan Biru, mimpi dan sagita ibunya.

Senja begitu kejam pada Biru. Senja menenggelamkan Biru, menelan ibu dan menghapus mimpinya.
Begitu isi sticky note di kamar Biru.

"Ibu, ayo cepat nanti kita terlambat. Pertunjukannya sebentar lagi." Biru kecil tampak semangat, ini penampilan yang sangat di tunggunya.

"Iya sayang, ayo naik!" Ibu dan anak itu menaiki sedan putih dan berkendara dengan kecepatan rata rata.

"Ibu.. ibu cantik sekali!!" Biru sangat riang.

"Runi juga cantik! Ibu sayang Biru." Senyum wanita yang bernama sagita itu mengembang, ia memang memanggil Biru dengan nama Runi.

"Ibu, sore ini cantik banget langitnya, apa sore juga sayang Runi." Tanya gadis yang lugu itu.

"Senja?" Biru mengangguk "hahaha!! Pasti ia sayang Runi, semua sayang Runi, semesta ini sayang Runi." Ibunya terkekeh kecil.

Biru bersenandung kecil, jalan kota hari ini tidak terlalu padat, mobil mereka melaju dengan lancar. Mendengar senandung Biru, sagita mengikutinya, diakhir lagu mereka sama sama tertawa.

Truk besar melaju kencang ke arah mereka, "IBUU!!" Teriak Biru histeris. Sagita tidak dapat mehindarkan mobilnya, kecelakaan besar akhirnya terjadi.

Ibu dan anak itu hampir hilang kesadarannya dengan keadaan mengenaskan, keduanya bersimbah darah. "I-ibu!!" Lirihnya, tidak ada sahutan semuanya gelap dan Biru hilang kesadaran.

Anak kecil itu menangis dalam komanya air mata tak berhenti menetes, sudah 24 jam tapi ia masih belum sadarkan diri. Jari-jari mungil itu bergerak perlahan, nafasnya memburu, mata yang nyaman terpejam itu akhirnya terbuka. "IBU?" Pekiknya seperti sadar dari mimpi buruk.

Seorang dokter memeriksa keadaan gadis kecil ini yang masih tampak shock, "ibu Runi mana?" Tanya Biru dengan suara yang masih lemah dan mata memohon.

"Maaf, kami telah berusaha semaksimal mungkin. Tapi ibu mu tidak bisa di selamatkan."

"I-ib-u." Tangisnya tumpah begitu saja.

"Runi mau ketemu ibu!!" Pintanya kepada sang dokter.

***
Sore itu seorang gadis kecil meraung di pusara yang masih tampak basah, belum beberapa waktu ibunya di kebumikan tanpa kehadirannya. Dokter itu yang masih setia menunggunya jelas sangat prihatin, dan tak bisa menahan air mata kesedihan melihat seorang anak yang masih kecil kehilangan ibunya.

Sejak saat itu kehidupan Biru benar-benar berubah. Gadis kecil yang dulu sangat periang dan ceria, berubah menjadi pendiam dan tertutup.

***

Biru masih memejamkan mata, nafasnya tak beraturan. suara Sagita terngiang jelas di kepalanya, seorang yang akhir-akhir ini menjadi sahabatnya langsung membawa Biru kepelukkannya.

Nila menitikkan air matanya saat merasa tangan Biru yang sangat dingin, Nila sangat prihatin dengan kehidupan Biru yang rumit.

"Lo nggak sendiri, Bi! Ada gue." Ucap Nila serak.

***

Follow vote share and comment

ig: @reza.mutia

Sampai bertemu di part selanjutnya 🤗

BIRU & BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang